1# As usual

18 4 0
                                    

Title: As Usual

POV: Aru/Pembina asrama (Original Character)

------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Om, gak ada air. Amatsuki lagi sabunan gak bisa siram badannya." 

Aku yang sedang tidur pun merasa terganggu dengan kedatangan jelmaan toa yang tanpa izin masuk kamar dan membangunkan tidur pagi ku yang seharusnya menyenangkan dan menenangkan ini.

"Am om am om, gw baru 25 tahun. Kok bisa jadi gak ada air?" 

"Ya mana Mafu tau bang, tadi Amatsuki teriak dari kamar mandi katanya air habis."

Tak lama berselang, sesosok manusia yang kurang tinggi- panggil saja ia Urata berlari menerjang pintu kamar. Mentang mentang usiaku masih muda, anak-anak ini dengan tidak sopannya masuk kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Bang! Gak ada air bang! Gw belum mandi, mana masih ada Senra di kamar mandi gak bisa siraman. Gimana bang?!" 

"Ya mana gw tau, gw juga baru bangun, ini Mafu juga ada lapor. Mana yang piket asrama hari ini, umumin sekarang, panggil ke sini." Mendengar apa yang aku katakan, Mafu pun langsung keluar kamar.

"Pengumuman! Panggilan kepada yang piket asrama hari ini. Dipanggil Bang Aru di kamar pembina asrama sekarang juga. Sekali lagi, panggilan kepada yang piket asrama hari ini untuk segera berkumpul di kamar Bang Aru. Naruse, Araki, Luz, Meychan!! Kalian piket kan?! Cepat ke sini!!"

Suaranya Mafumafu yang melengking menggema ke seluruh asrama. Yakin saja, yang tidur pun pasti terbangun kalo Mafu yang ngumumin pengumuman di asrama. Soraru pengecualian, gempa pun gak bakalan bangun dia. 

Orang orang yang dipanggil pun datang. Ada Naruse, Araki, sama Meychan. 

"Lah? Luz mana?"

Naruse pun menjawab, "anu bang, itu, si Luz gak bisa keluar. Dia lagi mandi tapi tadi airnya gak ada." 

"Nah, kalian tau kan air mati. Kok bisa airnya mati? Jangan-jangan kalian lupa nyalain saklar air nya?!" Aku pun menatap satu satu dari mereka dengan memicingkan mata. 

"Nggak bang! Tadi kita nyalain kok!" jawab Meychan.

Aku pun mengerutkan dahi dan bertanya tanya, "lah, trus kok airnya mati?"

"Um... Gini bang. Di situ kan ada dua saklar kan bang? Yang satunya buat mesin air yang satunya buat lampu tempat jemuran, yang saklar baru tuh 'kan? Jadi karena kita sama-sama gak tau yang mana yang mesin air dan mana yang buat lampu jemuran kami coba lah dua-duanya dan akhirnya dapatlah yang mana yang saklar buat mesin air. Abis itu udah deh." Begitulah penjelasan oleh Araki.

"Jadi, kok ini malah gak ada air?" tanya ku.

"Ya mana kita tau bang, jangan-jangan sumur nya yang kering apa?!" ucap Naruse dan otak nya yang agak miring itu. Sekarang kan musim hujan, masa iya sumurnya kering?

"Jangan ngadi-ngadi lu ah," ucap Mafu yang ternyata dari tadi masih nungguin. Padahal Urata udah balik ke kamar nya.

Naruse pun mendengus, "ya kali aja kan, heuh! Siapa tau kenapa-kenapa gitu sumurnya." 

"Makin miring pembahasannya. Dah udah, biar gw cek dulu. Kalian yang piket, ikut," tuturku kemudian."

"Mafu ikut ya, bang." 

Gak perlu di tanggepin, kalo pun aku bilang gak boleh ikut dia bakalan tetap ngekor di belakang, kayak anak ayam memang.

Sesampainya di belakang asrama, aku pun mengecek saklar airnya. Dan ternyata, yang dinyalakan ialah saklar lampu, bukan saklar mesin air.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Utaite; Dorm !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang