Kelahiran ku bukan hal yang ku inginkan dalam hidupku, tak ada manusia yang merangkai dimana nantinya dia akan tinggal, dengan siapa dia akan tinggal, tapi ntah kenapa kehadiranku seakan hal yang membuat luka pada seseorang, jika aku bisa kembali ke masa lalu aku akan memilih untuk tidak hadir, memilih untuk tak terlahir agar aku tak selalu membuat mereka luka akan kehadiranku.
Maaf,aku hanya bisa mengungkapkan kata maaf saat orang-orang yang aku cintai terluka akan aku. Aku tak tau harus apa untuk sekedar bertahan tidak mengeluarkan air mata di hadapan mereka saat kata demi kata yang menyakitkan mulai mereka ungkapkan kepadaku.
Aku ingin lari sejauh mungkin dari mereka, tapi sebelum aku lari menjauh dari mereka aku ingin mengungkapkan maaf. Maaf akan kehadiranku, maaf akan setiap hal yang ada padaku, maaf karena mengusik kenyamanan kalian, maaf karena telah cinta padamu.
“Kau memang tak bisa membanggakan kami”
Orang bilang keluarga adalah unit terkecil dimana kita akan selalu di hargai, dimana aku akan mendapat dukungan, kasih sayang, tapi sepertinya itu tak berlaku bagiku, Hidupku seakan sebuah hal yang tak di inginkan mereka, rasa nya sakit sekali saat aku menanti pelukan hangat, dukungan dari mereka tapi yang ku dapat hanyalah sebuah kata yang berasumsi kalau aku tak bisa apa-apa. Bukankah manusia memiliki kekurangan, bukankah seharusnya kekurangan tidak di buat suatu hal yang membuat aku jatuh, sebuah hal yang membuat ku terlampau takut akan sebuah kebahagiaan yang menurut ku jelas tak mungkin bisa aku dapat.
“Kenapa Kana?, Kenapa kau selalu bertingkah seperti anak-anak!”
Orang bilang jika keluarga tak bisa menjadi tempat mengadu, maka pasangan akan menjadi tempat untuk kita mengadu. Maka sekali lagi aku katakan aku tak mendapatkannya dari pasangan ku itu.
Hubungan kami berjalan lebih 3 tahun, kami berkenalan di sebuah tempat makan sederhana. Kala itu semuanya sungguh indah, jika dikenang kembali semuanya sungguh berbanding terbalik. Orang yang aku harapkan akan selalu menopang ku saat keluarga, teman tak ada yang mendukung dan memahami semua hal yang kurasakan, aku berharap mendapatkan itu dari pria yang aku cintai itu. Tapi sepertinya lagi dan lagi aku hanya mengoreskan luka padanya.
Maaf jika aku tidak bisa seperti yang kalian pinta, bibirku terlalu keluh untuk berteriak marah pada mereka. Karena hidupku akan damai saat kalian merasa benar. Meski bibirku kadang keluh dan hatiku lelah untuk mengungkap kata maaf tapi aku bahagia karena aku tak mengoreskan luka pada mereka. Karena luka yang aku alami sekarang, adalah luka yang harusnya aku tahan untuk kenyamanan kalian. Karena semakin aku membela diri, aku juga akan selalu kalah. Dan akan selalu mengalah, hanya maaf yang dapat aku sampaikan.
.
.
Siang ini aku akan berangkat bekerja, aku bekerja sebagai pelayan di kafe. Gajinya tidak banyak, tapi yang pasti itu cukup untuk memenuhi keperluan ku. Aku memang hidup dengan ibuku. Tapi bukan berarti aku harus bergantung hidup dengan ya, lagipula saat aku minta tolong aku akan mendapatkan penolakan yang melukai hatiku, jadi lebih baik aku berusaha sendiri, aku juga sudah dewasa sudah seharusnya aku mandiri.
“Antarkan minum ini pada pelanggan di sana Kana!” Kana dengan sigap berlari kecil menghampiri tempat asal suara itu dan membawa minuman ya ke meja pelanggan. Tapi ntah kenapa tiba-tiba saja nampan yang aku pegang terjatuh, sungguh ini bukan hal yang ku rancang.
Bruk!
Orang itu menggebrak meja kuat, terlihat dari wajahnya kalau dia marah. Rasa takut kembali muncul.
“Apa kau tak bisa berjalan dengan benar, kau buat?!. Kau merusak pakaian ku yang mahal ini, asal kau tau pakaian ku lebih malah dari harga dirimu!” ucapnya kuat, aku tertekun. Sebegitu rendahnya kah aku?. Sampai-sampai harga diriku disamakan dengan pakaian. Aku diam membisu.