1.[Beginning]

345 42 11
                                    

'Alkazo Zefransico' pria dengan pahatan rahang tegas, serta wajah yang nyaris sempurna itu terlihat sedang asik menikmati rasa americano coffee yang tengah mengalir ditenggorokannya.

Dengan ditemani satu batang rokok yang sengaja diapit diantara sela jari tengah dan telunjuk salah satu tangannya. Inilah ritual sehari - hari yang biasa disebut 'favorit' olehnya sekarang.

"Woyy Al!" suara bariton seorang pria berhasil mengalihkan perhatian dari sang pemilik nama.

Yang merasa dipanggil pun mau tak mau segera menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Menatap tajam melalui sorot matanya sekilas, lalu kembali acuh melanjutkan aktivitasnya seperti semula.

Terlihat pria jakung tersebut berjalan menghampirinya, dengan beberapa pria lain yang tak jauh, hanya berjarak beberapa centi dibelakangnya.

"Dicariin kemana - mana, disini lo ternyata" celetuk pria yang diketahui bernama Glen tersebut setelah mendudukkan pantatnya pada kursi kosong didepan Alka.

"Bolos lagi pak?" tanyanya.

"Ga punya mata?" Alka menjentikkan abu batang rokoknya, sembari menyeruput minumannya lagi.

Sedang pria yang berada dihadapannya itu langsung mendelik mendengar penuturan dari sang leader Algoverga tersebut.

"Oasu, malah diarani picek (anjing, malah dikatain buta)" umpat Glen lirih sembari tersenyum kecut.

Vanka yang membaca jelas mimik wajah Glen sontak tertawa, seraya menepuk keras bahu pria itu. Berisyarat 'sabar' untuknya.

"Nyesel gue nanya" sesal Glen kemudian menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Lagian, muka lo aja basi gegayaan pake acara basa basi segala" kali ini Kai ikut membuka suara.

Glen yang mendengar hal tersebut langsung melayangkan tatapan sinis kearah Kai.

"Bacot lo tod" sungut Glen tak terima mendengar ucapan Kai, yang kemudian hanya dibalas kekehan dari pria itu.

"Ada masalah apa? kalo ga penting ga usah kemari. Berisik" ujar Alka dengan raut wajah datar.

Terlihat dirinya mematikan rokok yang masih tersisa satu kelingking. Disusul meneguk habis secangkir americano coffee yang masih tersisa.

"Buset, baru dateng langsung diusir" ceplos Glen yang kemudian mendapat balasan tatapan tajam dari Alka. Pria itu kemudian meringis ngeri.

"Keknya tuh anak lagi mode off dah" bisiknya setelah itu pada Vanka.

"Gue jadi ngeri anjg" balas Vanka menanggapi Glen.

Alka kemudian merubah posisinya menjadi berdiri, beranjak dari tempatnya ingin pergi.

"Mau kemana lo" timpal Gio yang ternyata telah memperhatikan gerak geriknya sendari tadi.

"Iya woy main cabut aja. Kita baru nyampe juga" Vanka mematikkan korek api untuk menghidupkan rokok yang dipegang olehnya.

"Makan" balas Alka yang sudah membalikkan badannya seraya melangkahkan kakinya lebar, beranjak menuju kearah kantin sekolah.

"Lah terus ini kita gimana?" bengong Agra.

"Ya cabutlah nyet" Reon menepuk bahu Agra sembari beranjak dari posisinya.

Menyadari semua orang telah merubah posisi mereka menjadi berdiri, Vanka menoleh kearah kanan dan kiri. Memperhatikan mereka secara bergantian.

"COY LAH INI NASIB ROKOK GUE GIMANA?!" Glen menyikut bahu Vanka.

"Udah ayo cabut nyet" dirinya lekas menarik lengan seragam pria itu.
Beranjak pergi menyusul kearah sang leader yang telah jauh dari pandangan.

👣👣👣

"Terus? lo kasi waktu berapa hari tuh si Alka?" Asha menyeruput jus melonnya, berancang - ancang sebelum mendengar jawaban yang akan keluar dari mulut temannya tersebut.

"Ga ada hari - harian. Gue bilang harus hari ini juga" jawabnya kelewat santai.

Mimik wajah dari pemilik nama 'Tyiolla Alisha' itu terlihat sangat terkejut. Wanita itu memang sudah hafal akan kelakuan seorang Alka dan gerombolannya yang tidak pernah absen dari ruang BK tersebut.

Namun, yang membuatnya terkejut bukan karena kelakuan mereka. Melainkan karena keputusan seorang 'Grache Agatera' yang bernotabe sebagai Waketos itu.

Wanita itu berkata tidak akan segan - segan menjatuhi hukuman yang lebih parah, untuk membuat mereka jera apabila mereka melanggar peraturan sekolah lagi.

"WAH GILAA. Tapi gue rada kurang yakin mereka ga bolos kali ini" ucap Asha.

"Kita tunggu aja waktu pelajaran biologi abis ini" jawab Tera menanggapi perkataan Asha.

"Hi girls!" kejut seorang wanita dengan senyum yang merekah pada wajah cantiknya, sembari berjalan mendekat kearah keduanya.

Dirinya kemudian mendudukkan pantatnya pada kursi kantin kosong yang berada disamping Asha.

Tanpa aba - aba, wanita tersebut langsung menyambar jus melon yang berada tak jauh didepannya. Lalu meneguknya habis tanpa sisa dan tanpa tahu menahu siapa pemilik dari minuman tersebut.

"Weh anjir itu punya gue. Baru dateng main sikat aja lo" sungut Asha yang tidak terima minumannya habis diteguk oleh wanita itu.

Sedang yang merasa dimarahi hanya menyengir menampilkan deretan giginya.

"Hehe maap sha, abisnya aus banget gue" ocehnya tanpa dosa, dengan tangan diangkat menampilkan dua jari tengah dan telunjuknya. Berharap cara tersebut bisa memadamkan rasa kesal temannya itu.

"Darimana lo emang?" kali ini Tera ikut menimbrung.

Sang wanita kemudian mencetak senyum aneh pada wajahnya sebelum menjawab.

"Biasalaaahh~" jawabnya sembari mengedipkan salah satu bola matanya penuh arti.

Tera yang memahami ucapannya, hanya memutarkan kedua bola matanya malas menanggapi pelontaran kata darinya.

"Kebiasaan" ia terkekeh mendengar perkataan Tera.

"Beneran yang terakhir deh" Asha melirik sinis.

"Dari seminggu yang lalu juga lo bilang yang terakhir" sungut Asha menyangkal perkataannya.

"Tapi kali ini beneran. Mau insaf gue"

Tera yang mendengar hal tersebut hanya menggelengkan kepala, tak yakin.

"Amora Faramisya, ga bolos pelajaran sejarah? IMPOSSIBLE" celetuk seorang wanita dengan penekanan kata pada akhiran ucapannya.

Dengan posisi badan yang bersender diambang tiang kantin dan dengan tangan yang bersedikap dada, pandangan perempuan itu tertuju kearah mereka bertiga.

Mendengar hal itu, sontak ketiganya menoleh kearah sumber suara. Mereka mendapatinya melangkahkan kaki menuju kearah ketiganya.

...

-Tbc

next? don't forget to comment and vote^

ALKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang