Tapi... Awal cerita bukanlah saat itu, tetapi malam pada bulan Desember. Seorang gadis manis yang juga polos jatuh dari langit.
(Chocola P.O.V)
AKU tiba - tiba terjatuh dari... aku tidak tahu dari mana. Yang jelas sekarang aku jatuh dan mendarat sedikit keras di aspal. Celingak - celinguk, hanya ada suara jangkrik yang mengisi kekosongan malam ini selain suara jatuhku tadi. Aku memperhatikan penampilanku, hanya memakai kaus putih dan celana jeans belel. Sepertinya sekarang aku berada di komplek perumahan. Tunggu sebentar.
Siapa aku?
Yang aku ingat hanya... hanya... aku tidak mengingat apapun. Yang jelas aku adalah seorang gadis, memakai kaus putih dan celana jeans belel. Baru jatuh entah dari mana. Aku merasakan kalau tenggorokanku panas dan terasa sakit. Aduh ada apa ini sebenarnya?
Srak!
"Siapa di situ?" tanyaku kaget, tiba - tiba saja ada suara gemerisik daun dari arah depan. Sesosok bayangan hitam terlihat menyeramkan di hadapanku. Aku kaget setengah mati, itu hantu atau manusia? Karena keremangan malam dan hanya ada cahaya bulan aku tidak melihat dengan jelas sosok di hadapanku.
"Tenang, vampire junior. Aku Zayn," ucapnya dengan kedua tangan memberi isyarat untukku supaya tenang. "Vampire?! Omong kosong macam apa itu," semburku. Aku berdiri dan dengan perlahan menjauh dari bayangan hitam itu. Tak lama kemudian, sebuah suara gemerisik daun terdengar lagi.
"Zayn, bukan begitu caranya mengatasi vampire yang baru," ucap sebuah suara yang sepertinya kebapakan dan terdengar ramah. Dengan hentakan jarinya, semua lampu - lampu jalan yang tadinya redup menjadi terang. Aku bisa melihat dengan jelas seorang pria berambut hitam dan pria paruh baya yang memakai mantel tidur sedang berdiri tak jauh dari tempatku. Aku menatap mereka dengan pandangan bingung.
"Siapa kalian?" tanyaku dengan suara yang lebih tenang. Jika dilihat lebih dekat sepertinya mereka tidak punya niat jahat apapun. Aku pun menghampiri mereka yang masih setia berdiri di belakang rumah... bernomor 39. Rumah yang benar - benar keren. Andai aku tinggal di rumah itu. Dari depan saja sepertinya rumah itu milik orang kaya. Bergaya Victorian mungkin.
"Kami Vampire, kau juga," jawab Zayn, pria yang lebih muda itu. Pria paruh baya yang memakai mantel tidur menepuk pelan kepala Zayn dengan pandangan gemas. "Zayn, dia tidak akan mengerti jika kau berbicara seperti itu!" ucap pria paruh baya itu. Dia lalu menatapku dengan pandangan ramah. "Kenalkan namaku... Ah tidak usah kau cukup memanggilku Dad. Kami keluarga Vampire tanpa ikatan darah. Tadi sore kami baru saja dapat perintah dari pusat untuk menerimamu tinggal di rumah kami. Jika kau mau," jelas pria paruh baya itu dengan senyuman.
"Hah?" aku memasang muka tolol -sepertinya-, aku sama sekali tidak mengerti. Tadi aku jatuh entah dari mana, tidak tahu namaku siapa, identitas, asal muasal, hanya tahu bahwa aku adalah seorang gadis yang memakai kaus putih dan celana jeans belel. Sekarang ditodong pertanyaan maukah aku tinggal di rumah mereka?
"Apa ada pertanyaan?" tanya pria paruh baya itu, aku mengangguk berkali - kali. Pria paruh baya itu tersenyum kecil. "Apa?" tanyanya kemudian. "Ngomong - ngomong kenapa aku menjadi... -aku menghela nafas sebentar- Vampire?" tanyaku, kalau tidak salah di film - film Vampire itu adalah setan penghisap darah kan? Dia hidup selama - lamanya hingga dunia berakhir. Aku benar - benar tidak mengerti.
"Aku juga tidak tahu," jawab pria paruh baya itu enteng. Hah?! Lalu aku harus bagaimana? Masa iya aku Vampire tapi aku sama sekali tidak ingin menghisap darah manusia. Malah sekarang aku ingin Hot Chocolate. Zayn berdecak sebal, hah aku sama sekali tidak sadar dia masih ada di sana. "Kau pilih saja. Mau tinggal di rumah kami atau menjadi gelandangan seumur hidupmu hem?" tanyanya sadis.