Raisa Attera, gadis cantik yang baru memasuki SMA Garuda Internasional Highschool. Ia sudah menjalani MPLS dua hari, dan ini hari terakhir. Dua hari kemarin, Raisa menjalani MPLS dengan senang hati, hanya saja hari ini Ia kesal karena saat mau pulang peserta MPLS di jemur panas panas ditengah lapangan seperti saat ini.
Ia terkejut saat setetes darah terjatuh kearah sepatu convers nya, detik itu juga Ia merasa bayanganya kabur dan tubuhnya tumbang, tapi Raisa masih merasakan tubuhnya ditangkap oleh seseorang dan digendong entah kemana.
Jam menunjukkan pukul 15.00, diruang UKS itu hanya ada Raisa diruangan itu. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian menatap sekelilingnya yang terasa asing menurutnya. Ia berusaha bangun dengan sekuat tenaga, tapi selalu saja gagal. Untuk percobaan pertama, Ia gagal, yang kedua pun sama. Untuk percobaan ketiga, Ia terkejut saat merasakan ada seseorang yang membantu nya dari belakang.
Setelah Ia berhasil bersandar di brankar UKS, Ia menoleh kearah samping, ingin mengetahui siapa yang membantu nya tadi. Matanya mengerjap pelan melihat seorang pria tampan berdiri disampingnya, Ia membaca nametag yang terletak di kemeja atas kanan pria itu, kemudian Raisa mengangguk pelan setelah mengetahui siapa nama nya.
"Terimakasih Kak," Suara lembut Raisa terdengar begitu jelas di ruangan itu.
Farhan mengangguk sekilas, kemudian menarik kursi untuk duduk disamping brankar itu. Yap, laki laki yang dilihat Raissa dan yang membantu nya tadi adalah Farhan, Farhan putra adiyatma. Ia duduk sambil menatap Raisa yang membenarkan letak selimutnya, seakan akan rugi untuk tidak memperhatikan gerak gerik Raissa saat ini.
"Badan lo panas, lo demam?"
Farhan mengetahui itu karena tadi saat membantu Raisa, Ia sudah merasakan panas di badan Raisa. Baru saja melamunkan masalah badan Raisa yang panas, Ia dikejutkan lagi oleh darah yang menetes dari hidung Raisa, Ia berdiri kemudian dan mencari tissue di ruangan itu.
Saat melihat kotak tissue, Ia mendesah kecewa karena isinya habis, Ia mencari di lemari obat-obatan pun tidak ada. Dengan ide dari otak nya yang sedang lancar, Farhan melepas seragam putih nya dan mebantu Raisa yang sedang mencegah darah yang terus keluar.
Raisa yang melihat itu terkejut bukan main, ingin protes tapi Ia tak punya tenaga untik protes, bahkan saat ini pandanganya sudah mulai buram dan berputar putar. Farhan yang mengetahui Raisa akan pingsan lagi segera membopong nya keluar UKS, Ia harus membawa Raisa kerumah sakit dengan segera.
"Han!"
Farhan yang baru saja menutup pintu UKS menoleh kebelakang saat mendengar ada yang memanggilnya, Ia menoleh mendapati Glora, ketua MPK disekolah ini yang sedang berlari ke arahnya dengan tatapan bingung.
"Glo, lo bawa mobil ngga?" Farhan To the point.
Mau bagaimana membawa Raisa kalau tidak memakai mobil? Farhan tidak mungkin membawa Raisa dengan motor nya itu. Setahu Farhan, yang biasanya membawa mobil kesekolah itu Glora, ya walaupun lumayan banyak yang membawa mobil, tapi Farhan hanya mengenal Glora dari salah satu warga sekolah yang membawa mobil.
"Bawa. Nih pake aja Han, kalau gue ngga ada rapat gue pengen banget ikut bawa Raisa ke rumah sakit, tapi gue ngga bisa ikut, Sorry ya Han. Nanti gue sama anak anak lainnya nyusul lo kerumah sakit, gue duluan." Ujar Glora dengan terburu buru setelah menyerahkan kunci mobilnya.
Farhan mengangguk singkat, kemudian segera menuju parkiran sambil terus menggendong Raisa yang sudah tidak sadarkan diri. Entah mengapa, Farhan menolak bisikan hati nya kalau Ia sangat peduli dengan Raisa, Ia terus beradu dengan pikiran dan hatinya, Ia hanya kasihan, tidak lebih.
—
Farhan menyenderkan tubuh nya di kursi tunggu, Raisa sedang di tangani oleh Dokter didalam. Masalah baju seragamnya yang tadi Ia pakai untuk menyeka darah mimisan nya Raisa, kini Ia genggam sekuat-kuat nya. Farhan memakai kaos hitam polos sambil meremat dengan kuat seragam nya itu.
Ia hanya takut. Takut dengan masalah apa, Farhan pun tidak tau. Ini sudah setengah jam sejak Raisa dibawa masuk oleh Dokter, sudah cukup lama menurut nya.
"Farhan?"
Merasa nama nya disebut, Ia menoleh dan mendapati Meisya, Kakak kedua nya sedang menghampiri nya dengan tatapan yang bingung. Farhan bangkit, menyembunyikan seragam nya yang penuh darah itu dibelakang punggungnya.
"Kak, lo ngapain disini?"
"Lo sendiri ngapain disini? lo sakit Han?" Tanya Meisya dengan nada bicara yang terdengar khawatir.
Meisya memang cukup dekat dengan Farhan, berbeda dengan Zizie yang tidak terlalu dekat dengan Farhan maupun Meisya. Farhan yang mendengar itu menggeleng cepat, Ia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Bagaimana Ia menjelaskan ke Kakak nya ini? mau menjawab sedang membawa temanya yang sakit pun, Ia sadar kalau dirinya dengan Raisa tidak ada hubungan pertemanan.
Ditambah, keluarga Farhan hanya tau Fino sebagai teman Farhan. Tidak ada yang lain, merasa kesal karena Farhan tidak menjawab pertanyaanya, Meisya kembali bertanya, "Han? atau jangan-jangan lo yang sakit, iya?"
Bersamaan dengan itu, pintu ruangan terbuka. Farhan menoleh, dan mendekati sang Dokter dengan tatapan yang bertanya-tanya. Apakah Raisa di dalam baik-baik saja? rasa cemas itu kembali datang, Ia bahkan lupa ada Kakak nya disini.
"Gimana dok?"
"Nona Raisa baik-baik saja. Mungkin ini efek dari kelelahan, Nona Raisa juga harus dirawat beberapa hari kedepan. Nanti saya akan berikan resep obat nya ya Mas, tolong di tebus di Apotek nanti. Saya permisi dulu," Pamit Dokter itu yang diangguki oleh Farhan.
Saat ingin memasuki ruang rawat itu, Ia menoleh dan menatap Kakak nya sambil menghela nafas, "Kak nanti gue jelasin semuanya, lo tunggu aja di kantin rumah sakit ini, entar gue susul. Gue harus nemuin ini orang di dalem dulu,"
Setelah itu, Farhan memasuki ruang rawat itu dan meninggalkan Meisya yang berdiri kebingungan di depan ruang rawat itu.
.
.
.
.
.8.22 am.
YOU ARE READING
Erste Liebe
Teen Fictionini cerita perjalanan Farhan Putra Adiyatma dengan cinta pertama dan masalah masalah yang selalu menghampirinya.