Youna berdiri di depan pintu restoran dengan pintu kaca. Dia melihat Jimin berada di dalam bersama dengan seorang perempuan. Youna mencoba untuk meyakinkan dirinya kalau perempuan itu hanya rekan kerja Jimin. Tapi rasanya sulit untuk meyakini hal itu setiap kali ia melihat jimin membelai rambut perempuan dihadapannya. Belum lagi tangan Jimin yang menggenggam perempuan itu.
Entah kapan calon tunangannya itu menggenggam dan membelai rambutnya seperti itu. Dia dan Jimin berhubungan hampir satu tahun. Tapi Youna tidak pernah merasa Jimin benar-benar mencintainya.
Youna berjalan mundur menjauhi restoran, lalu ia berbalik dan masuk ke dalam mobil. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ada rasa sakit, tidak percaya, dan sebuah pengelakkan.
"Udah percaya?" Tanya Yoongi di samping Youna.
"Itu cuma temen nya aja, Yoon. Diakan memang banyak rekan bisnis perempuan," jawab Youna. Masih berusaha untuk meyakinkan dirinya akan hubungannya dengan Jimin. Hubungan sebelah pihak. Cinta satu arah. Dan harapan yang separuh. Dan semua itu hanya ada dari dirinya. sementara Jimin tidak pernah merasakan apa yang ia rasakan.
"Kamu itu bodoh? Apa kamu tidak melihat.. "
"Aku percaya pada Jimin. Dan aku yakin dia gak akan mengkhianati hubungan kita," potong Youna. Yoongi menarik napas dan menghelanya.
"Terserah kamu saja. Aku sudah memberitahu!!" Ucap Yoongi. Dia pun mengendarai mobilnya. Youna tetap bersikeras untuk pulang ke apartemen dan Jimin. Dia ingin melihatnya. Dia ingin memeluknya. Dia ingin bersamanya. Apa ini disebut cinta? Atau lebih tepatnya sebuah obsesi yang tidak ada artinya.Cintanya pada Jimin sangat begitu besar, tapi dia tahu, itu tidak akan pernah berarti apa-apa untuk Jimin. Itu hanya pisau yang ia persiapkan untuk melukai dirinya sendiri.
*****
Jam menunjukkan pukul tiga pagi. Jimin baru pulang. Youna pun terbangun dari sofa living room apartemen Jimin, saat mendengar suara pintu terbuka. Dia melihat Jimin yang terlihat mabuk masuk ke dalam apartemen. Youna pun segera bangkit dan membantu Jimin ke kamar. Dia melepaskan jas yang Jimin kenakkan, juga kemeja yang Jimin kenakkan. Namun, tiba-tiba saja pria itu melepaskan celananya sendiri. Sepertinya itu kebiasaan Jimin setiap kali tidur.
"Kamu darimana? Kenapa gak ngehubungin aku kalau pulang malam?" Tanya Youna.
"Aku sibuk," ucapnya singkat. Youna memaksakan senyum dan rebah di samping Jimin.
"Tapikan kamu bisa kirim pesan singkat. Aku menunggumu sejak tadi," ucap Youna.
"Tidak ada yang menyuruhmu untuk datang," balas Jimin dengan dingin.Youna pun terdiam dan dia memberanikan diri untuk mencium Jimin. Satu-satunya waktu ia bisa mencium pria ini adalah saat ia mabuk. Beberapa detik Jimin tidak membalas ciuman Youna, tapi perlahan pria itu pun membalasnya. Memagutnya dengan sangat bergairah. Jimin mengambil kuasa atas tubuh Youna, memagutnya dan membuat perempuan itu berada dibawahnya.
“Mhhh... Youna melenguh pelan, dibalik lumatan pria itu, jemarinya tidak tinggal diam. Jimin mencengkram keras payudara Youna dan memilin putingnya. Youna memeluk bahu Jimin, merasakan pagutan dan juga sentuhan pria itu. Pria yang paling ia cintai.Ciuman keduanya terasa sangat panas. Youna pun tidak hentinya menggeliat dengan setiap sentuhan tangan Jimin. Pria itu tidak hentinya memagut Youna, membelainya dan menyusupnya jemarinya ke dalam pakaian yang Youna kenakkan. Youna pun mendongak saat merasakan lumatan Jimin di lekukkan lehernya. Memagutnya dan memberikan tanda kemaran di area lehernya.
"Mmhhh… Jimmhhh…" erang Youna saat merasakan ciuman Jimin disela lehernya. Tidak hentinya pria itu memberikan tanda kepemilikan di area tubuh Youna. Dengan pijatan dan cengkraman jemarinya di area dada Youna.
"Kamu suka?" Tanya Jimin. Youna tidak bisa menjawab. Dia hanya bisa memejamkan mata dan merasakan bibir dan jemari Jimin bermain di tubuhnya. Membuatnya melenguh dan mengerang. Dengan perlahan ciuman Jimin berjalan semakin kebawah. Mungkin ia sering mengambil kesempatan setiap kali Jimin mabuk. Tapi mereka tidak pernah berhubungan lebih jauh, dari sebuah ciuman. Dan sekarang Youna merasa gugup merasakan Jimin yang perlahan menuruni tubuhnya. Pria itu melepaskan celana yang Youna kenakkan dan jemari Jimin pun menyusup ke dalam area kewanitaannya lebih dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
RomanceMencintai satu sisi sangat menyakitkan untuk Youna. Berharap pada takdir, Jimin, pria yang ia cintai akan mencintainya suatu hari nanti. Namun, itu seperti angan yang tak akan tergapai. Sampai akhirnya, ia pun membuat kesepakatan pada Jimin," aku a...