"Khun Phan kha," panggil maebaan [แม่บ้าน | asisten rumah tangga] mencoba mendekati Phan– saudara perempuan Pai.
"Kha?"
"Bisakah saya meminta tolong pada Khun Phan untuk membersihkan kamar Khun Pai, kha? Kami tidak ada yang berani membersihkannya, setiap asisten yang kebetulan mendapat piket untuk membersihkan ruangan Khun Pai selalu melempar tanggung jawab ke-yang lainnya,"
Phan melirik kearah ruang tengah sekilas, "Jangankan kalian, tadi saja saat Phan berjalan melalui P'Pai, dia justru mengomeliku. P'Pai mengatakan cara berjalanku terlalu berisik."
Melihat reaksi Phan sontak maebaan mendesah lesu.
"Aku penasaran siapa yang bisa membuat P'Pai sampai seperti ini,"
"Iya, sangat menakutkan."
•
Prapai sedang duduk dibalik meja kerjanya, sementara dihadapannya sudah tersusun beberapa handphone. Bukan tanpa alasan mengapa aura muram lebih cenderung kearah mencekam itu menyelubungi Prapai; benar kata Phan kalau kakak tertuanya itu sangatlah jarang menampilkan sisi pemarahnya, aah... Tidak keadaan Pai sekarang lebih ke kesal, mungkin.
Beberapa waktu lalu ketika ia masih berada di kantor, Pai melihat kembali riwayat pesannya dengan Sky, hubungan mereka lambat laun membaik meski kesan awal pertemuan keduanya berawal dari teman 'main'. Ky mulai membuka hati untuk Pai -si titan hitam tak tahu malu ini-.
Namun, perubahan sikap Ky yang mendadak menjadi lebih dingin dan membangun kembali dinding kokoh pada keduanya membuat Pai bertanya-tanya. Jelas ia paham mengapa nong manis nan tsundere itu mengubah sikapnya kembali.
Titik permasalahannya tentu saja terjadi pada malam itu, malam saat dimana Pai pergi ke acara ulang tahun P'Off.
Pai meraih sebuah ponsel yang berbeda dari ponsel pribadi miliknya, tak berselang lama sambungan telpon bersambut.
"Sawatdee khrap?"
Pai tersenyum miring, "Kau mengangkatnya karena kau tau ini bukan nomer Phii, kan?"
"Bisakah kau berhenti menggangguku?" sahut Sky dingin.
"Kemana saja kau dua minggu terakhir, apa kau sengaja mempermainkan Phii? Ini tidak lucu na, Sky!" Sahut Pai berusaha menekan emosinya.
Sayup ia mendengar suara kekehan Sky diujung sambungan, "Aku mau pergi kemana pun itu bukanlah urusan Phii, memangnya Phii siapa?!"
Pai tercekat, "Meskipun phii tidak tahu malu, selalu bersedia menomersatukan-mu dan bersikap layaknya pria hidung belang tapi phii masih memiliki hati, na" ujarnya lembut, berusaha menetralisir segala pemikiran buruk ataupun keinginan untuk memarahi Sky. "Kita sepasang kekasih sekarang, jadi tak bisakah Sky bersikap jauh lebih baik pada phii, phii kho rong naa..." [พี่ขอร้องนะ | kumohon, ya...]*
"Aku bosan dengan phii, apa phii kira orang sepertiku tidak akan pernah bosan jika diperlakukan layaknya anak yang malang secara terus-menerus?! Aku mau kita sudahi semuanya sampai disini! Meskipun aku tak tahu kapan kita memulainya,"
Jujur, Pai tidak mau membalas perkataan dari Sky. Semua yang ia rasakan dengan Sky adalah pengalaman baru, mungkin jika Pai tidak menggunakan hatinya sekarang ia bisa saja pergi ke pub dan mencari pria manis random diluar sana, untuk melampiaskan kekesalannya ataupun kebutuhan alamiahnya.
"Yaak len gap phii na, mai thalok leuy." [อยากเล่นกับพี่นะไม่ตลกเลย | Jangan bermain-main dengan phii, na. Ini tidak lucu.] gumam Pai, suaranya terdengar agak serak.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR LIE | PaiSky
FanfictionBerhenti bersikap seolah kau tidak ingin dicintai olehku. Nong Sky bukanlah orang seperti itu... Meski phii tak tahu malu, phii sering berlebihan tetapi tidakkah kau berpikir jika hati phii juga bisa terluka, hanya karena sebuah kebohongan yang kau...