55.

671 49 1
                                    

Selepas dari memeriksa kondisi Raja Valius, Arletta berjalan menyusuri koridor istana seorang diri. Sebenarnya ada pelayan yang menawarkan diri untuk mengantarkannya. Namun, wanita berpikir ia sudah hafal jalan keluar dan masuk istana.

Hanya saja, entah mengapa koridor yang ia lalui ini tampak sedikit asing. Suasananya tampak semakin gelap. Terasa sangat aneh, menimbang istana adalah tempat yang memiliki penerangan dua puluh empat jam.

Di setiap langkahnya, Arletta merasa hawa malam semakin dingin menerpa pori-pori. Bulu kuduknya merinding mendapati dirinya yang makin masuk ke tempat yang semakin gelap. Wanita itu menghentikan langkah sejenak.

Dipandangnya kegelapan koridor yang menantinya di depan sana. Tampak begitu sunyi tak menunjukkan kehidupan manusia sama sekali. Yang membuat Arletta terhenyak adalah saat ia merasakan getaran tak kasat mata dari hawa di tempat yang ada di ujung sana. Hawanya sungguh tidak enak, seperti tubuhnya ditimpa dan dihimpit oleh sesuatu yang sangat berat hingga rasanya membuat dada Arletta sesak. Sampai-sampai tangan Arletta harus memegangi dadanya yang terasa semakin berdenyut.

Tubuh Arletta terhuyung, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres di sana. Tahu jika ada energi besar yang mencurigakan, Arletta tidak mau gegabah. Wanita itu mundur perlahan, tetapi ketika hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba Arletta mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Apakah ada orang di sana?"

Kedua kaki Arletta terpaku, kedua matanya membulat. Dengan cepat ia menoleh ke arah asal suara. Suara lembut yang terdengar begitu lemah. Kedua mata Arletta menyipit ketika melihat siluet tubuh wanita berjalan mendekat, perlahan tapi pasti, dari lorong gelap itu sosok wanita berjalan ke arah Arletta.

Namun, langkah sosok itu berhenti tepat di batas kegelapan yang tak tersentuh cahaya. Arletta dan wanita itu saling berhadapan. Meski di tempat gelap, tetapi cahaya lembut yang menyusup itu mampu membuat Arletta mengetahui bahwa wanita yang sedang dihadapinya saat ini memiliki rambut berwarna perak. Sama seperti dirinya. Terkejut akan apa yang dilihatnya, Arletta tak kuasa untuk tidak membelalakkan mata. Rambut perak sepertinya, seharusnya tidak ada di kerajaan ini.

"Si-siapa kau?"

Jantung Arletta bertalu begitu kencang. Rasanya mustahil ada orang lain dengan warna serupa dirinya bisa masuk di istana ini kecuali dia adalah tamu agung karena istana sangat ketat dalam memilih tamu, apalagi setelah sang raja jatuh sakit.

"Seharusnya aku yang bertanya siapa dirimu," sahut wanita itu mendongakkan wajah.

Sayang, keberadaannya yang masih di batas kegelapan membuat wajahnya tidak terlalu jelas sehingga Arletta tidak bisa mengenalinya.

"Apakah Anda berasal dari Klan Air?"

Pandangan wanita misterius itu semakin terangkat. "Kau juga?"

Suaranya lembut dan rendah, ditambah kemisteriusannya membuat Arletta semakin penasaran. Dengan kening mengerut, Arletta berjalan mendekat. Memiringkan kepala, wanita itu mencoba menajamkan mata agar bisa menelisik sosok itu lebih seksama. Tangan Arletta terulur untuk menyentuh sosok itu.

"Arletta, kau kah itu?"

Belum sempat telapak tangannya berhasil menyentuh sosok itu, suara bariton yang sangat familiar menginterupsinya, membuat Arletta berpaling ke asal suara di mana tampak dari kejauhan Alaric berjalan dengan langkah terburu.

"Duke?"

Pria itu berhenti di sisi Arletta, tampak begitu menjulang hingga membuat Arletta harus mendongak untuk beradu tatap.

"Ke mana saja kau?"

"Aku sepertinya tersesat, lalu aku bertemu dengan-" Ucapan Arletta terpotong ketika ia menoleh ke depan, tepatnya ke arah wanita berambut perak yang sempat ia lihat tadi. Tubuh Arletta dibuat menegang ketika menyadari sosok yang ia cari telah lenyap. Sontak, hal itu membuat kedua matanya membelalak. "Di mana dia? Tidak mungkin dia menghilang secepat ini."

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang