Look At Me

126 7 5
                                    

Drrt drrt.

-Pesan Diterima-

"Nieee~el datanglah kemari!"

.

Setelah membaca pesan dari seseorang yang spesial baginya, Daniel Jonathan langsung bergegas ke tempat yang dimaksud. Lagipula daripada hang out dengan rekan-rekan kerja yang hampir setiap hari ia temui, menemui seseorang spesial ini lebih baik.

Daniel melihat ke kanan dan ke kiri, melihat papan nama jalan dan memperhatikan bangunan-bangunan di sekitarnya. Toko, cafe, butik, dan gedung lainnya berdiri kokoh penuh gaya. Desainnya sangat apik sehingga memuaskan mata pengunjung yang berlalu-lalang di jalan ini.

Setelah merekam apa yang ia lihat ia berlari ke arah barat-nya. Sepertinya ia sudah menemukan jalan pintas ke tempat seseorang spesial itu berada. Ia berlari memasuki jalan kecil yang diapit dua toko. Bakery dan fashion house. Bau manis khas roti memasuki indra penciumannya. Tapi tak dihiraukan oleh komposer muda ini, yang terpenting adalah dia-special someone.

Jantungnya berdegup semakin kencang. Entah itu efek berlari atau gugup. Sudah lama ia menantikan momen seperti ini, berduaan dengannya. Setiap kali pergi dengannya pasti selalu saja ada pengganggu. Sehingga tak ada waktu untuk berduaan dengannya.

Lelaki jangkung besurai cokelat keemasan itu keluar dari jalan kecil yang tadi dilaluinya. Kembali lagi melihat kiri-kanan dan akhirnya menangkap tempat tujuannya. Mouternay Cafe. Kafe langganan ia dan teman-temannya. Ia menyebrangi jalan besar dan akhirnya sampai di depan cafe yang ada di pinggir jalan Cassefaer itu.

Nafasnya tak beraturan sehabis berlari. Ia menyeka hasil ekskresi kulit yang ada di kening dan pelipisnya. Jantungnya berdetak semakin tak beraturan, ini karena ia akan menemui seseorang yang sedari dulu ia sukai. Lelaki muda berumur 22 tahun itu menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya. Berusaha bernampilan senormal mungkin, tak menunjukkan kegugupannya.

Ia memasuki cafe yang sudah tak asing lagi baginya. Mouternay Cafe, kafe unik dengan dua nuansa berbeda di kedua lantainya. Lantai pertama di desain dengan nuansa musim semi. Langit-langit yang bergambar awan biru cerah, keramik abu-abu, pohon-pohon sakura dan juga bunga-bunga khas musim semi lainnya-yang sudah pasti notabenenya palsu. Juga meja dan kursi yang berwarna-warni seperti pelangi.

Daniel menaiki tangga ke lantai dua. Berbeda dengan lantai satu, lantai dua didominasi dengan nuansa musim gugur. Cat dinding berwarna merah marun, lantai wooden, pohon-pohon maple berdaun merah, jingga hingga kuning. Juga meja dan kursi yang terbuat dari kayu yang semakin menambah kesan autumn ruangan ini.

Daniel menatap ke sekitar, mencari sosok yang sudah pasti mengenakan kaca mata hitam. Dan akhirnya ia menemukan sosok yang dicarinya. Seorang gadis berambut hitam sebahu, mengenakan kemeja turquoise yang dipadu-padankan dengan hotpans putih dan sepatu kets bermerek yang berwarna putih polos dengan dua garis hitam. Dan yang pasti ia mengenakan kacamata hitam.

Daniel tersenyum melihat gadis yang sedang menyeruput white coffee-nya dan menatap pemandangan di luar jendela kafe. Ia pun menghampirinya dan duduk di hadapannya.

"Lama tak bertemu Ann, ada apa kau menyuruhku kemari?"

Gadis yang disapa pun melihat ke arah lelaki yang dikenalnya itu. Menurunkan sedikit kacamata hitamnya dan melihat ke sekitar Daniel.

"Kau gak sama Dylan ataupun Sam?"

Dylan Jonathan adalah kembaranku, sedangkan Sam Brick adalah sahabat sejak kecilku dan Dylan. Kami bertiga memang selalu bersama, sejak sekolah dasar. Bahkan sekarang juga kami kuliah di kampus yang sama, hanya saja berbeda jurusan. Dan pekerjaan sampingan kami juga berada di bidang yang berkaitan. Aku sebagai komposer lagu, Dylan dan Sam merupakan anggota dari boygroup yang sedang melejit VIV.

Look At Me [Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang