1》Kastil

66 1 0
                                    

     "Sebaiknya Anda ikut saya. Nama Anda Poetry?"

     "Tunggu sebentar, kenapa saya harus ikut Anda?"

     "Nama Anda Poetry?" Laki-laki itu kembali memastikan bahwa perempuan yang ada di hadapannya bernama Poetry.

     "Ya---Poetry Mulan Merindu. Cukup panggil Poetry."

     "Poetry Mulan Merindu---Anda sedang dicari pihak berwajib negeri ini. Saya datang untuk menyelamatkan Anda. Sekarang juga, ikuti saya."

     Belum sempat Poetry bertanya lebih lanjut, laki-laki asing---yang mengetahui namanya---itu langsung menariknya. Ia membawa Poetry---ke tempat sebuah motor besar terparkir---tidak jauh dari mereka bertemu. Ia memberi kode pada Poetry, untuk segera menaiki motor tersebut.

     Motor besar itu dilarikan---sekencang kencangnya---menembus malam. Hawa dingin menusuk tulang, mereka melintasi jalan raya yang lenggang, pada sebuah gurun yang gelap. Embusan angin yang dingin, membuat wajah Poetry membeku.

     Setidaknya, orang ini telah menolong Poetry---dari kejaran pihak berwajib Negeri Rasion. Seorang laki laki asing yang---mendadak muncul---kemudian membawanya pergi dari tempat persembunyiannya.

     Dari kejauhan, Poetry melihat cahaya lampu yang berkilauan. Tampak sebuah kastil---tempat cahaya lampu yang berkilauan itu berasal---di gurun pasir yang sepi. Poetry tidak dapat memastikan, apakah itu tempat yang akan memberinya perlindungan atau tempat yang akan memberinya mimpi buruk.

     "Anda akan aman di tempat saya."

     Poetry hanya terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Mungkin, laki-laki ini yang dapat menolongnya keluar dari masalahnya saat ini.

     Sampailah mereka di pintu gerbang kastil, yang menjulang tinggi, dan terbuat dari besi yang kokoh. Pintu hidroliknya, kemudian terbuka secara otomatis, motor besar yang mereka tumpangi lalu melesat masuk.

     Sudah ada seseorang yang menyambut kehadiran laki laki itu dan Poetry. Orang tersebut berdiri di ambang pintu utama kastil. Sepertinya, ia memang sudah terbiasa menyambut kedatangan laki-laki itu. Poetry semakin yakin, laki laki yang bersamanya, bukan orang sembarangan.

     Orang yang menyambut kedatangan Poetry dan laki-laki itu---sepertinya adalah pelayan---lalu membungkukkan badan, dan mempersilakan mereka masuk. Mereka bertiga lalu berjalan menyusuri koridor yang panjang. Sayup-sayup terdengar dengungan dari dalam dinding sepanjang koridor. Poetry berusaha keras menangkap dengung suara tersebut.

Selamat datang di rumah data---Selamat datang di rumah data---.

     Dengungan itu terdengar berulang-ulang. Laki-laki yang bersamanya, menangkap raut wajah Poetry yang mulai kebingungan.

     "Abaikan suara-suara itu. Anda aman di sini."

     "Apakah ini tempat legal? Saya takut tertangkap lagi."

     "Tenang. Percayalah. Saya mengerti kekhawatiran Anda."

     Laki-laki tadi mengeluarkan ponsel, lalu menghubungi seseorang. Mereka bercakap-cakap dengan bahasa yang tidak dimengerti Poetry. Ia memberi isyarat kepada Poetry---sambil tetap menelepon---supaya mengikutinya.

     Sampailah mereka pada sebuah pintu yang besar, kemudian pintu itu terbuka. Di dalam banyak sekali orang yang sedang berkumpul. Poetry dan laki laki itu disambut oleh beberapa wanita yang berpakaian seperti peri. Mereka bersayap seperti bidadari.

     Seorang pelayan lain menghampiri, kemudian laki-laki itu berkata, "Tolong bawakan saya anggur," katanya. Tanpa banyak bicara, pelayan tadi mengangguk.

The MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang