Ting nong! Ting nong!
Suara bel rumah berbunyi. Dengan buru-buru Nata keluar dari kamarnya menuju lantai bawah, guna membukakan pintu dan melihat siapakah yang baru saja memencet bel rumahnya.
"Sebentar!" teriak Nata dari tangga sedikit berlari.
Pintu berhasil dibuka. Dari tempat Nata berdiri, terlihat disana terdapat Marsella sahabatnya, yang tanpa ada rencana sudah tiba di rumahnya.
"Yeh, elo ternyata. Gue kirain tukang paket."
Marsella nyengir kuda menanggapi ucapan Nata. "Sorry ngga nge-chat, ini aja ngide tiba-tiba pengen ke rumah lo."
Nata tertawa sambil membukakan pagar untuk sahabatnya yang terbilang rese itu. Sebetulnya sudah biasa baginya, menerima tamu tanpa ada izin atau percakapan sebelumnya. Hampir semua teman-temannya seperti itu. Termasuk Marsella, yang memang gemar datang ke rumahnya tanpa ada omongan sebelumnya. Alias tiba-tiba.
"Yaudah masuk. Bawa apaan lo kesini?"
Marsella mengangkat sebuah tas belanja yang ada ditangannya. "Ta–da! Mayan, cemilan buat nonton."
"Mantap, gitu dong selalu bawa makanan kalo ke rumah gue," seru Nata.
"Let's go kamar," lanjutnya sambil masuk ke dalam rumah yang kemudian disusul oleh Marsella.
—
"Besok gue badmin nih, ikut nggak?" tanya Marsella.
Nata yang sedang ditanya tidak menjawab. Sedari tadi ia sibuk berkutik dengan ponsel nya. Film yang ada di televisi bahkan diacuhkan sedari tadi. Dan dapat terlihat kini raut wajahnya sudah tertetuk, terlihat sangat masam.
Marsella yakin, sahabatnya saat ini sedang mengalami permasalahan. Dirinya sangat hafal dengan gerak-gerik gerik Nata. Guna basa basi, akhirnya Marsella mencoba untuk kembali bertanya, walau tak berharap banyak bahwa pertanyaannya akan dijawab karena biasanya Nata total acuh jika sedang disibukkan oleh permasalahannya.
"Siapa? Cowok lo lagi, ya?"
"Hm. Rese, biasa."
Hanya itu jawaban yang diberikan Nata dan Marsella mengangguk paham. Ia tidak ingin lagi menganggu sahabatnya dengan mengeluarkan suara. Sambil memakan cemilannya dan menonton film, Marsella mencoba menunggu sampai Nata selesai.
Dan tak lama kemudian Nata membanting ponsel miliknya ke kasur. Disusul dengan hembusan nafas kasar keluar dari mulutnya.
"Hh, capek gue Sel. Sumpah, males banget."
Nata merebut cemilan yang ada ditangan Marsella, memakannya dengan cukup agresif. "Hmh— kalo gue udah nggak sayang sama dia udah gue putusin, asli," ucapnya sambil terus mengunyah.
"Yailah, udah gue bilang juga putusin aja. Lo nya aja batu. Segala pertahanin cowok kayak gitu," jawab Marsella dengan santai. Karena jujur, Marsella sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Sudah total 60 kali—lebih, ia mendengar keluhan sahabatnya itu. Dengan cowok yang sama.
"Nggak bisa, Sel. Gue masih sayang banget sama dia. Tapi dianya gitu, gue males."
Sambil terus mengunyah, Nata kemudian membaringkan tubuhnya di atas kasur. Menatap langit-langit kamarnya, berharap secercah cahaya muncul dan membantu membereskan semua masalah percintaannya.
"Ya terus? Lo berharap apa?"
"Berharap dia berubah."
Marsella ketawa sengit menanggapi jawaban Nata.
"Lo udah berapa lama nunggu, berharap dia berubah? Lama 'kan? Hasilnya apa gue tanya?"
Nata terdiam. Dengan mata yang masih terus menatap langit-langit, kini dirinya mulai sedikit tersadarkan. Sahabatnya benar, sudah sangat lama ia menginginkan perubahan dari pasangannya namun yang ia dapatkan hanyalah lelahnya menjalani sebuah hubungan. Dimana ia lagi-lagi harus mengalah, mengalah, dan mengalah.
Bahkan dirinya pun harus memohon hanya untuk mendapatkan bare minimum.
Namun tetap saja, untuk mengakhiri hubungannya, Nata masih sangat menyayangkan. 8 bulan bukanlah waktu yang sebentar. Menurutnya juga, selagi ia masih menyimpan tenaga, ia akan terus memperjuangkannya.
Sampai akhirnya ia merasa benar-benar lelah.
Atau, numb.
Baru ia akan mengakhiri.
"Oke, lo kasih gue waktu ya, Sel. Gue masih bisa bertahan buat saat ini," ucap Nata. Bangun dari posisi tidurannya, ia kemudian mengembalikan cemilan Marsella yang tadi sempat ia rebut. "Nih. Lo pegang pokoknya omongan gue ya, Sel."
Marsella hanya bisa memutarkan kedua bola matanya malas menanggapi omongan sahabatnya sendiri. Ia kemudian mengambil kembali cemilan dari tangan Nata. "Iya deh, terserah lo."
"Mending besok lo ikut gue," lanjut Marsella.
"Hah? Kemana?"
"Badmin bareng temen-temen gue. Mostly kakak tingkat sih. Gue boleh ngajak temen soalnya."
Nata sangat antusias mendengar ucapan Marsella. Karena sudah sangat lama ia tidak berolahraga, terutama bermain badminton. Mungkin ikut dengan Marsella besok di waktu luangnya bukanlah ide yang buruk. Walau sebenernya ia sangat ingin bertemu dengan pacarnya, namun apa daya, pacarnya bahkan tidak bisa meluangkan waktu untuknya.
"Deal! Gue ikut!" timpal Nata dengan semangat.
"Yaudah kalo gitu gue malem ini nginep di rumah lo, ya." gantian, Marsella lalu merubah posisinya menjadi tiduran. Kode bahwa Nata kini harus membagi dua kasurnya dengan dia.
"Idih, kenapa jadi nginep?"
"Biar ada yang bangunin besok, hehehe."
"Najong lo."
Satu lemparan bantal berhasil menimpa wajah Marsella, dan Nata adalah pelakunya.
"Woi! Sakit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Time | Jaehyun AU
Fanfiction"Sometimes I understand. Everything is need time, no rush. And I'm not upset, I'm just curious. How long?" Written in Bahasa, 2022. Alternate Universe.