CHAPTER 5

139 25 1
                                    

DING DONG

Sadina menggigit kukunya selagi menunggu pintu dihadapannya terbuka. Sesekali ia melirik pintu apartmentnya yang tidak tertutup. Ini sudah terlalu malam, Sasa tahu itu. Tapi ia perlu berbicara dengan Gian.

"Oh? Sadina?"

"Mama?"

Kenapa harus Mamanya Gian yang membuka pintu!

Sasa semakin kikuk di tempatnya. Ia seperti wanita yang tidak tahu sopan santun berkunjung ke tempat pria malam-malam dengan menggunakan piyama.

Memalukan!

"Kamu tinggal di sini?"

"Unit Sadina di sebelah, Ma."

"Oh, jadi kamu tetanggaan sama Giandra."

Sasa hanya tersenyum kecil membalas ucapan Ibunda Gian. Mereka memang sudah lama tidak bertemu tapi Sasa sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan Mama.

Gian selalu mengajarkannya dulu untuk menyamakan antara orang tua Sasa dan Gian.

"Giandra ada, Ma?"

"Oh Gian—"

"Siapa, Ma.. Sasa?" Beruntung sekali Gian segera muncul sebelum Sasa kehabisan kata-kata. Ia menang tidak menyiapkan kata apapun untuk pertemuan mendadak ini.

"Ma, Gian perlu bicara sebentar sama Sasa." Gian mengambil sandalnya dan melangkah menuju Sasa sedangkan Ibundanya hanya tersenyum dan menutup pintu tanpa kata.

Kini tersisa Gian dan Sadina berada di depan unitnya. Tubuh Gian yang bersandar pada dinding, dan Sasa yang berdiri di hadapannya dengan tegang.

Ayolah, apa yang ditakutkan, Sa! Kamu engga ngelakuin kesalahan apapun!

"Dia udah pulang?" Pertanyaan Gian membawa kepala Sasa untuk terangkat dan menatapnya. Ia mengangguk kecil, seakan bibirnya begitu kelu untuk bersuara.

"Ada urusan apa dia datang? Kenapa kamu engga kabarin aku sebelumnya?"

"Juan cuman mampir, Gian."

"Mampir juga ada alasannya, Sadina. Juan mau apa dari kamu setelah semua ini?"

"Cuman mau ketemu Lili, dan minta maaf engga bisa temenin aku waktu persalinan."

Gian tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir terhadap apa yang terjadi di hadapannya ini. Juan maupun Sasa sama-sama membuatnya gila.

"Lebih dari minta maaf yang seharusnya dia lakuin." Jika saja mereka berbicara saat emosi Gian masih memuncak, pasti Gian tidak akan sesabar ini membalas setiap kalimat Sasa.

Gian menarik napas dan menghembuskannya, mencoba untuk mengontrol emosinya, "Lili udah tidur?" Tanya Gian.

"Udah dari tadi, mungkin nanti kebangun. Makanya aku engga tutup pintu." Sasa melirik pintunya, ia memang sengaja tidak menutupya rapat. Takut Lili menangis dan ia tidak mendengarnya saat berbicara dengan Gian.

"Kamu udah makan malam? Mama bawa makanan yang dia masak dari rumah."

"Belum, tapi aku engga bisa ninggalin Lili. Mungkin nanti aku pesan online aja." Sasa tersenyum menatap Gian. Setidaknya kini Gian tidak menaruh emosi lagi padanya.

Karena Sasa tidak ingin di sisa waktunya tinggal bersebelahan dengan Gian, dan pria itu mengabaikannya.

"Kalau gitu aku balik, ya. Maaf tadi sempat bikin kamu emosi. Bye! Besok main ke apartku ya!" Sasa mundur perlahan, melambaikan tangannya pada Gian dan dibalas senyuman manis oleh pria itu.

Us. [WENGA] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang