Akar

0 0 0
                                    

Seperti hujan di bulan Juli dengan kerinduan yang tak pernah memeluk pertemuan, dengan beribu kata indah yang tak pernah terbukti. Perkenalkan namaku Senjani Kelabu orang biasanya memanggilku Lily, itu permintaanku sendiri sebenarnya hehe. Lagian namaku memang jarang tapi sejarang-jarangnya nama dipanggilnya pasti pasaran, misalnya namaku mereka selalu memanggil dengan sebutan Jani, aku kurang nyaman dengan nama itu rasanya wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm ini tidak cocok dengan nama Jani. Dan aku lebih memilih dipanggil Lily, alasannya “lucu” aja.
Aku lahir sebagai anak pertama dari dua orang bersaudara, diasuh dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang walau tidak dari keluarga yang harmonis. Hidupku penuh dengan berbagai warna, tapi semenjak dewasa semua warna itu hanya tersisa tiga saja, yaitu hitam, putih, dan abu-abu. Aku tak menemukan lagi warna pink yang dulu aku suka, kuning yang menyilaukan mata, atau biru seperti langit yang aku tatap. Semua menghilang saat aku mulai tumbuh, begitupun beberapa orang yang hadir.
Sejak masuk SMA aku berubah, menjadi Lily yang lebih ceria awalnya. Aku mengikuti berbagai ekstrakulikuler diantaranya: Pramuka, akuntansi, tari, karate, dan kelompok ilmiah remaja. Menjadi sibuk dulu begitu menyenangkan, aku bisa terjauh dari rumah yang isinya hanya pertengkaran, aku tak suka kondisi itu. Aku sekolah disalah satu SMA swasta di Sukabumi, seperti pada umumnya ketika mau masuk SMA kita harus memilih mau masuk IPA atau IPS, saat itu aku memilih masuk IPS karena sahabat dekat SMP juga begitu, setelah mengikuti test namaku tak ada di kelas IPS melainkan di kelas IPA. Yang awalnya aku sudah masuk IPS duduk disana perkenalan diri disana, aku terpaksa harus masuk kelas sebelah seperti siswa baru yang masuk terlambat. Beberapa hal memang tak sesuai rencana bukan, tapi Allah membuktikan bahwa rencana-Nya adalah yang terbaik, di IPA aku bertemu dengan sahabat yang baik juga, meski aku tak dekat lagi dengan Ayu teman SMP ku. Tapi aku menemukan Alpi, Jejew, Dini, Kori, Resti dan teman-teman lainnya.
Dari jurusan IPA inilah semua berawal, ketika aku SMA medsos yang paling populer saat itu adalah Facebook, kita bisa terhubung dengan semua orang dari berbagai daerah di Indonesia bahkan luar negeri. Tak hanya itu Facebook juga memiliki fiture group berbagai minat dan bakat yang kita senangi, saat itu karena aku tidak tertarik dengan IPA otomatis aku harus belajar lebih dan aku memutuskan untuk masuk kedalam group “MIPA” disana aku bertemu dengan teman-teman berbagai daerah yang menyenangkan. Kita bisa mengajukan pertanyaan bisa berupa soal yang nantinya akan dijawab oleh admin atau teman yang lain. Saat itu aku mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh Daneal Kusuma Putra, laki-laki yang begitu mengagumkan selain pintar, dia juga sangat ramah dan aneh. Aku tak mengerti kenapa wanita lebih suka laki-laki yang tak bisa ditebak, tapi aku juga begitu dan aku sendiri tak tahu kenapa. 
Daneal Kusuma Putra atau dipanggil ka Dane adalah laki-laki yang misterius dan aneh, sejak saat itu kita tak hanya berkomunikasi lewat kolom komentar saja, tapi juga saling mengirim pesan lewat inbox facebook, karena saat itu belum ada WA  jadi kita hanya berkirim pesan disana. Tentu saja kita hanya membahas soal-soal saja tak lebih dari itu, Ka Dane saat itu kelas sudah menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri jadi tentu saja baginya soal yang aku ajukan bukan sesuatu yang susah. Setelah beberapa bulan tak komunikasi kita sibuk dengan urusan kita masing-masing, aku dengan setumpuk tugas dan ekstrakulikuler yang kebanyakan membuat aku benar-benar tak punya waktu di rumah, lalu kak Dane yang sibuk beradaptasi dengan dunia perkuliahannya.
