000. "Do You Like it, Hmm?"

1.2K 89 4
                                    

Prolog; "Do you like it, hmm?"

Ruangan itu temaram di pukul dua belas lebih dua puluh delapan menit—pendar dari alat pengukur waktu digital yang menjadi satu-satunya benda penerang—selain cahaya bulan purnama yang menelungsup masuk melalui celah jendela—di tengah gelap dan liarnya malam ini. Di luar ruangan yang adalah kamar tidur utama rumah ini, sedang ada pesta ulang tahun si empu rumah yang entah kapan akan berakhir. Jedag jedug suara aliran musik elektrik masih terdengar meski samar.

Namun, tentu saja hal itu diabaikan oleh dua muda mudi yang saat ini berada di dalam kamar tidur utama itu dengan digelayuti oleh birahi. Tubuh-tubuh yang tadi berbalut pakaian lengkap, kini sudah enyah entah ke mana. Berisiknya keadaan di luar kamar pun sama sekali tak ada yang mampir di indera pendengaran sepasang manusia dewasa itu. Nafsu sudah menguasai keseluruhan organ dan pikiran masing masing.

"Eumh—" Lenguhan itu pun kembali terdengar dari mulut wanita yang saat ini kedua kakinya terbuka lebar, menerima setiap hunjaman demi hunjaman yang mengobrak-abrik 'istananya' dari lelaki di atas tubuh polosnya. "Deep—eumhh—deeper," racau wanita yang meski minim cahaya, namun rupa cantiknya tetap terlihat menggoda.

Oh, lihatlah itu, sepasang obsidian abu-abu yang menatap lelaki berlekuk atletis itu sayu. Pada kedua pipinya yang bersemu merah, tanda sudah benar-benar terbakar oleh gairah. Dan, pada sepasang benda kenyal yang bergerak mengikuti ritme hentakan si lelaki bersurai hitam pekat itu beberapa kali mengundang untuk dilahap.

"Do you like it, hmm?" Si lelaki berbisik dengan nada sensual, mendekatkan bibirnya pada salah satu objek yang sedari tadi menarik perhatiannya. Diremasnya salah satu dari sepasang bukit kenyal wanita di bawah tubuhnya itu, sebelum akhirnya kembali ia lahap dan nikmati seperti tadi.

"Yeah—yeah, hit me deeper. Oh—shit. It taste nice—eumhh." Lagi, si wanita bersurai cokelat terang itu meracau sembari mencengkeram erat kedua lengan kokoh pihak di atasnya. Seiring dengan semakin keras dan cepat ritme hentakan yang diterimanya, lenguhan dan desahan pun kian memenuhi kamar bernuansa monokrom ini.

Persetan bahwa ini bukan tempat tinggal keduanya. Masa bodoh jika nanti seluruh dunia akan tahu dan mencibir dua manusia yang terpaut usia beberapa tahun itu. Satu yang jelas, malam ini menjadi malam yang tidak akan pernah dilupakan oleh lelaki yang kini akhirnya menyemburkan seluruh pelepasannya ke dalam 'istana' wanita di bawah tubuhnya. Napasnya kian memburu, seiring dengan tubuhnya yang ambruk memeluk tubuh polos di bawahnya—lekuk indah yang selama ini ia damba, yang pada akhirnya membawanya pada surga dunia.

Oh astaga! Jadi seperti inikah, rasanya bercinta?

"Can you stay here by my side until the morning come?" lirih, terdengar suara sang wanita meminta.

Hal yang membuat lekuk atletis si lelaki beringsut melepaskan diri dan turun dari lekuk indah wanita yang kini direngkuhnya.

"I will never leave," bisik lelaki itu, menyebutkan nama sang wanita, "I will never leave you, Carson."

**

Fyuhh, panas.

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang