Chapter 2

391 66 29
                                    

Di perjalanan menuju ke sekolah, Hinata bertemu dengan Naruto yang saat itu juga ditemani oleh Sasuke dan Sakura. Tadinya Hinata akan berbalik arah untuk mencari jalan lain agar tak bertemu dengan mereka. Namun Naruto terlanjur melihatnya, mau tak mau ia mengurungkan niatnya itu.

"Hinata, kakimu terluka?" Tanya Naruto setelah berlari mendekat.

"Oh, ini ... Kemarin aku tak sengaja terjatuh." Jelas Hinata sembari berusaha menyembunyikan wajahnya yang otomatis berubah merah saat berada di dekat Naruto.

"Naruto ... Cepatlah!" Teriak Sakura tak sabar.

"Iya sebentar." Balas Naruto. "Ayo naiklah, Hinata!" Ia membungkukkan tubuh, mempersilahkan Hinata naik ke punggung lebarnya.

"Ti-tidak usah. A-aku tak apa-apa kok." Jelas saja Hinata menolak. Ia tak akan sanggup jika harus digendong oleh Naruto. Bisa-bisa ia terkena serangan jantung mendadak karena kedekatan yang terlalu intim.

"Biar aku menggendongmu sampai ke sekolah. Ayo cepat!" Naruto tetap memaksa.

"Ta-tapi..."

"Sudahlah, cepat naik! Aku tahu kakimu pasti sakit jika berjalan."

Merasa tak enak karena terus menolak niat baik yang ditawarkan, akhirnya Hinata memutuskan untuk menerima bantuan lelaki itu. Perlahan dan hati-hati ia menaiki punggung Naruto. Hangat, lebar dan kokoh. Hinata merasa nyaman dan gugup secara bersamaan.

"Pegangan yang benar, Hinata! Aku tak mau kau jatuh nanti." Ujar Naruto seraya memperbaiki posisi Hinata agar lebih nyaman dalam gendongannya. Ia bahkan menarik tangan si gadis yang berada di bahunya agar beralih memeluk lehernya.

Kini jantung Hinata berada dalam keadaan kritis. Benar-benar gawat. Ia sampai kesulitan mengatur nafas karena terlalu gugup. Apa yang dialaminya kini bagaikan mimpi. Tak pernah sekalipun terpikir dalam benaknya bahwa ia akan berada dalam gendongan lelaki yang selama ini disukainya.

"Terimakasih, Naruto..." Bisik Hinata yang tak bisa terdengar oleh orang yang bersangkutan. Lelaki itu sibuk berceloteh riang dengan Sakura yang berjalan di sisi kanannya. Respon gadis itu tak kalah berisiknya. Namun ia sebenarnya hanya berusaha untuk menarik perhatian Sasuke saja meski yang bersangkutan terlihat tak peduli.

Sasuke berjalan di sisi kiri Naruto. Sejak tadi lelaki itu sama sekali tak mengeluarkan suara. Ia hanya berjalan santai tanpa mempedulikan sekitarnya, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Raut wajahnya yang datar menunjukkan dengan jelas bahwa ia tak tertarik dengan pembicaraan mereka.

Namun tanpa siapapun yang menyadari, lelaki dingin itu sebenarnya tengah memperhatikan gadis mungil yang berada dalam gendongan lelaki berisik disampingnya. Lewat sudut matanya ia terus memperhatikan setiap gerak-gerik Hinata. Sekecil apapun itu. Bahkan suara bisikan Hinata yang tak dapat terdengar oleh Naruto dan Sakura bisa tertangkap jelas oleh indera pendengarannya.

"Bisakah kalian diam? Kepalaku sakit mendengar celotehan kalian." Sergah Sasuke dingin. Seketika membuat suasana menjadi hening dan agak canggung. Ia menambah kecepatan langkah kakinya, membuat jarak yang cukup jauh di depan mereka.

"Dasar Sasuke! Ia sensitif sekali pagi ini. Biasanya juga kita kan memang mengobrol seperti ini." Ujar Naruto sedikit mengomel.

"Sudahlah kau diam saja, Naruto!" Sakura malah memarahi Naruto. Ia segera menyusul Sasuke. Kembali menyejajarkan langkah dengannya.

"Ya ampun ... Kenapa aku yang dimarahi?" Naruto semakin kesal. Ia menghela nafas berat, "Memang aku yang selalu salah." Nada suaranya berubah sedih. Ia menatap punggung kedua sahabatnya yang telah berada jauh di depan. Giginya gemertak berusaha menahan gejolak perasaan yang bergemuruh dalam dadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DANCE PARTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang