Prolog

8 1 1
                                    

"Arka, ayo cepet kesini, Aya sama bunda udah nunggu daritadi."

"Arka, kamu udah jalan kesini kan? Aku mau hadiah beruang yang gede banget."

"Arka kok gak dateng-dateng ya, bun?"

****

"Halo? Ar—"

"Aya... selamat ulang... tahun, sa—yang."

"Halo? Arka? Halo? Kamu kenapa? Arka?"

****

"Maaf, pasien atas nama Arka Radean tidak bisa tertolong lagi. Waktu kematian pukul 23:47."

"Nggak, itu bohong kan? Itu nggak bener kan?"

"Arka... Arka... "

****

"ARKAAA!!!"

Ayana tersentak bangun. Keringat membanjiri kening dan tubuhnya. Pipi yang semakin terlihat tirus itu perlahan bergetar, air matanya menetes.

Satu demi satu, untuk kemudian berubah menjadi sebuah isakan.

Mimpi itu.

Mimpi buruk itu tidak akan pernah melepaskan Ayana.

Gadis itu menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Menahan isak tangis yang kian mengeras, membuatnya merasa sesak dan sulit bernapas.

"Ar... ka," ia menyebut nama itu dengan sangat lirih, patah-patah, pun penuh penyesalan.

Dadanya seakan terhimpit, luka yang kembali membuat Ayana kehilangan rasa kantuknya.

Tidak, tidak ada yang kembali. Luka itu tidak pernah pergi. Ayana hanya berusaha menguburnya sedalam mungkin, sejauh mungkin.

***


JaninaZhao, 8 Juni 2023 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spark In The Dark (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang