Langit terasa samar di bawah palung dimensi atap bergelombang ini. Katanya, dunia berisi hal yang tidak spesial. Semua akan berakhir menjadi bingkisan kiamat dalam alam semesta. Namun, aku ingin mempercayai kalau hal itu hanya renungan semu.
Aku ini apa?
Aku ini siapa?
Mengapa aku harus terlahir dalam warna sekat memutih sebagai keturunan Lilith?‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
"Kata-kata apa yang pantas untuk menggambarkan buah karya ini Nona Nasya yang Agung?"
Suara dari wanita berambut putih panjang dalam balutan baju maid itu, menyadarkan lamunanku yang sedari tadi sibuk menatap sebuah benda keras berbentuk manusia. Ia terus menyunggingkan senyuman penuh di wajahnya dan hal itu malah membuatku merasa tak nyaman berhadapan dengannya. Jika bisa, aku ingin menghilang atau dia yang menghilang.
"Emm. Boneka? Nampak seperti maryonetta dalam gelas kaca." Ku tetap menahan diri sambil tersenyum.
"Nona Nasya yang Agung. Anda diusia sangat muda sudah menguasai banyak keahlian sihir. Anda sungguh keturunan suci dan pewaris darah Yang Mulia Lilith rod of hermes."
Aku masih tak bergeming dengan semua perkataannya. Entah, sejak kapan aku mulai merasa menampik tugas hidupku. Tugas sebagai Lilith selanjutnya.
Karena itu, langit yang berombak diatas mulai sering ku tatap nanar. Ingatanku seakan kembali pada fase itu. Masa kecilku.
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
6 tahun yang lalu di bukit perbatasan.
"Hai? Aku belum pernah melihat kamu sebelumnya disini? Kamu berasal dari mana?" Muncul sosok gadis kecil yang mengagetkan seorang bocah lelaki berwajah sendu menatap langit diatas sana.
"Ah! Ngg... " Gugup bocah itu.
"Jangan takut. Aku memang penyihir disini tapi kita sama-sama masih kecil. Perkenalkan aku Nasya Amarinth Papiss Canis." Sodor gadis kecil itu yang adalah Nasya.
"Aaa... " Ragu bocah itu.
"Tak apa jika tak mau menyebutkan nama." Nasya kecil beranjak dari duduknya.
Sebelum Nasya melangkah pergi, bocah lelaki yang ia ajak bicara berdiri dan bersuara, "Aku..... "
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
"Nona Nasya yang Agung. Sudah waktunya anda menuju kuil."
Untuk kedua kalinya aku tersadar dari lamunanku yang mengingat masa lalu pertemuan dengan bocah lelaki yang kulupakan siapa namanya itu. Aku langsung menatap wanita berambut putih panjang itu kembali yang sebenarnya adalah penjaga juga pelayan pribadiku.
Hari ini adalah upacara kedewasaan ku. Pada saat itu, aku berhak menentukan takdir dari berapa banyak orang yang akan ku atur. Tentu saja, orang-orang itu berasal dari wadah dimensi yang kami sebut papan permainan catur.
Gaun telah dikenakan dan hijab menutupi separuh wajah ku. Aku akan menjadi penyihir kekal abadi tak lama lagi menghentikan usia di 13 tahun.
Tribun berbaris membentuk lingkaran telah penuh berisi para penyihir dan keturunannya. Hanya perempuan lah yang dapat menjadi penyihir. Selebihnya harus menumbalkan jiwa untuk turut dalam urusan kotor.
Ada sebuah kisah mengenai semua keturunan Lilith ini. Mereka yang terlahir sebagai perempuan mewarisi darah murninya dan akan melanjutkan keabadian sebagai penyihir yang baru kutahu jika, kami harus menyokong hidup Lilith yang entah berada dimana sebagai makanan jiwanya. Sedangkan, keturunan Lilith yang terlahir sebagai pria hanya memiliki fisik dan kekuatan layaknya manusia biasa. Beruntung jika para pria ini memiliki kemampuan sihir dari darah Lilith namun, itu hanya 0.001% dari darah murni Lilith. Itulah yang membuat kami para penyihir harus terus menari dibawah cahaya merah dengan, ikatan sulur jiwa terhubung pada Lilith yang berada di dunia antah berantah sambil merapal mantra sihir seolah, kami adalah boneka dalam kotak musik yang terus bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
(HIATUS) Season 1. Carousel Cosmic : Stories Of A Miracle Book
FantasySebuah pemandangan fantasy dengan alur berbumbu ritual sains telah hadir dalam kisah "Carousel Cosmic". ◆◇◆◇◆◇◆◇ Mengisahkan tentang perjalanan seorang penyihir abadi keturunan Lilith The Colossal bernama, Nasya Horerika dan manusia kucing Black Cat...