Semua berjalan dengan baik, kita masih saling like postingan masing-masing, tapi tak pernah saling menyapa lagi sampai pada akhirnya kita dipertemukan dengan orang lain. Aku dengan laki-laki super baik, ganteng dan ramah yaitu Muhammad Azmi Al-Kaisya dan Ka Dane dengan Ayu, tapi sayangnya hubungan ka Dane tidak bertahan lama, sedangkan hubunganku memasuki tahun pertama, aku masih sangat antusias meng upload kebucinanku di beranda Facebook yang selalu di like oleh ka Dane. Setelah aplikasi Whatsapp banyak dipakai sekitar akhir tahun 2015, ka Dane meminta nomer WhatsApp aku lewat inbox, tentu saja aku memberikannya karena walau saat itu aku sangat menyayangi ka Azmi tapi ka Dane hanya sebagai teman yang baik.
“Hi de, gimana kabarnya? Oh ya udah pake WhatsApp belum, kk minta nomernya boleh?” entah mengapa pesan singkat ka Dane selalu membuat aku antusias membalas
“Kabar aku baik kak, boleh nanti Lily kirim ya” balasku
Dari situ ka Dane kadang sering menyinggung hubunganku dengan ka Azmi, mulai melontarkan perhatian lebih seperti mulai mengirim pesan tidak penting tapi aku jarang merespon.
“De sombong amat, lagi apa nih?”
“Hehe lagi ngerjain tugas kak”
“Oalah ada yang bisa dibantu? Btw kamu masih langgeng aja ya sama si ka Azminya itu” katanya
“Gak perlu kak makasih, bisa kayanya tugas ini, hehe iya masih”
“Udah gak perlu bantuan kakak ya sekarang wkwkkwk”
Entah mengapa saat itu aku merasa gak suka ka Dane lagi karena selalu menanyakan ka Azmi bahkan sering membuat ka Azmi cemburu karena sering komentar dipostingan yang aku upload. Tapi ka Azmi selalu percaya bahwa aku gak akan mengkhianati, ka Azmi adalah laki-laki yang menjadi pendengar terbaik bagi aku, selalu romantis tapi tidak berlebihan. Jika ka Azmi sesempurna itu kenapa pada lembaran-lembaran kisah ini bukan menceritakan tentang dia? Karena Ka Azmi menghilang begitu saja tanpa ada kabar sampai saat aku menuliskan cerita ini. Aku kehilangan sosok itu mungkin akan selamanya.
Sejak ka Azmi menghilang aku betul-betul kehilangan dan sangat terpukul, bagaimana tidak saat itu aku kehilangan dia berbarengan dengan orang tuaku yang mau bercerai dan Mama yang harus dioprasi usus buntu. Aku rasa ingin mati saat itu berbagai pertengkaran tanpa penguat membuat aku ingin hilang dari tempat itu dan berpindah ke tempat ka Azmi. Tapi berbagai usaha yang aku dan teman-teman lakukan sama sekali tidak membuahkan hasil. Dia tetap pergi tanpa tau kemana.
Ka Azmi jika nanti kamu membaca tulisan ini aku ingin kamu tau bahwa sampai detik ini kamu masih menjadi yang terbaik, masih menjadi penenang yang aku rindukan. Aku bukan ingin kamu kembali, aku hanya ingin kita akhiri semua yang tak pernah terselesaikan. Kamu tahu? Aku melewati banyak hal sendirian, aku menjadi wanita yang sering murung sendirian tanpa kamu. Jika kamu tau ini aku, mari kita akhiri walau sakit itu hadir lagi.
Setelah aku menghapus semua kebucinanku dengan ka Azmi di facebook banyak sekali yang menanyakan hubungan kita mengapa harus berakhir. Banyak sekali inbox yang membuatku justru semakin tertekan. Dulu ka Azmi memang banyak yang menyukai bahkan pernah ada wanita yang ingin mengakhiri hidupnya karena ditolak ka Azmi. Ya memang sebegitunya serasa pacaran sama artis waktu itu. Ka Azmi adalah seorang fotografer ah pokoknya dia hampir sempurna. Sehingga pas putus banyak sekali yang meminta kontak ka Azmi. Emang ya gak ada prihatin-prihatinnya sama sekali sama gue yang lagi patah hati ini (dalem hati).
