Hopeless

4 1 0
                                    

*Happy Reading!!

Suasana remang kantor yang senyap membuat suara langkah seorang wanita terdengar menggema saat kakinya yang jenjang terus melangkah, tujuannya adalah lantai tertinggi di mana ruangan sang suami berada. Pada detik saat ia melangkahkan kakinya kedepan pintu ruangan, terdengar suara menjijikkan dari balik pintu membuat wajahnya yang cantik mengerut.

"Itu menggelikan" suara berbisik itu mengganggunya, nafasnya menderu penuh emosi yang belum pernah ia rasakan. pada detik berikutnya wanita itu dapat melihatnya, melihat sepasang manusia melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan.

wanita itu nyaris terjatuh saat melihat wajah sang suami terbenam dalam pelukan sang sekretaris, tangannya yang bergetar bergerak mengambil benda pipih di dalam tasnya, tangannya mengotak-atik benda pipih itu

"A-aku akan menanyakan ini padanya" suaranya bergetar hebat seolah tak percaya apa yang dilihatnya, segera setelah mengambil gambar wanita itu pergi,
kakinya terasa lemah saat langkah kakinya kian melebar meninggalkan gedung tinggi ini.

Sampai saat dimana dia berada di Tepi Danau, tempat ternyaman baginya yang sekaligus menyimpan kenangan manis bersama sang suami, dia selalu datang ke tempat itu guna menenangkan diri.

Wanita itu terluka. terluka dengan rasa sakit hatinya, sesak, kesal, dan kecewa bercampur menjadi satu ketika mengingat apa yang telah ia lihat beberapa waktu lalu terkait suaminya. Dia menundukkan kepala, menangis dalam kesunyian, bahunya bergetar dan ia menutup mulutnya agar isakan tangisnya tidak terdengar.

Jam menunjukkan pukul 04.00 dini hari.
wanita itu kembali kerumahnya, rumah yang selama ini terasa hangat, rumah yang selama ini menjadi saksi bisu kebahagiaannya tetapi, matanya kini penuh kekosongan saat menatap kamar tidurnya, tubuhnya yang nyaris tak bisa berdiri jatuh di tempat tidur. tidak ada air mata, tidak ada isak tangis, hanya keheningan yang menyelimuti.

Dia mengumpulkan kembali kekuatan pada kakinya, berusaha kembali berdiri, namun sayangnya gagal, Wanita itu hanya mampu duduk di atas kasurnya, matanya terpejam berusaha kembali menenangkan dirinya, menunggu dengan sabar kehadiran bajingan yang selama ini ia anggap suami.

Tak lama kemudian suara itu menyapanya dengan lembut, suara si bajingan yang penuh kepalsuan. wanita itu meliriknya dengan tatapan kosong.
"Sayang, kamu kenapa hm? kok lemes gitu? lagi gaenak badan? " suaranya bertanya penuh perhatian.

Wanita itu hanya diam tak menanggapi, matanya yang kosong menatap kearah netra sang suami. "maaf aku terlambat sayang, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan tadi, ditambah ada meeting dadakan. pasti kamu sudah menunggu lama ya?" pria itu berujar penuh rasa menyesal, tangannya yang kekar merapikan helaian rambut sang istri penuh kelembutan
"aku sungguh minta maaf, sayang" dengan lembut ia menarik tubuh wanita itu kedalam dekapannya, berusaha menyalurkan rasa tenang pada sang istri

"Apa kau sungguh sedang sibuk?". bisikan lirih tanpa perasaan itu membuat sang pria mengerut.
"Apa maksud mu?" ia sedikit terkejut dan seolah tak mengerti dengan apa yang baru saja di katakan istrinya itu

"Apa kau tidak menikmatinya sayang?" Wanita itu tersenyum lembut tangannya membelai wajah pria itu "percintaan diam-diam dengan sekretaris mu itu"

Tubuh sang suami menegang, tangannya yang semula berada dipundak istrinya terjatuh diantara tubuhnya. wajahnya terlihat sangat syok atas penuturan sang istri. "Apa maksudmu? apa kau menuduhku berselingkuh?" Jawabnya dengan sedikit meninggikan nada suara

"Apa kau bisa mengelak jika aku menunjukkan bukti ini?" Tanya nya sembari menampakkan foto dari ponsel.
"Dari mana kau mendapatkan foto ini?" pria itu tertegun melihatnya, bagaimana bisa istrinya menemukan foto itu, siapa yang memberikannya *batin sang suami
"Orang yang memberikan ini pada mu pasti sedang berusaha memisahkan kita, kau tidak bisa begitu saja mempercayainya sayang" ucapnya membela diri

Hopeless : One Shot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang