"Ray! Hot news," teriak Nara saat memasuki kelas.
"Apaan?" tanya Raya datar.
"Tadi malem," Nara berjalan ke kursi Raya. "Gue dianter pulang sama Zayn."
"Hah? Serius lo?" tanya Raya lagi.
"Dua rius malaah," Nara mengacungkan tangannya, membentuk huruf V. "Jadi, semalem.."
"Huh, di cancel lagi," ucap seorang gadis, berdecak pinggang. Suaranya samar oleh hujan. "Jam berapa sekarang?" cewek bernama Nara itu melihat jam kuning di tangannya.
"Jam setengah sembilan malam," seseorang menepuk pundak perempuan itu, "Mau gua anter pulang? Ngga baik cewek diluar malam malam gini, ditambah hujan deras."
Dia Zayn. Nara tau itu. Anak populer yang sukanya main sama cewek, bukan cowok.
"Eh, lo?" alis Nara naik satu. "Lo ngapain disini?"
"Mau ga?" tanya Zayn.
"Hmm.. Boleh," Nara nyengir. kesempatan, batinnya.
Zayn membuka payung, menggeser payung ke arah Nara. "Ayo,"
"Hmm.. lo gausah deket deket dia deh Ra," ucap Raya. "Dia emang selalu gitu sama cewek, friendly anak nya,"
Nara nyengir.
"Tapi dia-"
"Ayo ke kantin, gue laper" Raya berdiri, berjalan keluar kelas.
Raya itu sahabat Nara dari lama, dari kelas satu SD. Mama Nara juga dekat sama Raya. Raya itu anaknya mandiri, dewasa. kebalikan dari Nara.
"Eh Ray, lo kenapa sih suka larang gue deket sama cowok?" Nara menyeruput milk shake-nya.
Raya menoyor kepala Nara, "Ya karna lo bego, bego."
"Ya tapi Nara mau juga pacaran gitu, suka sama cowok. Dari pada suka sama cewek, kan?" Nara menautkan alisnya, lagi lagi menyeruput minumannya.
"Pacaran itu cuma bikin orang bodoh, pokoknya enggak." Raya menggelengkan kepalanya. "Dan awas lo suka cewek, gue jadiin ayam geprek lo"
Nara ingin ngedumel lagi, tapi terhenti karna Zayn lewat dengan wajah ganteng-nya. Entah Nara yang ke-geeran atau apa, tiba tiba Zayn melambaikan tangan ke arah Nara.
Nara menahan nafasnya, tersenyum. mencoba jaga image di depan Zayn. Saat Zayn sudah jauh, Nara baru memperlihatkan ke salbrut-annya.
Kinan, beserta teman satu circle nya melihat ke arah Nara kaget. Ni orang kesetanan apa ya, batinnya.
"Ih, Ra! Lo ngapain sih?" Raya berdiri, duduk di sebelah Nara. "Norak tahu,"
"Iya tahu, tahu tempe." Nara cemberut. "Lo-"
Kata kata Nara dipotong sama Fauzan, anak kelas sebelah.
"Nara, Aiden suka!" Teriaknya sambil berlari karna dikejar Aiden. Aiden menggeleng sambil tersenyum ke arah Nara, berusaha memberi 'klarifikasi'.
Sementara Nara?
Nara melotot ke arah Fauzan, lalu melirik Raya.
Raya makan dengan tenang, tak memedulikan sekitarnya. Seolah Nasi goreng itu lebih penting daripada hidupnya.
"Makan terus," desis Nara sebal.
Raya menengok ke arah Nara. "Kenapa?"
"Ngga, Gue mau ke toilet."
"Oh, yaudah"
Nara mendorong kursinya kebelakang, keluar. Setelah sekitar 7 langkah dari tempat duduk Raya, Nara mengomel sendiri.
"Ck, apa sih? Raya diajak diskusi malah madang," Nara menendang bola basket yang diletakkan begitu saja di lapangan. "Argh! ini bola kenapa disini, sih?" Nara memegang ujung kakinya kesakitan.
"HAHAHA, Itu kan lo yang nendang, Bego."
Nara menengok ke belakang, mencari asal suara. Berani beraninya dia menyebut Nara dengan sebutan Bego.
Dibelakang, Zayn tertawa lepas.
"GANTENG BANGET ANJAY," ucap Nara pelan. Sangat pelan. Mustahil Zayn mendengarnya. Hufth, peka kek lo botak, gumam nya.
<3
"Apa, sih," Nara mengetuk ngetuk meja belajarnya. "Gue yang ke geer-an emang. NT terus jadi orang, mending jadi hewan. Monyet juga gue terima." Nara berdiri, berjalan untuk mengambil HP-nya di meja belajar.
Ini gue harus gimana, ya? Masalahnya yang dia suka cantik, putih, kalem. Jelas kalah lah gue. Tulisnya di caption video lagu Sial, yang ia save dari Tiktok untuk di jadikan status Whatsapp.
Ini semua terjadi karna perbincangan siang tadi.
"Eh Ra,"
"Hm?"
"Gue lagi suka sama seseorang nih," ucap Zayn dengan cengiran.
"Hah? Siapa?"
"Tebak. Insialnya A." cowok di depannya itu lagi lagi nyengir.
Menyebalkan. A? Kenapa tidak N? Sial, bertepuk sebelah tangan lagi.
Nara memegang dagunya, pose berfikir favoritnya. Mencoba menghilangkan rasa canggung yang ia rasakan. "Eee, Alexa? Angel?"
"Bukan. Ciri cirinya, rambut dia pendek. Dia pinter. Banget. Ranking satu."
Pinter banget? Raya? Oh, bukan. Raya ranking dua, bukan ranking satu. Lagi pula, inisial Raya R, bukan A. Tapi, bukannya Ranking satu itu Athala? Dan, Athala laki laki.
"Hahaha, gimana? Ketebak?"
Nara menunjukan keterkejutan yang nyata. "Lo- lo suka cowok? Lo homo? SUMPAH?!" Nara memukul meja kencang sembari berdiri. Membuat teman sekelas nya melihat ke arah mereka. Kalau benar Zayn guy, setidaknya Nara tidak akan terlalu cemburu. "Tapi cewek? Ada yang lo suka?"
Setidaknya ada harapan.
"Ssst, Jangan keras-keras. Yah, Lo tahu kan Athala cowok pinter, alim. Dia ga mungkin suka gue juga." cowok didepannya itu menghela nafas. "Cewek ada,"
"Buset, sisimi" Nara tersenyum tipis. "Siapa?"
"Eee, Serena."
Nara melempar HP-nya frustasi. Kejadian siang itu benar benar membuatnya bingung. Oh, tentu saja. Penampilan Serena nyaris perfect. Pantas saja Zayn menyukai Serena. Sialnya, Nara pernah memberi tahu Serena, bahwa ia menyukai Zayn.
<3
ini aku pnjngin ya, trs aku gnti bagian yg ga nyambung. pokoknya aku bnrin. part part stlh ini aku unpublish dulu, mastiin udh bnr semua bru aku publish yaa. progress bakal lamaaa,so sorry hehehehehehe. vote komen y bg
KAMU SEDANG MEMBACA
Wan, Two, Three
Random"Lo liat dong sebelah lo! Bukan hanya gue yang harus peka, lo juga!" "Gue nggak paham Ra." Will menautkan alisnya. "Apa yang nggak lo pahamin, Will? Gue yakin lo tahu dia suka sama lo, tapi lo nggak mau sama dia. Apa kekurangan dia? Sadar Will, gue...