Setelah berbagai pertimbangan aku memutuskan untuk off facebook dan memblokir akun ka Azmi, dari situ sepertinya ka Dane mulai curiga sehingga beberapa hari setelah tidak pernah posting ka Dane menanyakan kabarku via WA.
“Assalamualaikum, de kamu gak papa?” sebuah pesan yang selalu membuat hati senang tanpa alasan.
“Waalaikumsalam, baik ko kak” jawabku bohong
“Yakin? Putus tah sama pacarnya?”
Jujur pertanyaan yang buat aku kembali merasa jadi wanita paling menyedihkan, padahal kan baru cinta-cintaan tapi udah kaya ditinggalin nikah.
“Hmm” jawabku kaya Sabyan
“Oalah yang sabar ya”
Setelah pesan terakhir itu aku sudah tak membalas karena tentunya kehilangan orang yang biasa hadir dihidup kita bukanlah hal yang mudah. Beberapa bulan setelahnya komunikasi aku dan ka Dane semakin membaik bahkan kita mulai saling curhat tentang hoby, kegiatan sehari-hari dan lainnya.
Entah kenapa ka Dane memberikan akar baru untuk aku agar bisa bertumbuh lagi, Lily yang murung dan selalu menangis di kelas sekarang menemukan senyumnya kembali. Ka Dane sekarang sudah memasuki tahun pertama di jurusan Teknik Mesin Industri. Seperti biasa dia selalu mengagumkan, aneh dan tidak bisa ditebak. Entah kenapa tak terasa kepergian ka Azmi sudah satu tahun dan seiiring waktu berjalan aku mulai menaruh hati kepada ka Dane. Ya tentu saja ka Dane tak tau itu, hanya saja kita semakin jauh, ka Dane sudah hampir 3 bulan tidak menghubungi aku.
“Assalamu’alaikum De” ponselku berdering menandakan ada pesan masuk, dengan hati gembira aku langsung membalas pesan itu.
“Waalaikumussalam kak, ade baik. Kakak gimana?” tanyaku kegirangan
“Kakak juga baik”
“Ada apa kak tumben chat?”
“Gak papa kakak cuma pengen tahu kabar kamu aja”
“Oalah gitu”
“Iya de”
“Oke kak”
Dan percakapan selalu berakhir begitu saja, setelah ka Dane mulai kuliah mungkin dia punya kesibukan yang berbeda sekarang, tapi anehnya dia akan terus menanyakan kabar tiba-tiba walau selang waktunya bisa sampai 3 bulan tanpa komunikasi apapun.
Sudah ku bilang laki-laki yang aku cintai ini adalah laki-laki yang aneh dan memang tak pernah bisa aku tebak dari kita kenal, ka Dane juga mulai memperhatikanku lewat postingan facebook yang baru aku upload, dia selalu memberikan like berbentuk hati. Entah kenapa setelah membuka facebook setelah 2 tahun off aku mulai menyukai media sosial ini lagi, ya tentu saja karena ada yang kutunggu. Meski fans ka Azmi masih meneror lewat inbox-inbox tapi tak pernah aku hiraukan lagi.
Waktu terus berlalu tak aku sangka sekarang aku sudah kelas XII SMA, seperti biasa ka Dane hanya mengirim pesan untuk menayakan kabar lalu menghilang lagi, tapi kali ini berbeda setelah menanyakan kabar ka Dane mengubah foto profilenya dengan wanita baru. Senyum keduanya berhasil membuat aku semakin patah hati. Apa-apaan nih? Pamer? Dasar cowok ya. Tak seperti biasanya aku langsung menanyakan wanita yang difoto itu.
“Cie kakak siapa tuh?” Tanyaku, bener ya cewek tuh kalau cemburu pasti cie cie cie padahal hatinya kebakaran
“Oalah itumah temen iseng ganti fotonya, kakak gak tau” jawaban yang tidak bisa dipercaya memang
“Oh iya kak”
Siapa yang percaya itu ulah temannya, karena setelah aku tanyakan ka Dane tidak pernah mengubah foto profilnya lagi selama hampir satu minggu, aku tak mengerti kenapa dia harus berbohong. Ya masa dia gak bisa ganti sendiri tidak mungkin bukan.
Aku terus memandangi foto itu hampir setiap hari selama kurang lebih satu minggu sambil ada perasaan tak nyaman dihati, aku pun membuat status di WA dengan tulisan “Beranjak” saat itu ka Dane melihat dan membalas
“Kamu baca blog kakak ya?” kalimat itu aku baca tanpa harus membuka pesan. Sehingga aku langsung membuka blog yang hanya kita berdua yang tau, ka Dane bilang itu blog pribadinya dan hanya aku yang tau.
Setelah membuka blog itu aku terkejut ternyata ka Dane baru saja memposting sebuah tulisan dengan judul yang sama dengan statusku ya dengan jelas tertulis “Beranjak”. Apa nih bisa kebetulan gini, padahal aku sama sekali tidak pernah cek isi blog itu. Aku langsung membaca isi tulisan itu yang intinya ka Dane baru saja putus dan menuliskan rasa patah hatinya disana.
“Iya kak” akhirnya setelah 10 menit berlalu aku baru membalas, ada rasa senang karena ka Dane putus dengan wanita di foto profilnya yang sudah berganti foto kartun Frozen. Tapi rasa yang tak aku mengerti adalah aku ikut sedih melihat ka Dane tak bahagia.
“Kakak patah hati?”
“Ia”
“Sabar ya ka” sungguh kata sabar ini bukan balas dendam dari perkataan ka Dane pas aku putus sama ka Azmi ya.
Malam pun tiba Ka Dane untuk pertama kalinya telphone, aku kegirangan dan tak menyangka entah kenapa jari langsung menekan dan menggeser layar ke pinggir kanan yang menandakan menerima telphone itu.
“Assalamualaikum” kataku memulai pembicaraan
“Hallo, ka”
“Hallo, ini dengan Lily”
“Ka, ka Dane! Ka Dane”
“Ini siapa temennya ka Dane ya?” masih tak ada suara
“Yaudah aku tutup ya!!!!” kataku mengancam
“Waalaikumussalam de wkkwwkwkwk” aku tak bisa mendeskripsikan tawa itu yang pasti bukan wkwkwk, hehehhe, hahahha, hihihi, pokoknya suara cowok ketawa.
“Galak amat”
“Ka Dane?” tanyaku mana aku tau seperti apa suara ka Dane
“Iya Lily ini kakak”
“Kirain siapa”
“Lah kan ini nomer kakak, pastinya kakak yang ngomong”
“Mana tau kan gimana kalau ternyata teman kakak yang iseng”
“Hehe kamu lucu, suara kamu apalagi, suara dengan logat yang gak pernah kakak temui disini”
“Cempreng? Melengking? Logat sundanya kentel banget. Iya iya tau ko”
“Kamu gemesin banget, suaranya unik” Duh jujur ya ini pipi kalau dibandingkan dengan tomat kayanya lebih merah pipiku.
“Kakak juga suaranya kaya mas Jawa banget”
“Hahaha iya tah? Eh Ly kakak mau curhat boleh gak?”
Cuhat? Duh curiga mau jadi pelampiasan nih baru putus dan langsung berani nelphone wah.
“Boleh kak”
Sejak itu ka Dane bercerita panjang lebar tentang cewek di profilnya itu ternyata mereka satu jurusan dan cewek itu adalah adik tingkat ka Dane, ya ka Dane sekarang sudah memasuki tahun terakhir di bangku kuliah. Tak ku sangka ka Dane akan bercerita panjang lebar dari mulai pertemuan, kenal, pdkt sampai akhirnya pacaran. Sebenarnya ada rasa sakit saat mendengarkannya cerita itu, tapi mendengarnya ketawa dan ceria lagi rasanya aku bahagia sekali. Bahkan aku masih mengingat moment itu sampai sekarang.




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 04, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dhane Where stories live. Discover now