Bertemu

3 1 0
                                    

  Gadis berusia sekitar tujuh tahun itu duduk dengan gelisah memeluk boneka tady bearnya dengan erat,air matanya tak berhenti mengalir dari pipi bulatnya,isakan kecil terdengar lirih dilorong rumah sakit yang sepi itu.sesekali tangan mungilnya mengusap air mata yang tak berhenti jatuh.

seseorang dengan jas putih menghampiri gadis kecil itu,berjongkok mengsejajarkan tinggi badan dengannya yang masih terus saja menangis.usapan lembut dikepalanya ia rasakan,gadis itupun mendongkakan kepalanya untuk melihat siapa yang mengusap  lembut kepalanya.

" dokter,apakah ibuku baik baik saja",  dengan susah payah gadis itu berbicara di sela sela isakannya.

seseorang yang dipangil dokter itupun hanya diam sembari terus mengusap lembut kepalanya.terdengar helaan napas panjang dari sang dokter.

" kamu anak kuat nak.maaf, ibu mu tidak bisa kami selamatkan ' ucapnya berat

" maksud dokter?," gadis kecil itu menatap dengan bingung

" ibu mu sudah meninggal nak," jelas dokter itu

sedetik kemudian isakan itu perlahan menjadi tangisan yang kuat dan jeritan yang keras, air matanya semakin deras berjatuhan.

" ibu,jangan tingalin ara ibu, Ara sama siapa sekarang," kata kata itu terus terulang dari bibir kecilnya beserta tangisan yang semakin menjadi,dokter dan perawat yang sempat menangani ibunya pun berusaha menenangkannya.

dadanya sesak , dunianya seakan runtuh mendengar kabar itu,baru saja tadi pagi mereka sarapan bersama sebelum dirinya diantarakan kesekolah dan ibunya mulai bekerja,tapi tiba tiba saja seorang tetangga rumahnya menjemput dirinya disekolah,mengatakan ibunya pingsan ditempat kerja,disnilah dia sekarang meraug memeluk jasad ibunya yang sudah tak bernyawa terbujur kaku.

"Ara,apakah ibumu mempunyai tabunga,kita harus segera mengurus administrasi beserta pemakaman ibumu," tetangga yang tadi mengantarkan ara ke rumah sakit bertanya dengan tidak enak,bukannya dia tidak nngin membanu tapi dia pun tidak punya uang sebanya itu.

gadis kecil yang dipangil ara itu menggeleng,ibunya tidak mempunyai tabungan,karena uang hasil bekerja yang ibunya terima pasti habis dibayarkan hutang dan keperluan sehari hari mereka.

" biar kami yang mengurus semua biaya administrasi dan pemakamannya" dua orang pria berjas rapi tiba tiba saja datang keruangan itu,ara hanya menatap sekilas dan kembali memeluk sang ibu.

tetangga yang tidak mengenal orang orang itupun mengernyit bingung,karena tidak pernah melihat mereka sebelumnya.

" maaf,kalian siapa?,"

"kami,.." baru saja pria yang lebih muda dan membawa tas kerja akan angkat bicara terpotong oleh suara pria yang satunya lagi,tatapanya tajam tak berhenti menatap ara yang belum berhentii menangis,aura beribawa yang di pancaran pra itu membuat siapa aja segan menatapnya.

" aku Ayahnya Ara," jawab nya dingin

sontak jawaban itu membuat kaget sang tetangga,tak hanya itu ara seketika berhenti menangis dan menatap pria dewasa yang menyebut dirinya ayah.

" aku tidak mempunyai seorang Ayah," jawab Ara dengan berteriak

pria itu mendekati ara dan mensejajarkan tinggi mereka,bila dilihat warna mata mereka memang sama.

" apakah kau lupa,atau ibumu tidak memberitahu mu,bahwa akan ada yang menjemputmu," ucapnya dingin menatap Ara.

seketika tubuh Ara menegang,memori satu minggu lalu saat dia dan ibunya bermain di taman berputar kembali dalam ingatanya,saat itu Ara sungguh penasaran dengan sosok ayahnya,sosok yang tidak pernah ada saat Ara lahir,teman teman sekolannya pun selalu menanyakan dimana ayahnnya berada.

Ara tau,Ara mengerti tanpa ibunya jelaskan pun dirinya tau bahwa ayahnnya memang tidak ada atau mugkin tidak mengharapkan kehadiran mereka.tapi jawaban ibunya diluar dugaan saat itu,ibunya bilang bahwa ayahnya masih hidup,hanya sampai disitu karena Ara langsung tidak melanjutkan pertanyan sepuatar ayahnnya lebih jauh takut menyakiti hati sang ibu.tapi dua hari kemudian saat dia akan berangkat kesekolah ibunya bertanya dengan wajah pucat,apakah dirinya ingin bertemu sang ayah,Ara pun tanpa pikir panjang mengangguk dengan semangat.

" nanti Ayah akan menjemput kamu," itu kata terakhir ibunya sebelum semuannya terjadi.

semuannya membingugkan bagi ara kecil,kepergian ibunya yang secara mendadak kemudian seorang pria asing yang mengaku sebagai ayahnnya tiba iba saja merubah kehidupan ara kecil dengan beruntun.

Entah akan dibawa kemana Ara oleh pria yang mengaku sebagai ayahnnya itu,pria satu lagi yag mengaku sebgai asisten ayahnnya pun hanya diam fokus menyetir, sedari tadi sesudah ibunya dimakamkan dan  setelat perdebatan panjang bahwa Ara harus ikut dengan ayah yang baru saja dia tau.

Sesudahnnya Ara hanya diam tak bersuara,sampai mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang besar dan terdapat rumah dengan halaman besar pula yang baru dilihat oleh Ara.

pria yang memanggil dirinya ayah pun mengandeng tangannya memasuki rumah besar itu,Ara hanya diam mengikuti kemana sang Ayah akan membawanya,mereka tiba di sebuah ruang keluarga yang begtu besar dimana banyak pasan mata dan tatapan dilayangkan kepada mereka terutama kepada Ara, tatapan mereka menakutkan menurut ara apalagi pria tua dengan tongkatnya dan seorang wanita seumuran ibunya menatapnnya dengan tidak suka.ada lima pria dewasa dan empat wanita dewasa di ruangan itu menatap ke arah Ara dengan berbagai tatapan.

" jadi kamu memilih membawa anak jalang itu mas," wanita seumuran ibunya angkat bicara dengan nada menahan emosi.

" kita sudah sepakat Andin," jawab ayahnya dingin penuh penekanan.

" jadi kamu memilih dia menjalani hidup dineraka Adrian," pria tua dengan tongkat di tangannya angkat bicara,menatap sang putra dengan dingin.

Ara meringis menahan sakit ditangannya karena genggaman ayahnnya menguat  tiba tiba. 

" ayah sakit," dengan lirih Ara bersuara mendongkak menatap sang ayah,yang dipanggil ayah hanya menatapnya dingin penuh emosi.

" MBOK CARTI," teriakan Adrian menggelegar memanggil seseorang di ruang tamu besar itu.

seorang wanita berseragam pelayan lari tergopoh gopoh setelah mendengar sang majikan memanggilnnya degan keras.

" iya tuan," dengan setengah membungkuk peremuan paruh baya itu menjawab dengan hormat.

"urus anak ini," titahnnya dingin dan berlalu begitu saja entah kemana, Ara hanya meihat punggung kokoh ayahnya dalam diam.

" jangan harap kau bisa hidup tenang," suara wanita yang menyebut ibunya jalang kembali bersuara didekatnya,menatapnnya dengan penuh kebencian.

Ara tau hidupnya akan berubah detik itu.









DARK LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang