sorry for typo(s)
Sore ini, suasana kafe tidak terlalu padat. Salah satu hal yang selalu membuat Alisha memilih kafe kota senja sebagai titik kumpul untuk menentukan siapa yang menjaga Kalara. Bisa dibilang ini adalah tempat terfavorit mereka.
Aroma kopi berlomba-lomba untuk memasuki indra penciuman pengunjung sore ini. Alunan musik lembut tak ingin kalah, menjajahi indra pendengaran manusia untuk lebih rileks dan tenang. Hanya ada lima pengunjung sore ini, termasuk Alisha dan 3 sahabatnya. Dua barista tengah sibuk dengan urusannya sendiri di balik mesin penggiling kopi. Potret suasana kafe yang selalu disukai Kalara, tidak ramai namun tidak sepi. Seolah-olah kafe ini hanya diperuntukkan kepadanya, tapi tak benar-benar menjadi hak miliknya. Sayang sekali, Kalara tidak ikut nimbrung kesini.
Setelah Raline memesan minuman favoritnya, “Jadi giliran siapa yang jagain, Kalara?” Tanya Alisha
“Gue sama alin.”
“Gue sama javka.”
Raline dan Javka secara tidak sengaja menjawab bersamaan.
“Yahh, pengen jagaa lara.” Ucap Diego
“Besok sama gue.” Ucap Alisha
“Males sama lo, lo galak.”
“Yaudah gausah sama sekali.”
“Bercanda anjay.”
Selepas selesai menikmati kopi, mereka berempat pergi ke rumah sakit Kalara di rawat.
Setelah setengah jam lamanya, mereka sampai di rumah sakit Kalara di rawat.
“Lo naik motor kaya mau mendekatkan diri kepada Allah anjing.” Ucap Javka
“Serah gue lah.” Ucap Diego setelah selesai memakirkan motornya.
Diego, Alisha, dan Raline pergi masuk duluan ke dalam rumah sakit, dan meninggalkan Javka sendirian.
“HEHH, KOK GUE DI TINGGAL??!??”
“BODO AMATT.”
Namun akhirnya mereka tetap bersama, semuanya masuk ke kamar Kalara.
Kalara masih terbaring lemas, sebenarnya Kalara sendiri tidak yakin bahwa diri akan sembuh.
Kalara mencoba mengubah posisi tidurnya menjadi duduk,“Teman temanku yang tersayang, udah dateng”
“KENAPAA RA?? ADA YANG SAKIT???”
“Ehh, engga, aku mau ngomong aja sama kalian.”
“Kirainn, ngomongin apaan yah kak?”
Sebenarnya Kalara sendiri belum siap mengatakan ini, karena teman teman Kalara pasti akan sedih, Kalara benci ketika temannya sedih,“Kalo ternyata tuhan lebih say—”
“NGOMONG APASIH, RAA!?!”
“KALO LO GA SAKIT, UDAH GUE TAMPOL PALA LO, RA.”
Kalara melanjutkan pembicaraannya.
“Ihh, gue belum selesai ngomong begoo.”
“Gue punya permintaan.”
“Kalo Tuhan jauh lebih sayang sama gue.”
“Nanti kalo kalian datang ke pemakaman gue, tolong bawain bucket bunga buat gue ya?”
“Gue selalu mau dapet bucket bunga dari seseorang.”
“Terus, kalian gausah pake baju nuansa item, pake baju biasa aja, kayak biasa kita pergi bareng.”
“Kalo suatu hari kalian nemu pasangan kalian dan kalian nikah, sisain satu kursi buat gue ya?”