8. Lamaran kuyy

1.9K 259 35
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!



***

Jeno tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, pulang ke Rumah saat jarum jam menyapa angka 11.

"Baru pulang? Appa bilang tidak ada lembur hari ini. Kemana aja?" Tanya Doyoung tidak suka.

"Habis di ajak makan malam sama Orang tua, Renjun.." jawab Jeno dengan senyum lebar.

"Wah, Keren.. gimana hasilnya?" Tanya Jaehyun.

Jeno mengacungkan dua jempolnya. "Berhasil dong, Jung Jeno gitu.." kata Jeno bangga. Jaehyun tertawa.

"Kamu serius mau nikah?" Tanya Doyoung masih tak percaya. Kalau lihat bentukan Jeno yang begini ini tuh, beneran Doyoung gak akan percaya kalo bungsunya dia bakalan nikah.

Jeno menatap Eommanya. Tersenyum. "Iya, Eomma.. Jeno serius. Jeno aja udah dateng ke Ayahnya sama Ibunya Renjun. Nih, tangan Jeno masih kerasa dingin karena gugup.." Jeno menjulurkan tangannya untuk menggenggam tangan sang Ibu.

"Eomma, Jangan khawatir.. Jeno sudah besar kok.. udah bisa tanggung jawab. Eomma jangan banyak khawatir. Percaya aja sama Jeno, Ok?" Pinta Jeno tanpa melepas senyumnya.

Doyoung menarik nafas. "Iya, Eomma percaya kok.. Makasih udah jadi anak baik untuk Eomma, Nanti jangan lupa perlakukan Renjun dengan baik.. Jangan dinakalin, Jangan gampang ngambek.." Doyoung memberi wejangan.

Jeno tertawa. "Eomma.. Meski Jeno sudah menikah, itu gak akan mengubah fakta Jeno masih putra bungsu Eomma.. Jangan khawatir. Jeno hanya menikah.." Jeno memeluk Ibunya erat.

"Dan lagi, Jeno engga ngambekan tuh!" Jeno manyun. Doyoung dan Jaehyun terkekeh. Engga ngambekan katanya?

Doyoung menarik nafas, mengusap surai legam Jeno dan entah kenapa mata Doyoung terasa memanas. "Jeno nya Eomma.." bisik Doyoung lembut, Aduh beneran Jeno-nya udah tumbuh segede ini. Waktu kenapa cepat berlalu? Doyoung rasa masih baru kemarin Jeno rewel  pup di pampers, rewel tumbuh gigi. HHhhh..

Jeno melepas pelukan mereka. "Jadi, Eomma punya saran gak buat lamaran Jeno?" Tanya Jeno dengan mata memelas.

Doyoung tertawa.

"Jeno benar mau menikah?" Ulang Doyoung.

"Eomma.." Rengek Jeno.

"Hei, sudah.. jadi lamarannya mau bagaimana?" Sela Jaehyun menengahi.

Doyoung tampak berpikir. Jeno juga.

"Jeno pikir, jika lamaran hanya di rumah Renjun terlalu sederhana.. Di kapal pesiar terlalu berlebihan, apalagi jika harus keluar negeri.. Jadi Jeno tidak tahu harus bagaimana.." Jeno tampak lesu sekali.

"Jeno sudah memikirkan dengan restoran?" Tanya Doyoung.

Jeno mengangguk. "Itu juga rasanya terlalu biasa.." keluh Jeno.

Apa tadi katanya? Biasa? Doyoung memijat keningnya. Memang anak Jung Jaehyun. Hidup penuh kelebihan, jadi begini jadinya. Harusnya emang Doyoung biarin anaknya belajar hidup susah. Penyesalan memang selalu datang terakhir.

"Tidak apa apa yang penting momennya.." jelas Doyoung.

"Tapi, Eomma.." ucapan Jeno terhenti saat melihat tatapan tajam sang Ibu.

"Baik.." Jeno mengangguk patuh.

Jaehyun tertawa. "Itu memang tempat yang pas, jadi setelah lamaran kita bisa membicarakan sesuatu untuk mendekatkan 2 keluarga dan persiapan pernikahan.." lanjut Jaehyun menjelaskan.

Beneran mau Nikah kok! Serius!! [Noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang