boleh ; harubby

1.1K 92 8
                                    

-fluff


"Kak, aku selalu nunggu kamu,"

Haruto menyingkirkan rambut halus yang menghalangi cantiknya wajah Doyoung yang sedang tertidur di bangku kelasnya. Ia mendesah pelan, takut mengganggu si manis.

"Aku kurang apa buat bisa sama kamu?,"

Cantik. Tidak pernah terbesit pandangan jelek untuk Doyoung dari matanya. Selalu cantik. Selalu cantik sejak awal mereka bertemu di kantin sekolah. Dimana pertemuan mereka- yah, bisa dikatakan tidak baik juga.

Cerita mereka bertemu merupakan cerita klise. Haruto yang dikenal sangat amat nakal di sekolahnya, sedang membuat keributan di kantin dan Doyoung yang hari itu menjadi petugas ketertiban di sana.

Kenapa disebut sangat amat nakal? Tentu karena dia bisa melakukan hal tersebut saat baru masuk SMA, alias baru kelas sepuluh.

Membolos pelajaran guru killer? Sudah pernah. Masuk BK? Hal remeh. Hampir di-do? Berkali-kali. Tapi kenapa dia masih dipertahankan di sekolah ini? Tentu saja karena sekolah ini milik saudara jauhnya. Saudara jauh yang mau tidak mau menjaga Haruto selama orang tuanya bekerja di luar negeri.

Haruto anak tunggal. Anak tunggal dari keluarga yang kaya raya tidak menjadikan dirinya puas akan semua itu, tidak saat dia tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Yang semakin menyedihkan adalah orang tuanya yang juga anak tunggal. Saudara dekat? Tentu tidak ada.

Haruto tumbuh dengan baik hingga dia menginjak sekolah dasar kelas enam. Dimana orang tuanya harus sering pergi ke luar kota dan menitipkan dirinya pada pengasuh di rumahnya. Apakah pengasuhnya baik? Tentu. Ia memperlakukan Haruto selayaknya anak sendiri. Haruto bersyukur masih memiliki keluarga di rumah itu.

Senyum yang masih merekah itu berhenti ketika dia mendapatkan kabar dari tetangganya bahwa pengasuhnya- ah, tidak, ibu keduanya terpeleset saat akan turun tangga dan mengakibatkan pendarahan di dalam kepalanya. Hanya jarak satu hari, dirinya kehilangan sosok ibu dalam hidupnya, lagi. Pengasuhnya meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Haruto tidak mau lagi diasuh oleh siapapun kecuali orang tuanya, pintanya. Saat papa dan mamanya mendengar hal itu, mereka hanya mendengus kasar dan pergi meninggalkan Haruto seraya berkata,

"terserah kamu, kamu sendirian saja di rumah ini kalau begitu,"

Anak kelas satu sekolah menengah pertama itu mendengarkan ucapan bernada datar dari mamanya sendiri. Juga tatapan malas dari papanya. Haruto, sudah kehilangan dirinya, sejak saat itu.

- - -

Haruto ingat betul bagaimana pipi kakak kelas satu tingkat di atasnya menggembung lucu saat melihat dirinya membuat keonaran di kantin. Hari dimana Haruto pertama kali melihat dan mengenal seorang Kim Doyoung.

"Watanabe! Saya sudah memperhatikanmu dari awal menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Sekarang kamu ikut saya,"

Haruto tersenyum sambil mengangguk sekali dan mengikuti langkah kaki kecil wakil ketua OSIS di sekolahnya. Kecil, pikirnya saat melihat Doyoung.

Semenjak saat itu, Haruto tidak pernah absen dalam keseharian sekolah Doyoung. Mau dia bertugas ataupun tidak, Haruto pasti selalu ada di sekitarnya. Entah berbuat onar atau hanya sekedar menggodanya.

"Kak, gue kemarin balapan-,"

"Watanabe, kamu masih di bawah umur untuk naik kendaraan pribadi sendiri. Juga, saya kakak kelas kamu. Jangan pakai lo-gue ke saya,"

loveable. | dobby × allTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang