Pergi

54 4 0
                                    

     Sesosok gadis bersurai (h/c) nampak berteriak memanggil nama temannya.

"Armin, Ayo kesini!! Lihatlah! Langitnya sangat cantik bukan?" seru gadis itu dengan wajah berbinar.

     Yang dipanggil segera menengok,  memasang senyum lembut, dan kembali menatap ke arah langit.

"Hei Armin, ayolah, setidaknya tatap lautnya walau hanya sedetik. Kau ini cuek sekali" gadis itu berujar kesal.

     Yang dipanggil kembali menengok, pandangannya kini menatap kearah gadis tersebut. "Malas, aku bosan tahu melihat wajahmu setiap hari" ucapnya bercanda. Senyum kembali terlukis di wajahnya.

"Hei!! Kata-kata mu menyakitkan sialan!!" gadis itu nampak semakin kesal. Sedangkan yang diumpati nampak tertawa.

     Manis. Kalau boleh egois, aku ingin selamanya melihat senyum milikmu, batin gadis itu. Mata gadis itu kini tak lagi memandangi laut didepannya, tetapi memandangi temannya yang tengah terduduk diantara ribuan pasir pantai. Tampan, pikir gadis itu.

"Hei, (Name)" ucap sang lelaki memanggil memanggil si gadis.

     Yang dipanggil menoleh, kemudian beranjak menuju sosok yang memanggilnya berada.

"Ada apa? Tumben sekali kau duluan yang memanggilku" gadis itu berujar. Dalam hati merasa senang, sosok yang ia kira mendadak menjadi cuek ini akhirnya kembali menunjukkan sisi yang ia kenal.

     Yang dikatai mendengus. Kemudian kembali melanjutkan ucapannya.

"Bagaimana jika seandainya aku tiba-tiba pergi? " ucap sosok bersurai blonde tersebut. Yang di tanya mengernyit bingung. Pertanyaan macam apa itu? Batinnya.

"Hei!! Apakah kau berpikir untuk pergi liburan tanpa mengajakku??" kata gadis itu sembari memasang wajah kesal. Sedangkan Armin, dia mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan perkataan yang dilontarkan oleh gadis itu.

     (Name) tahu makna 'pergi' yang sebenarnya Armin maksud, dia hanya berpura-pura bodoh untuk menghibur dirinya.

"Ck, tidak begitu bodoh! Aku serius, bagaimana jika seandainya aku tiba-tiba pergi?" ujar Armin berdecak kesal.

     Netra si gadis menajam, menatap sinis pada manusia bersurai blonde yang berujar mengesalkan tersebut. "Oh ayolah Armin, memangnya kau mau pergi kemana sampai-sampai bertanya seperti itu." ucap (Name) murka.

"Pergi ke sisi Tuhan yang maha Esa" jawabnya asal. Gadis disampingnya dengan spontan memukul pelan lengannya.

"Heh mulutmu! Jangan berkata-kata seolah-olah kau akan mati dong!" pekik (Name) marah. Sedangkan orang yang dimarahi hanya tertawa ceria.

     Aku kan memang akan mati sebentar lagi, (name). Batin Armin. Pemuda bersurai blonde dengan netra berlian tersebut menatap datar ke arah langit.

"Bukankah memang begitu?" ledek Armin dengan memasang raut wajah yang menjengkelkan.

"Hei, kau kan masih bisa hidup, sialan!! Tolong berhentilah melontarkan candaan-candaan mengerikan seperti itu" ucap (Name) marah, matanya menatap tajam sosok disampingnya.

Armin tertawa sejenak, kemudian memasang wajah datar. "Umur itu tidak ada yang tahu, (name). Hanya dengan dokter berkata bahwa aku masih ada kesempatan untuk hidup belum tentu yang diatas benar-benar memberikan kesempatan itu untukku." Ujarnya serius.

     (Name) terdiam. Hatinya kembali terisis mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Armin.

Hei, kenapa kau begitu kuat, sialan. Padahal beban dan luka yang kau tanggung itu sangat berat. Kenapa kau selalu tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa pada dirimu itu.

Next?

Ουρανός 《Armin Arlert》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang