Kamu Kenal Saya?

5 1 0
                                    

"Huh akhirnya kita sampai dijakarta"

"Seneng banget keliatannya"

"Iya lah. Impian gue akhirnya terwujud" Aresya menggelengkan kepala nya pelan ketika melihat tingkah sahabat nya Airin. Aresya menghela nafasnya pelan sembari menatap langit diatas sana dengan bibir melengkung keatas.

"Sya, nanti jadikan nginep dirumah tante gue?" Tanya Airin antusias. Airin Anastasya, gadis kelahiran tahun 2000 itu kini menatap sekeliling dengan rasa antusias yang tinggi. Sejak kecil cita citanya adalah bekerja diibu kota Indonesia jadi tidak heran jika dia bersemangat kali ini.

Dengan balutan kardigan hitam, gadis bernama lengkap Aresya Andini itu berjalan melewati sekumpulan pria yang tengah bermain skateboard disana. Hingga dia menghentikan langkah tak kala mendengar nama nya diserukan.

"ARESYA?" Aresya mendengarnya, dia berbalik mencari sumber suara namun tidak ada yang dia dapatkan. Hanya terlihat sekumpulan laki-laki yang tengah menatapnya dengan tatapan aneh. Mata Aresya meneliti satu persatu hingga detak jantungnya berdetak lebih cepat ketika menatap retina milik laki-laki yang tengah mengenakan kaos hitam oblong itu.

Merasa aneh, Aresya memilih untuk menyusul Airin yang tengah duduk dibangku taman paling ujung. Dia menggelengkan kepala nya pelan ketika merasa getaran aneh dalam tubuhnya.

"Dia, Aresya?"

***

"Sya, besok gimana nih kalau ga ketrima waktu interview?"

Aresya yang ditanya pun hanya merebahkan tubuhnya diatas kasur sembari mengangkat bahunya acuh. Sejujurnya, Aresya tidak suka suasana asing seperti ini. Lingkungan baru, teman baru dan pekerjaan baru seperti saat ini. Butuh waktu untuk dia beradaptasi dengan lingkungan baru.

"Gue juga ga tau Rin" Lirih Aresya sembari menoleh kearah Airin yang ternyata sudah terlelap. Aresya kembali menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan hampa. Hingga terdengar sebuah percakapan yang kembali membuat kepala nya terasa pecah.

"Kamu bisa sembuh. Kamu harus melawan semua rasa sakit kamu. Kamu bahkan bisa melakukan apapun yang kamu mau selagi kamu masih bernafas"

"Tetap lah hidup, meski banyak yang menginginkan kematian mu. Tetaplah bernyawa meski lebih banyak rasa ingin ketemu Tuhan. Tetaplah bernafas meski terasa sesak didada"

"Kamu bukan cinderella yang akan menemukan pangeran ditengah malam. Kamu bukan Putri Sofia yang bisa mendapatkan segalanya dalam sekejap mata. Tapi kamu adalah kamu yang bisa melakukan apapun yang kamu mau"

"Aresya, dengar. Kamu berharga. Setiap makhluk yang dilahirkan kedunia ini berharga. Tidak ada yang bisa menukarnya dengan nilai. Karena kamu tidak terhingga nilainya"

"Ayo sembuh. Luka tidak akan pernah bisa sembuh jika hanya diratapi. Tetap ada yang harus mengobati meski bekasnya masih tetap terlihat nyata"

"Mengerti?"

Aresya memegang kepala nya yang terasa berdenyut. Sudah beberapa kali ini dia merasakan hal yang sama. Bahkan dia merasa mual ketika ingin mengetahui lebih dalam siapa yang dimaksud dalam percakapan itu.

Rasa mualnya kali ini membuat dia memilih untuk pergi ke kamar mandi. Mengeluarkan semuanya.

"Kenapa lagi?"

Aresya memejamkan matanya sebentar menatap cermin yang berada tepat didepannya sebelum akhirnya dia memilih untuk kembali masuk kedalam kamar.

Aresya menyipitkan matanya ketika menyadari bahwa tidak ada barang yang ia cari didalam kopernya membuat dia mendesah kecewa. Terlebih barang yang ia cari adalah obat tidur. Sudah lebih dari 3 kali dia mengkonsumsi obat tidur karena suatu hal dan dia kini sudah kecanduan.

Karena benar, dia ingin tidur dalam ketenangan.

Aresya bergegas keluar mencari apotek terdekat. Mencari posisi tempatnya lewat google maps yang ada diponselnya. Menunduk menatap ponsel hingga tidak sadar bahwa dia menabrak seseorang disana.

"Aduh" Rintihnya sembari mengusap kening yang terbentur. Aresya mendongak menatap seseorang yang ia tabrak barusan.

"Aresya? Kamu? Kamu Aresya?"

"Maaf, anda kenal saya?"

"Ini aku, Ken"

"Sepertinya anda salah orang, maaf" Aresya segera pergi sebelum akhirnya pergelangan tangannya dicekal oleh laki-laki yang mengaku bernama Ken itu.

Retina mereka kembali bertemu untuk sepersekian detik membuat detak jantung Aresya berdetak lebih cepat daripada sebelumnya. Bahkan semua kecemasan itu kembali hadir. Rasa ingin muntah kembali timbul, kepala nya kembali berdenyut, dan didalam hati nya sana ada beberapa rasa sakit yang kembali menganga. Aresya menyentuh dadanya yang terasa nyeri membuat nya menggelengkan kepala sebentar sebelum akhirnya kembali bersuara,

"Maaf, sepertinya saya tidak mengenal anda"

"Gimana? Seriusan? Aku Kenan Ario" Aresya menggelengkan kepala lagi lalu berusaha melepaskan cekalan tangan Kenan dan berlari menjauh. Kenan, laki-laki itu menatap tangan yang barusaja menggenggam tangan Aresya dengan tatapan penuh kekecewaan.

Bahkan Kenan mengikuti Aresya yang masih berjalan dengan memfokuskan dirinya keponsel. Hingga akhirnya Kenan mendapatkan Aresya yang berhenti didepan apotek yang tidak jauh dari tempat nya tadi.

"Aresya, kenapa dia beli obat tidur?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang