Chapter 8

19 5 2
                                    

⚠️ trigger warning! violence, sexual harassment, blood, betrayal

⚠️ trigger warning! violence, sexual harassment, blood, betrayal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"is it the amaryllis or the spider lily that has bloomed?"

• • •

"Joong, bunganya sudah mekar," diucapkan lembut-lembut, sementara manusia yang rungunya baru saja disapa itu masih hening, bergeming. Alih-alih dia malah mengeratkan selimut, rapat-rapat, tidak memperbolehkan rasa dingin merambat ke tubuhnya. Hongjoong kerasukan tupai hibernasi lagi.

Sura tersenyum tipis-tipis saja, barangkali niat hatinya ingin menepuk jidat Hongjoong dan menyuruhnya bangun karena matahari sudah berdiri mentereng.

Omong-omong, bunganya memang sudah mekar, merekah dengan paripurna. Sura ingat akhir-akhir ini Hongjoong memang giat sekali merawat bunga itu. Walau tak bisa memungkiri, Hongjoong kadang serampangan dan berpolah tidak manusiawi saat membesarkan bunganya. Tanahnya harusnya disiram dengan penuh kasih sayang, tapi Hongjoong terkadang menyiramnya secara membabi buta, seperti mendamprat seseorang. Kadang tidak disiram seharian penuh, seperti membunuh secara perlahan. Terkadang pula disiram sepuluh kali sehari, seperti mencekoki sampai pingsan. Sura hanya geleng-geleng tidak begitu mengerti. Seperti manusia pada umumnya, tensi semangat Hongjoong barang pasti punya masa kendur dan kencangnya sendiri.

 Seperti manusia pada umumnya, tensi semangat Hongjoong barang pasti punya masa kendur dan kencangnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunganya merah beranang. Saat pertama menyadari bunga itu akhirnya mekar, mata Sura harus benar-benar menyesuaikan betapa beraninnya aura bunga itu. Namun tentu saja, presensinya telah dinantikan. Sura tak lejar tersenyum puas saat bunga itu mekar. Dia tidak bisa berhenti berharap hal macam apa yang akan Hongjoong lakukan dengan bunga itu.

Kembali ke sejoli yang masih lekat menatap satu sama lain itu. Setelah sukses mendaratkan rasa gemasnya dengan cara mengacak-acak rambut Hongjoong, Sura pamit minta diri, "Aku pergi dulu, ya?"

Sebelum betul-betul mengambil langkah menjauh, Sura pastikan Hongjoong tidak benar-benar tidur dengan mengecup lekas bibir pemuda itu. "Aku mencintaimu, sampai jumpa nanti."

Katup mata Hongjoong terbuka, romannya setengah malu, setengah senang. "Jangan pulang larut."

Sura mengangguk patuh. Lekas-lekas ia pergi, menatap ke Hongjoong sedetik, rasanya ingin tinggal, seperti tidak ingin pergi ke mana-mana.

mercusuar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang