petichor

96 6 1
                                    

" menatapmu melalui bayangan

Tersenyum tanpa rasa

Mendengar tawa renyahmu membuatku sakit

Karena aku sadar itu hanya ilusi "

" rintikan itu

Membuatku mengingat masalalu

Hembusan wangi itu

Membuatku mengingat memori yang lalu

Petichor sang masalalu "

***

Aku masih terdiam di tempat yang sama, dan waktu yang sama, bahkan suasana yang hampir sama, karena hanya satu yang berbeda. KEBERADAANNYA

Aku menatap nanar bayangan di depanku.. menatap dua remaja yang ku kenali itu siapa? Berlari dan tertawa lepas dibawah rintikan hujan. Menghirup dalam-dalam aroma menenangkan, petichor

Tes


Tiba-tiba satu titik rintikan itu menyapaku. Membuatku menengadahkan wajah

dan tersenyum. Hujan akan segera turun kataku dalam hati


Tes

Tes

Tes


Beberapa rintikan lagi kembali turun, menghampiri telapak tanganku yang sedari tadi menengadah tanpa aku sadari. Memejamkan mata merasakan setiap tetes yang membasahi wajahku, menghirup dalam-dalam aroma menyejukkan itu. Petichorku kembali


Mengingatnya membuat senyumku perlahan pudar tergantikan mendung dalam jiwaku, mengingat petichor. Mungkinkah dia akan kembali ?


Tanpa kusadar hujan telah menguyurku, merasakan dinginnya yang menusuk kulitku. Tapi aku enggan beranjak, hatiku seakan tak menginginkannya

Aku kembali menatap kedepan, Bayangan itu masih disana.entah sejak kapan air mataku ikut turun bersama rintikan hujan yang terus membasahi tubuhku. Melihatnya menyeruakkan luka hatiku kembali kedasarnya.


Aku menggenggam erat dadaku yang seakan sesak akan rasa itu. Aku masih disini dibawah hujan juga petichor


Aku semakin terisak, sesak didadaku tak kunjung hilang


Dan tiba-tiba hujan berhenti membasahiku, padahal aku yakin didepanku masih hujan. Karena aku masih menatapnya hanya tubuhku tak merasakkannya. Ada apa ini ?


Aku menengadahkan wajahku keatas melihat suatu benda yang menghalangi tubuhku dari rintikan penuh kenangan itu.


 Payung ?... aku mengernyit, payung siapa ini ?


Aku melihat mengikuti gagang payung yang menutupi hujanku. Dan aku menemukan sebuah tangan kokoh yang menggenggamnya dan perlahan melihat wajah itu.


Dan  Oh senyum itu !

Membuat dadaku kembali nyeri melihat halusinasiku yang semakin liar. Seakan tak sadar air mataku semakin deras mengikuti gejolak sakit di hatiku.

Petichor (1/1 end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang