Rumah ini besar, tapi terasa sempit.
Mungkin karena bukan ukurannya yang bikin sesak, tapi pandangan orang-orang di dalamnya. Enam pasang mata. Lima penuh benci. Satu penuh kasih.
Aku duduk diam di ujung sofa, tubuhku menyusut di balik hoodie abu-abu yang terlalu besar. Kupikir, kalau aku makin kecil, mungkin mereka akan lupa aku ada.
"Kau nggak usah makan kalau cuma bisa buang-buang makanan!" bentak Kakak Jimin, membanting sendok ke meja. Suaranya keras, membuatku refleks menggenggam lututku sendiri.
Aku nggak menjawab. Seperti biasa. Karena aku tahu... buat mereka, suaraku cuma mengganggu.
"Kakak... aku lapar, aku cuma nggak kuat makannya banyal"Lapar? Dasar manja! Semua harus disuapin?!" - Kakak Hobi
"Kakak, udah, jangan gitu..." Kakak Taehyung berdiri, mendekatiku pelan. Suaranya pelan, tapi tegas.
Dia duduk di sampingku, menyodorkan gelas air.
"Kamu nggak apa-apa, kan?"
Aku menatapnya dan tersenyum kecil. Senyum yang kupaksakan.
"Iya... aku nggak apa-apa, Kakak."
Padahal tubuhku gemetar. Sesak. Mual. Rasa sakit di perut ini makin sering datang.
Tapi aku harus kuat. Karena kalau mereka tahu aku sakit... aku cuma akan jadi beban lagi.
---
Flashback - Tujuh Tahun Lalu
"Awas-!"
Suara klakson keras. Gelap. Suara kaca pecah. Jeritan.
Saat aku membuka mata, semuanya hancur. Darah. Bau bensin. Tangisan.
Mereka menyalahkanku.
Kecelakaan itu... membunuh orang tua kami.
Aku cuma anak kecil. Aku cuma pengen duduk di depan.
Sejak hari itu... mereka nggak pernah lagi memanggilku "adik".
Kecuali Kakak Taehyung.
---
Malam itu, aku tidur dengan demam. Tapi tak ada satu pun yang bertanya. Kakak Taehyung sudah tertidur lebih dulu di kamar kami. Biasanya dia akan mengecekku kalau aku batuk atau menggigil. Tapi malam itu, mungkin dia terlalu lelah.
Aku bangun dengan tubuh menggigil, selimut sudah basah oleh keringat dingin. Aku meraih termos kecil di meja. Tangan ini gemetar saat menuangkan air ke gelas.
Perutku sakit lagi.
Aku jalan pelan ke kamar mandi, mencoba tidak membangunkan siapa pun. Tapi langkahku goyah. Dan akhirnya-
Bruk!
Seseorang membuka pintu.
"Jungkook?!"
Kakak Taehyung.
Dia langsung menghampiriku, menopang tubuhku yang sudah hampir kehilangan kesadaran.
"Kamu panas banget... kenapa kamu nggak bangunin Kakak?!"
Aku ingin jawab, tapi bibirku kaku. Lidahku kelu. Aku hanya bisa menatapnya, lemah.
Dia membawaku kembali ke tempat tidur, mengganti bajuku, mengompres kepalaku.
"Jungkook... kamu harus jujur sama Kakak. Kamu sakit apa?"
Aku menggeleng.
"Cuma kecapekan... jangan khawatir, aku cuma butuh istirahat."

KAMU SEDANG MEMBACA
TAEKOOK || BERSAMBUNG ||
Fanficlangsung baca aja kalo penasaran. ⚠️ TIDAK ADA SANGKUT PAUT DARI DUNIA NYATA IDOL, CERITA INI HANYA SEKEDAR MENGHIBUR PEMBACA !!! ⚠️ ❗MURNI DARI IDE CREATOR ❗ ❗NO PLAGIAT❗ !! SLOW UP !!