Chifi ( Chika+Fiony ) ²

1.3K 72 7
                                    

Debur ombak pantai yang menyaut nyaut, laut biru yang terbentang begitu luas sampai pandangan mata pun tak dapat menemukan ujungnya

Fiony Maharani Tantri kini berdiri tegak, meski seluruh sendinya lemah, menatap sang laut yang telah menenggelamkan sang pujaan hatinya, menghancurkan seluruh asa dan mimpi yang pernah keduanya perjuangkan bersama, mimpi yang kini sebagian dari nya sudah tercipta nyata namun sang raja pergi dengan tidak pamit sama sekali

Ingin rasanya fiony berteriak lantang, mengadukan seluruh kesakitan yang ada pada dirinya, menyampaikan pertentangan nya pada dunia dan sang pencipta akan takdir yang kejam karna mengambil sang suami sebegitu cepatnya

Pada remah remah kehancuran saat ini, membelenggu fiony pada jiwa yang seolah mati, tapi dipaksa hidup dan tetap berdiri. Andai boleh fiony ingin berlari dari tempatnya berdiri saat ini, berlari sekencang kencangnya menghampiri lautan di depannya menyusul sang suami yang lebih dulu tenggelam dan hilang.

Sebuah genggangan dari jari jemari mungil tiba tiba menggenggam erat tangan fiony, mengurungkan niat fiony untuk berlari dari semua ini

"Mama....." Panggil si kecil yang kini mendongak untuk melihat wajah sang ibunda yang sedang menangis tak henti hentinya dari semalam.

Hati fiony semakin perih, lerung jiwanya begitu sakit melihat kini sang putra telah bener benar hidup tanpa seorang ayah, bulir keringat di dahi putranya terlihat bercucuran karna panas terik matahari pantai, fiony tak kuasa melihat wajah putranya yang telah merah Karna panas, segera dia bertekuk lutut dihadapan sang putra menggenggam kedua bahu kecil putranya menatap maniak coklat yang begitu khas dari putra tercintanya.

"Arkaa hiks... Arka mau kan temenin Mama terus, hiks hiks, arka jangan tinggalin mama ya sayang hiks, hiks ma ma hiks..."

Anak lelaki berusia 3 tahun itu mengangkat tangan mungilnya, menggapai wajah sang ibunda, menghapus air mata sang ibunda dengan jari jari mungilnya, menarik leher sang ibunda, meletakan kepala sang ibunda di dadanya, tangan mungilnya mengelus sayang sang ibunda yang masih terisak sedari tadi, fiony mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil putranya menumpahkan kan seluruh Isak tangis dan kesakitan  dalam dekapan putranya, berharap setelah ini dia benar benar siap menjalani hidup berdua bersama putra semata wayangnya

"Aka cayang mama, aka nda mau janji ma, aka takut cama tuhan, tati aka belucaha tiyus dicamping mama, aka cayang mama aka uga... Cayang papa"

"Hihhkkksssss" tangis fiony semakin pecah tak kuasa lagi menahan seluruh sakitnya, rasa sesak didada nya seolah semakin mengikatnya kuat.

lihatlah anak mu dengarlah betapa dia tumbuh begitu dewasanya tapi apakah aku mampu berdiri sendiri tanpa kamu menjadi ibu dan ayah untuk anak kita mas, apakah kamu benar benar tak akan kembali lagi apakah aku tidak bisa berharap lagi apakah aku kini harus benar benar mengubur masa lalu kita Tama yezarka mahendra

Arka sayang terimaksih sudah hadir didunia ini, terimaksih karna mama masih punya alasan untuk tetap bernafas karna kamu nak, tetap bersama mama nak, mama sangat menyayangi arka

tutur fiony di dalam hatinya yang tak sanggup dia keluarkan lewat bibirnya karna tangisan yang tak dapat dia hentikan.

Lama Mirza memandang mereka, setelah menghapus air mata nya Mirza segera menghampiri sang adik dan keponakanya, membawa mereka untuk segera pulang setelah acara tabur bunga tadi selesai,

_________________________________





Di sebrang pantai yang fiony datangi dari jarak yang bermil mil, ada sebuah pantai kecil dan pulau yang tak terlalu banyak penduduknya

one shot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang