2. Korban

469 84 9
                                    

Namjoon mengerjapkan maniknya pelan. Menjejak hawa dingin di sekujur tubuhnya, Namjoon bergelung meringkuk sembari meraba alas tidurnya. Memastikan bahwa kerikil kerikil kecil tempatnya berbaring bukan kepala bayi atau bahkan mata kecil mereka yang menggelinding.

Namjoon bergidik, ingatannya kembali melayang pada saat dia membawa kepala kecil itu pada lentera api yang menyala, kakinya pun ingat benar rasa lembab menginjak kepala manusia yang nyaris membusuk di dalam goa.

Sampai Namjoon dapat memastikan bahwa apa yang menjadi alas tidurnya benar-benar batu kerikil, dia baru bisa menguap dengan lega, dan menghirup hawa segar yang menyentuh tubuhnya.

Beberapa saat menikmati hawa sejuk pepohonan, Namjoon kembali bergidik. Kali ini karena kedinginan. Embun embun ini jauh lebih alami di banding pada daerah perkampungannya yang sudah tercemar.
Memilih mengeratkan jubah katunnya, dia menelisik sekeliling tempat duduknya, untuk menemukan kayu arang sisa api unggunnya semalam.

Hutan lebat, goa dan batu besar yang tidak jauh dari tempatnya pun masih disana. Ini nyata, bukan mimpi sesuai dugaannya. 

Sejujurnya Namjoon pun masih tidak cukup percaya bahwa apa yang dialaminya adalah sesuatu yang nyata.

Dia bertemu dengan perwujudan makhluk terkutuk tanpa di sakiti setelah pingsan dari serangan pertama, namun justru di bantu membuat api untuk menghangatkan diri.

Sejenak Namjoon tercenung, berjalan ke arah batu besar dimana Seokjin tidur semalam, saat menemukan tas jeleknya yang berisi buah-buahan liar tergeletak disana bersama pedangnya.

Semuanya masih utuh, tidak ada satupun barang Namjoon yang hilang.

Lagipula untuk apa memangnya Seokjin mengambil barang-barangnya. Itu tidak berguna sama sekali. Ular tidak makan buah buahan.

Menghembuskan nafas berat, Namjoon memutuskan untuk membiarkan tasnya di tempat yang sama. Dia akan terlebih dahulu mencari persediaan air di dekat sini sebelum  kembali ke perkampungannya.

Berjalan beberapa petak, membiak semak belukar yang tampak telah di lalui sebelumnya, Namjoon dengan mudah dapat mendengar suara sumber air di dekatnya.

Tepat dari arah barat tempatnya, Namjoon berjalan mengikuti instingnya, melewati hutan lebat yang tidak pernah dia lalui sebelumnya, sampai menemukan sebuah mata air besar di depannya.

Hamparan air kebiruan, dengan bebatuan yang timbul di sekitar cekungan besar dibawahanya. Ini adalah pemandangan yang luar biasa. Namjoon bahkan tidak tau jika ada pemandangan seindah ini sebelumnya.

Lidahnya mencecap rasa segar dari mata airnya, tidak tahan sebab rasa segarnya seolah memanggil Namjoon untuk lekas menanggalkan pakaian dan berenang di sana.

Sama sekali tidak menolak instingnya, Namjoon melepaskan begitu saja pakaiannya dan masuk ke dalam telaga.

Namjoon mencelupkan seluruh tubuhnya dan mulai berendam sejenak sebelum kembali memunculkan kepalanya di permukaan.

Rasanya sangat segar bisa menyentuh mata air murni ini setelah malam mencekam. Dia nyaris mati, bertemu ratusan kepala bayi, juga pria ular yang sejujurnya berbadan seksi. Namjoon terkekeh pelan, kalau Seokjin ada disini dan membaca isi kepalanya tentang satu fakta ini. Pria itu akan melilit lehernya sampai mati.

Namjoon kembali menenggelamkan seluruh tubuhnya. Merasakan segarnya air jernih itu menyapu bersih tanah dan keringat yang menempel di tubuhnya.

Sampai ketika dia kembali muncul di permukaan, Namjoon nyaris terjungkal karena di depannya ada Seokjin yang terlihat sama-sama selesai merendam diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mythology: Lamia [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang