Para penggemar yang mulai membubarkan diri dengan langkah berat sembari masih dengan mengusap air mata mereka menuju rumahnya masing-masing.
Gemuruh yang semula terdengar riuh saat tujuh pria masih berada di atas panggung, kini berubah menjadi keheningan saat semua orang telah membubarkan diri dari vanue.
Rangkaian acara berjalan lancar, dari awal hingga akhir, semua yang berada di sana menikmati penampilan NCT Dream, begitulah mereka dikenal.
Meski berusaha keras untuk tetap bersenang-senang tanpa mengingat perpisahan, namun tetap saja, para penggemar tak bisa menyembunyikan kesedihan mereka saat harus menerima kenyataan bahwa Dream kehilangan satu anggotanya. Hingga sampai penghujung acara, semua penggemar menangis tanpa terkecuali member yang berada di panggung, mereka juga tak bisa menyembunyikan itu.
-
Kini mengarah ke sisi lain, dimana malam yang kalut dipenuhi renungan menyelimuti ruang tunggu artis yang berada di ujung lorong. Ruangan itu menjadi tempat semua member berkumpul dengan masih saling terdiam dalam keheningan.
"Um.." Mark mencoba untuk mengungkapkan sesuatu.
"..aahh, shh..ayolah, mau sampai kapan kita seperti ini?" alih-alih mencairkan suasana, ucapan Mark malah membuat Jisung si maknae menangis.
"Ya~kau kenapa?" Haechan yang berada di samping Jisung pun segera menyadarinya.
"Aniyo, aniyo." Jisung kembali menunduk dengan menutupi wajahnya yang semakin memerah.
"Kemarilah!" Jaemin langsung sigap menghampiri Jisung dan memeluknya.
"Ah, kenapa kalian begini." Mark tiba-tiba kembali menunduk.
Suasana kembali haru, semua member kembali menangis. Bagaimana tidak, Sedari awal debut dalam nama Dream, mereka bersama-sama dengan 7 member. Sedangkan malam ini, mereka harus rela menghadapi kenyataan bahwa kini Dream kehilangan sang leader, Mark Lee.
"Aku benci situasi ini. Ah, benar-benar sulit dipercaya." Chenle mulai kembali bersuara sembari berusaha menghentikan air matanya.
"Sedari awal kita sudah tahu ini akan terjadi, tapi rasanya...aah.." Renjun nampak tak bisa lagi melanjutkan ucapannya.
"Baiklah..sebentar.."
Haechan menarik nafasnya dan mencoba mengendalikan dirinya.
"Aku tahu ini berat untuk kita. Tapi sekarang, mari saling menguatkan untuk tetap melangkah meski semua terasa berbeda."
Haechan terlihat menangis paling banyak sama seperti Jisung, tapi ia berusaha menguatkan semua orang untuk berhenti bersedih. Bahkan Jeno, dan Mark yang jarang terlihat menangis kini tak bisa bicara sedikitpun dan hanya menunduk.
"Ayo berpelukan, setelah itu kembali pulang dan beristirahat." Haechan berdiri untuk memulai pelukan itu.
"Ayo!"
Haechan yang kemudian di susul chenle, kini merangkul Mark dan Renjun yang langsung merangkul Jeno kini berpelukan dengan sempurna setelah Jisung dan Jaemin bergabung.
Masih dengan wajah yang memerah dan mata yang mulai membengkak, semua member berpelukan dengan erat.
"Mark hyung, bisakah kau katakan 'Yo Dream!' untuk terakhir kalinya?" pinta Chenle tiba-tiba.
"Chenle-ya.." Haechan segera diam saat Mark menepuk pundaknya sebagai isyarat.
"Kajja, ayo lakukan itu. Setidaknya, aku bisa mengenang malam ini seumur hidupku dengan teriakan yang ku pimpin terakhir kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth
FanfictionMasa muda yang ditukar dengan popularitas menjadi harga yang harus di bayar oleh seorang idol. Perjalanan panjang menuju titik dimana semua orang mengenalmu, bukanlah hal yang mudah di lewati.