Sekitar Tanggal 30 Maret tahun 781 Felix terjadi peristiwa menggemparkan Di wilayah kekuasaan Count Henituse. Sampah terkenal keluarga Count, Cale Henituse mendapat pukulan besar dari seorang pria dengan pedang besar yang bernama Choi Han.
Cale yang saat itu tengah depresi karena mengingat kematian sang ibu menumpahkan emosinya dengan meminum sekitar 15 botol alkohol tanpa henti. Pemuda merah itu menjadi begitu mabuk hingga tak sadar dengan apa yang Dia ucapkan sendiri.
Satu satunya pelayan yang selalu berada disampingnya pergi, sosok ayah yang paling dekat dengannya kini pergi meninggalkannya sendiri. Hanya dia tanpa siapapun, tidak ada ibu, ayah atau siapa siapa. Hanya Dia Dan dirinya, Ya... Intinya Dia sendirian. Terus kenapa?.
Apakah Cale menyesal? Tidak juga. Cale bukannya tidak menyesal, hatinya sesak sedikit tapi cepat menghilang bersama hembusan angin. Lagipula apa pedulinya? Bukankah Biasanya ini yang jadi akhir bagi seorang sampah? Cale sudah tidak perduli lagi dengan dunia, meski dia Mati sekalipun dia tidak perduli. Justru lebih baik jika dewa kematian segera mencabut nyawanya daripada dia hidup tanpa arah seperti ini.
Kembali ke Masa kini, Cale sedang berbaring diatas kasur besarnya dengan luka membiru disekujur tubuhnya. Pupilnya bergetar menahan sakit yang kentara. Yah Dia menolak semua orang masuk sehingga tidak ada yang mengobati lukanya, potion tingkat tinggi yang dibawakan pelayannya Hans juga ia abaikan.
Cale menggerakkan tangannya hanya demi mendapat rasa sakit yang teramat sangat. Nafasnya terengah engah, kepalanya berat dan tubuhnya membiru. Kini sang Tuan muda sampah tengah berjuang keras dengan hidupnya sendiri.
Cale memandang ruangannya yang kosong tanpa suara apapun terdengar dalam radius beberapa meter. Pria muda itu tertawa miris, Bagaimana bisa ia mengharapkan perhatian disaat tidak ada yang perduli akan hidup sang sampah? Bukankah sampah sepertinya lebih baik mati sekarang daripada menghambat saudaranya maju ke posisi penerus?.
'Serius, ini sakit seperti neraka' Batinnya meringis.
Entah apa yang terjadi tetapi hatinya hancur, perlahan liquid bening mengalir dari dua kelopak mata reddish brown miliknya.
'Bahkan setelah ini semua mereka masih tidak memperdulikanku?' Cale menangis dalam diam, merenung meratapi betapa bodohnya ia masih berharap akan setidaknya dijenguk sang ayah tetapi sepertinya lagi lagi harapannya terlalu tinggi untuk tercapai.
Cale masih belum bisa bergerak jadi dia tidak bisa berbuat banyak dengan matanya yang membengkak. Tiga minggu kemudian luka luka Cale sudah lebih baik sehingga ia bisa keluar berjalan dengan kedua kakinya lagi.
Cale tidak pernah keluar mansion lagi, Dia menjadi pendiam dan sedikit trauma dengan tempat lilin. Diamnya pemuda 18 tahun itu mengundang ucapan terimakasih dari penjuru wilayah bagi Pahlawan yang telah membuatnya babak belur hingga hampir tiada.
Tetapi beberapa orang menyadari betapa menyedihkannya Cale hingga akhirnya menyerah pada semua hal, Dia tidak perduli lagi dengan apapun selain fakta kalau ibunda tercintanya selalu memintanya agar hidup sehat Dan ceria sehingga pemuda itu tidak melanjutkan niatnya untuk bunuh diri.
Hari ini, tepat sebulan setelah peristiwa itu terjadi. Ini sudah malam Dan sekarang Cale menghabiskan waktu dengan berada diatas menara yang Ada ditengah tengah rumah kaca milik sang ibunda menikmati hilir mudik hembusan angin meniup rambut merahnya yang kini sedikit lebih panjang dari sebelumnya.
Menara yang dimaksud adalah sebuah bangunan kecil nan tinggi yang berfungsi sebagai tempat menyimpan segala hal yang diperlukan taman atau semacamnya. Dan sekarang anak pemilik rumah kaca ini menjadikan menara sebagai tempatnya merenung selain kamar mendiang sang ibu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cale being an amazing dad for his kittens
FanfictionCale Henituse, bajingan sampah keluarga Count menyembunyikan diri dari khalayak umum sejak dihajar habis habisan oleh pemeran utama Choi Han. Orang orang mengira Dia meringkuk ketakutan menjadi seorang hikikomori yang punya trauma berkepanjangan. N...