Pagi ini moodku benar-benar jelek. Nggak tau kenapa, sejak bangun tidur, rasanya tuh pengen maraaah aja.
Dengan malas, aku bersiap untuk berangkat kerja.
Outfit kerja hari ini, aku pilih yang simpel aja. Karena beberapa hari ini hujan melanda kota ini kalau sore. Jadi kemeja panjang bisa bikin hangat kalo nanti pulangnya hujan.
Rok hitam pendek, heels setinggi lima senti, dan tak lupa jam tangan yang kugunakan hari ini, membuatku sedikit lebih percaya diri. Pasalnya meskipun mood berantakan, penampilan harus tetep oke, kan?
Aku keluar dari apartemen, lalu menuju coffee shop di lantai bawah apartemenku, setidaknya, segelas kopi pahit bisa bikin aku semangat, mungkin.
Pesan masuk dari sopir bosku, menyadarkanku dari lamunan, saat sedang menunggu kopiku siap.
Hari ini meeting sama klien di sebuah hotel bintang lima dikota ini. Klien bilang minta ketemu pas jam makan pagi. Terniat sekali, bukan?"Kopinya, atas nama Jenifer"
Aku mengambil kopi, setelah balasan pada mas Arif,terkirim."Thankyou" jawabku.
"Have a nice day kak" kata pelayan yang menyerahkan kopinya padaku. Aku tersenyum, lalu mengangguk menanggapi.
Keluar dari coffee shop, aku memesan taksi online, untuk menuju ke lokasi meeting dengan bosku.
Sampai ditempat yang dijanjikan, aku memindai seluruh tempat. Rasanya nggak ada tuh wajah-wajah yang mirip sama bosku, apa klien yang janjian sama kami.
Ini aku telat, apa aku datengnya terlalu awal? Perasaan janjiannya jam sembilan pagi. Ini udah jam sembilan lewat.Aki-aki satu tumbenan banget telat. Biasanya ontime loh.
Iya, bosku emang udah aki-aki. Kalo gak salah umurnya udah kepala lima. Tapi kelakuan ngalah-ngalahin abege.Kok bisa? Tiap hari kan aku sama dia terus, orang sekertarisnya. Udah dikantor liatnya dia, keluar meeting ya bareng dia. Sering banget liat interaksi beliau sama istrinya, kalo istrinya lagi nganter makan siang dikantor. Mau gumoh aja rasanya. Iya gumoh, kebanyakan liat yang manis-manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ravishing boss
General FictionSering melihat interaksi antara bos dan istrinya dikantor, membuat Jenifer ingin merasakannya. Bukan dengan orang lain, tapi dengan bosnya sendiri. Mengharapkan milik orang lain meman sesakit itu.