Hari-hari terasa membosankan bagi Heeseung, seorang remaja tujuh belas tahun yang suka membaca buku. Ia menghela nafas saat dirinya baru saja terbangun dari tidurnya. Mata indahnya menatap pemandangan di luar jendela. Cuaca cerah yang hadir bahkan tak mampu untuk membuat dirinya merasa antusias untuk berangkat ke sekolah hari ini.
Ia bangkit dari tempat tidurnya setelah beberapa saat berlalu. Setelah dipikir-pikir, Heeseung sadar kalau dirinya tidak punya pilihan lain selain pergi ke sekolah. Setengah jam kemudian, ia sudah rapi dengan setelan seragam SMA-nya.
Heeseung berjalan kaki menuju sekolahnya karena jarak rumahnya cukup dekat dengan sekolah. Sepanjang perjalanan, pohon-pohon di kanan dan kiri jalan terlihat mengugurkan daunnya.
Dunia memang terasa membosankan bagi Heeseung. Namun masih ada setidaknya beberapa hal yang selalu membuatnya antusias. Melihat pemandangan musim gugur di sekitarnya, ia jadi teringat dengan sesuatu. Segera Heeseung membuka telepon pintarnya. Ia membuka salah satu media sosial dan mencari sebuah unggahan dari akun yang sudah lama ia ikuti.
Daun-daun berjatuhan di musim gugur
Meninggalkan semua ingatan di masa lalu
Namun, tidak dengan diriku
Aku akan terus mengingat senyumannya
Walau musim akan terus berganti
Meski keajaiban takkan pernah terjadiSudut bibirnya terangkat, menampilkan sebuah senyum tipis. Tidak dapat dimungkiri kalau Heeseung sangat menyukai hal-hal berbau puitis. Bagi Heeseung, salah satu hal yang membuatnya antusias adalah saat melihat notifikasi unggahan puisi dari akun itu. Kini Heeseung sedikit khawatir karena sudah hampir seminggu ini akun media sosial dengan username "wiltedflower" tak kunjung memperbarui unggahannya. Biasanya, akun itu selalu rutin mengunggah puisi dua kali dalam seminggu, baik itu puisi tentang cinta ataupun tentang kehidupan.
"Kenapa dengan sepedamu?" tanya Heeseung pada seorang gadis dengan rambut sebahu yang berjongkok di pinggir jalan sembari memegangi sepedanya.
"Se-sepedaku rusak," jawab gadis itu setelah sebelumnya terlihat gugup saat melihat kedatangan Heeseung.
"Biarkan aku memeriksanya." Heeseung langsung mencoba untuk memperbaiki sepeda gadis itu tanpa menunggu jawabannya. Setelah dicek, ternyata rantainya putus.
"Rantainya putus. Mau tidak mau, kau harus berjalan kaki."
"Begitukah?" Gadis itu lantas hendak menuntun sepedanya, namun Heeseung segera mencegahnya.
"Biarkan saja sepedanya di sini. Aku akan menelepon kenalanku yang bekerja di bengkel untuk memperbaikinya."
"Oh, tidak perlu repot-repot," tolak gadis itu sembari menggerakkan kedua tengannya dengan canggung.
"Santai saja, kita kan teman sekelas," ucap Heeseung sembari menampilkan senyumnya.
"Terima kasih." Gadis dengan name tag bertuliskan Kim Hana akhirnya balas tersenyum.
Sisa perjalanan ke sekolah, mereka habiskan dengan berjalan bersama. Sesekali angin musim gugur membuat beberapa daun berjatuhan.
***
"Kau sudah dapat undangan itu? Kau akan pergi ke pesta kostum halloween itu, kan?" tanya Sungchan pada Heeseung saat jam istirahat. Keduanya kini sedang menikmati hidangan makan siang di kantin sekolah.
"Entahlah. Aku tidak tertarik dengan hal semacam itu." Heeseung tidak menyukai keramaian. Jadi, kemungkinan besar ia akan memilih untuk berdiam diri di rumah sembari membaca buku tentang kumpulan puisi.
"Ayolah! Lagipula, bukankah lokasinya dekat dengan rumahmu?"
"Akan kupikirkan nanti," ucap Heeseung sambil terus menyuap makanannya ke dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You
FanfictionHeeseung sudah lama menjadi pengikut sebuah akun di media sosial yang selalu menghadirkan kata-kata penuh makna. Namun, saat menjelang perayaan halloween, akun tersebut mengumumkan penutupannya bersamaan dengan unggahan sebuah foto undangan pesta ha...