Ananda, ku tulis cerita ini untukmu. Ku curahkan kerinduan ku melalui cerita ini, karena kita tak lagi bersama. Berbulan-bulan, namamu masih terukir dalam hati ku. Saat aku dalam keadaan lelah, marah, senang, sedih, pasti selalu namamu yang aku sebut. Ananda, meski pertemuan kita terkesan singkat, akan tetapi kamu sangat terkenang untuk ku. Aku tidak berharap kamu kembali kepadaku, tapi jika suatu saat itu terjadi maka aku amatlah senang dan bersyukur.
Kamu pastilah mengerti, aku yang memanggil mu dengan nama yang berbeda sepanjang hidupmu. Saat aku marah, aku akan memanggil mu dengan nama yang orang lain tahu. Kamu paham akan hal itu, suatu ketika aku pernah merajuk kepadamu dan memanggil mu dengan nama yang lain. Hal itu membuatmu marah dan tidak enak hati kepadaku. Saat kita bersama, kita sudah sepakat untuk merahasiakan hubungan kita. Aku tidak dapat memposting apapun saat kita bersama, semua sudah kamu hapus. Kamu diam-diam mengambil hpku dan menghapusnya tanpa sepengetahuan ku. Aku memang tipikal orang yang tidak akan mengecek galeri hp dan scroll-scroll chat dan itu kamu salah gunakan.
Aku yakin, saat kita berjauhan kamu pasti merasakan hal yang sama seperti ku. Pasti ada suatu hal yang tidak bisa kamu ceritakan kepadaku dan kamu takut untuk melukai aku sehingga kamu menjauh dari ku. Ananda, saat awal bertemu kamu menyakinkan aku untuk tidak merisaukan hal lain karena kamu menyukai aku. Memang status kita amatlah jelas. Kamu tumbuh dan di kelilingi oleh keluarga kaya, sedangkan aku dari keluarga sederhana.
Kamu diam-diam mencari tahu mengenai aku, bahkan kamu diam-diam memperhatikan aktifitasku. Aku hafal nomor mobil yang kamu miliki, sudah beberapa kali aku melihat mobilmu sedang diam di depan gang ku setiap jam 1 siang. Kamu pasti tahu jam pulang kerjaku sehingga kamu menunggu ku pulang.
Jika kamu mencari kamarmu, maka datanglah kepadaku. Aku tetaplah aku yang dulu, namun mungkin akan berbeda.