Sunset at the Flower Field

205 19 5
                                    

Kisah ini dimulai dipinggiran sebuah kota dengan Denji kecil yang tengah mengubrak abrik tong sampah demi mencari sepotong atau lebih roti demi mengisi perutnya yang telah beberapa hari ini belum terisi apapun.

"Ah! Ada roti!!," mata Denji terbelalak ketika matanya itu berhasil menemukan roti utuh yang masih terbungkus rapi pada bungkus plastik. Kemudian dilahapnya roti tersebut hingga tak bersisa.

"UHUK UHUK, EHEK," Denji tersedak potongan kecil roti yang tadi ia makan.

Seorang pejalan kaki yang lewat pun merasa iba dan memberi Denji sebotol air dan sebungkus roti yang baru. Kemudian Denji segera meminum air yang diberi oleh pejalan kaki tersebut.

Setelah baikan, Denji langsung berlari menjauh dari pejalan kaki itu, karena ia merasa bingung, apa yang harus ia lakukan setelah mendapat rasa iba dan perlakuan yang baik dari orang lain. Dari dulu, ia tak pernah diajarkan tata krama oleh siapa pun, bahkan orang tuanya sendiri.

Denji merasa bahwa ia berutang budi kepada pejalan kaki itu. Tanpa pikir panjang kemudian ia mengikuti pejalan kaki tersebut diam-diam untuk memastikan ia baik baik saja selama berjalan di pinggiran kota yang sepi dan kumuh ini.

Tanpa sepengetahuan si pejalan kaki, ada seorang pria berpakaian serba hitam dengan sebuah belati ditangannya, seakan siap untuk menghabisi nyawa seseorang. Dan benar saja, pria tersebut berlari kearah pejalan kaki yang merasa aman dengan keadaannya sekarang ini.

Denji yang sadar dengan pria serba hitam tersebut langsung berlari kearah pejalan kaki tersebut dengan emosi yang meluap², tanpa menyadari bahwa ia memunculkan gergaji mesin dari dalam dahinya yang seketika membunuh si pejalan kaki saat Denji memeluknya. Pria serba hitam tersebut lari menjauh dari Denji tentu karena takut nyawanya juga akan terancam.

"A-apa yang t-telah kulakukan...?" Tanya Denji pada dirinya sendiri yang berlumuran darah dan baru sadar akan hal yang baru ia lakukan, lutut Denji seketika lemas, pandangannya buram kemudian ia jatuh pingsan. Saat bangun, ia masih berada trotoar yang sepi. Dan segera berlari sekuat tenaga karena takut disalahkan atas kematian pejalan kaki tersebut.

Denji terus berlari, hingga tanpa sadar ia mencapai sebuah ladang bunga yang begitu indah, dipadukan dengan pemandangan matahari terbenam yang memanjakan mata dan angin sejuk yang membuat siapapun yang berada disana merasa nyaman.

Denji terhanyut pada suasana nyaman tersebut hingga ia tak sadar bahwa ada seorang anak lelaki yang memperhatikan Denji sedari tadi.

Anak lelaki itu lalu akan menghampiri Denji. Namun baru satu langkah saja, Denji sadar akan kehadiran anak lelaki tersebut dan segera berlari menjauh dan bersembunyi diantara banyaknya bunga.

Anak lelaki tersebut kemudian menghampiri Denji yang was was di antara bunga-bunga seraya berkata, "Halo! Mau kenalan?" Ajakan berteman yang akrab ditemui tersebut terasa asing dan tidak biasa bagi Denji, mengingat tak ada yang pernah mau menjadi temannya.

"K-kamu siapa?" Ucap Denji yang masih was was dengan anak lelaki itu. Anak lelaki itu berjalan mendekati Denji yang semakin was was sekaligus takut padanya.

"Aku Yoshida, aku yang menanam bunga-bunga ini bersama ayahku," ucap anak lelaki itu memperkenalkan diri. Denji merasa agak tenang setelah anak lelaki itu menyatakan hal tersebut, terlebih lagi ia dan ayahnya yang menanam bunga-bunga indah di ladang ini.

"Siapa namamu?" Kini Yoshida bertanya balik kepada Denji. Denji hanya menggeleng-gelengkan kepala, ada banyak yang ingin Denji tanyakan pada Yoshida, hanya saja ia tak berani menanyakannya. Rasa was was nya masih menang dari rasa tenangnya.

Yoshida menghela nafas, "maaf, tapi darah dari sekujur tubuhmu mengotori bunga² ini." pernyataan tersebut sontak membuat Denji segera menggesek-gesekkan tangannya pada bunga-bunga yang ia lihat berlumuran darah, sama sepertinya. Walau pada akhirnya bunga-bunga tersebut rusak akibat gesekan dari tangan Denji.

Sunset at the Flower Field [YoshiDen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang