Bret!
"Lihat ini! Matahari udah terang banget gini, kamu masih aja di tempat tidur!" omel Ibu. "Mentang-mentang liburan, semalem begadang terus bangun semau sendiri! Rumah tuh juga perlu dibersihin! Lihat nih, kamar udah kayak kandang! Gitu masih protes banyak tikus!"
Doni sudah sangat terbiasa diomeli ibunya. Semua kata-kata Ibunya cuma mampir lewat di terowongan telinga. Sama sekali tak ada yang nyantel di otak.
Buk! Buk! Buk!
Terdengar suara dari pintu pintu depan. Bukan seperti suara ketukan, lebih seperti suara pintu dibentur-bentur benda tumpul.
"Apaan tuh?!" kata Ibu Doni. "Cepet bangun, tengok sana!"
Doni tidak bergerak, sudah merem lagi.
"DONI!"
Dalam hitungan detik Doni sudah berdiri dan berjalan ke pintu depan. Ibu Doni mendengus puas, lalu berjalan ke dapur, melanjutkan mencuci ayam.
Doni membuka pintu dengan malas, tidak ada siapa-siapa atau apa-apa. Doni baru akan menutup pintu, ketika terasa sesuatu yang dingin di kakinya. Ia melihat ke bawah, langsung melonjak kaget. Seseorang duduk di bawah kakinya, tangan orang itu memegang kakinya sangat erat.
Itu Rani, cewek seumurnya, anaknya Pak RW. Cantik banget. Doni suka sengaja sok-sok lewat depan rumah Pak RW, yang memang dekat rumahnya, untuk menarik perhatian Rani.
"Ran?" tanya Doni, sambil berjalan mundur, dan berusaha melepaskan kakinya dari cengkeraman Rani.
Rani sedangtidak seperti biasanya. Rambut dan bajunya acak-acakan, dan kaki kanannya tidak ada! Di tempat yang seharusnya ada kaki kanan, seperti ada bekas dicabik-cabik. Dan dia bergerak dengan...ngesot.
"Don..." suara Rani memelas, wajahnya penuh penderitaan hingga Doni ingin memeluk menenangkannya. Tapi lalu tak sampai satu detik, wajah Rani langsung berubah. Matanya berubah putih, kulitnya berubah jadi semu kehijauan dengan urat-urat menonjol, liur menetes-netes dari mulutnya yang dibuka super lebar sampai terlihat mau sobek.
Doni super syok sampai tidak bisa bergerak. Dan saat itulah Rani, atau sosok yang dulunya Rani, menggigit kaki Doni yang dipegangnya seperti orang yang belum makan berhari-hari.
"AAAA!!" teriak Doni sekencang-kencangnya, mengerahkan seluruh tenaga dari pita suaranya.
Ibu yang sedang mencuci ayam di dapur langsung menengok kaget. "Don?" tak ada jawaban. "Doni?"
Ibu Doni mendengus kesal, di kepalanya terkumpul segala kata-kata untuk memarahi Doni yang tidak langsung menjawab panggilannya. Tapi dalam hatinya, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan rasa khawatir yang aneh.
Ibu Doni baru akan melangkah keluar dapur ketika melihat anaknya sudah berada di depannya, menuju ke arahnya dengan cara yang aneh, ngesot.
"Doni! Kamu ngapain sih kayak gi" Ibu Doni melihat kaki kanan Doni tak ada, seperti habis dicabik-cabik, dan Doni meninggalkan jejak darah sewaktu ngesot. Dan wajah Doni sudah tidak seperti manusia.
"AAA!!!" Ibu Doni berniat lari lewat pintu belakang. Terlambat. Kakinya sudah dalam cengkeraman anaknya.
------------------ZOMBIE NGESOT---------------------
"Pemirsa," kata Jerami Tetti di layar kaca. "Seperti yang bisa Anda lihat," layar kaca menampilkan rekaman dari CCTV sebuah jalan raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOMOT (Zombie Ngesot)
FantasyZombie menyerang kota!!! Teror Zombie Ngesot tidak berpengaruh apapun pada Aji. Tanpa adanya Zombie pun, dia hampir tidak pernah bersentuhan dengan dunia di luar apartemennya. Hingga suatu hari persediaan makanannya menipis. Dengan adanya zombie-zom...