satu

21 3 0
                                    

Ada banyak pertemuan di dalam hidup manusia. Beberapa hanya dianggap tidak penting, dilupakan begitu saja. Beberapa diingat, untuk kemudian menjadi rekan kerja maupun teman. Beberapa lagi, adalah pertemuan spesial. Entah itu menyenangkan atau malah mengharukan. Terkadang, manusia bahkan tak menyadari betapa spesialnya pertemuan tersebut.

Musim dingin datang, dan salju membungkus seluruh kota, membuat orang orang berkeinginan untuk menghabiskan waktu dirumah dengan penghangat ruangan dan secangkir coklat panas. Tapi apalah daya, pekerjaan menuntut mereka untuk keluar, memakai mantel tebal dan berjalan melewati tumpukan salju.

Stasiun kereta bawah tanah hari ini ramai, orang orang lebih memilih menggunakan kereta, lebih efektif ketimbang mobil maupun sepeda. Pintu kereta terbuka, Levi melangkah masuk dan melihat bahwa semua bangku telah terisi, kecuali satu bangku disamping gadis yang mengenakan mantel berwarna salem dan rambut sebahu yang dibiarkan tergerai. Levi melangkahkan kakinya dan duduk di bangku tersebut, menatap sekilas gadis disampingnya yang menatap keluar jendela.

Kereta mulai bergerak, gadis di sampingnya masih menatap jendela, entah melamunkan apa. Yang jelas, Levi tidak peduli. Ia memandang sekeliling. Sekelompok remaja yang baru pulang sekolah, orang yang baru saja pulang kerja, dan pasangan lansia, memenuhi gerbong berwarna putih keabuan tersebut.

Gadis disampingnya menoleh, tak lagi menatap jendela. Dia tersenyum,

"Oh, maaf, aku tidak menyadari keberadaanmu. Aku terlalu sibuk memikirkan sesuatu sampai tidak menyadari kalau ada orang disampingku." Suaranya terdengar ramah, tipe gadis periang yang akan memulai percakapan lebih dahulu.

"Ah, tak apa." Levi menjawab singkat seraya merapatkan mantel yang dikenakannya. Cuaca hari ini memang lebih dingin dari biasanya. Suhu yang menurun 1 derajat membuat mantel dua lapis yang dikenakannya tak tuasa menahan hawa dingin yang menusuk tulang. Gadis itu melihat gerakannya.

"Kau kedinginan?" gadis itu mengambil sesuatu dari tas kecilnya. "Aku punya permen jahe, kau mau? Ini bisa menghangatkan tubuhmu." Gadis itu menyodorkan permen dengan bungkus berwarna kuning gelap.

Levi memandang permen itu, melakukan pertimbangan di benaknya, lalu memutuskan untuk menerimanya. Toh, dia memang sedang kedinginan, dan jahe memang bisa menghangatkan tubuh.

"Terima kasih." Tangannya bergerak menyobek bungkus permen dan memakannya. Tenggorokannya dipenuhi rasa hangat yang, berbeda. Rasa ini berbeda dari permen jahe yang pernah ia makan.

Mungkin menggunakan resep yang berbeda.

"Bagaimana, enak?"

"Iya." Levi menjawab singkat. Sebelum gadis itu mengatakan sesuatu, speaker kereta berbunyi, menandakan bahwa kereta telah sampai di tujuan. Levi berdiri, mengucap terima kasih, lalu melangkah menuju pintu keluar.

"Sampai bertemu lagi!" sayup-sayup terdengar suara gadis itu dari kejauhan.


                                                                             *****

to be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗘𝘃𝗲𝗿𝗺𝗼𝗿𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang