O4

363 40 3
                                    

"kalo hari libur gini biasanya dia nongkrong sama gengnya, sih, hak."

angin segar sabtu pagi ini mendorong Ichan untuk berkunjung ke rumah haknyeon, sahabatnya. haknyeon sibuk menggiring bola mengitari halaman rumahnya yang luasnya cukup membuat teman-temannya menganga saat melihatnya. sementara ichan berdiam diri di tengah halaman, menghadap gawang, membiarkan sinar matahari menyorotinya.

hari libur seperti ini, sebelumnya ichan juga jarang menghabiskan waktu bersama hansol, sih. ia memilih menjahili papanya di dapur ataupun mengobrol di teras bersama ayahnya.

"kirain kalo libur gini, lo quality time sama dia. makanya gue heran aja, tumben kesini." satu tendangan pelan membawa bola itu ke arah ichan. satu tendangan berikutnya, yang diberi umpan berhasil mencetak gol.

"nggak, kok. gue banyak di rumah. cuman lagi suntuk aja makanya main." ichan berlari kecil memungut bola itu dari dalam gawang. ia kembali mendekati haknyeon bersama bola di kakinya.

"lo kok kayak abis nangis gitu, sih, chan?" tanya haknyeon curiga. pasalnya, lelaki tembam itu melihat mata ichan yang berbeda dari biasanya.

"haha, iya. gue diputusin semalem," jawab ichan sekenanya. ia menunduk sembari memainkan bola di telapak kakinya.

"lah, serius?" tak puas dengan jawaban ichan, sang teman melemparinya dengan pertanyaan lagi.

"kehalang restu. hak," ichan menendang bola itu sembarang. ia duduk berselonjor kaki yang segera diikuti oleh haknyeon.

"walah, susah itu, mah."

"dia, tuh, apa, ya? nyebelin. dia mutusin gue sama ngasih surat, tapi isi suratnya bikin gue makin susah move on," keluh ichan.

"tapi lo nangis?"

"gue nangisnya sebelum baca suratnya, hak. sumpah sakit hati banget waktu diputusin, padahal sebelumnya kita jalan-jalan, nyenengin diri abis ujian."

"eh, gue tuh suka sama hubungan lo berdua, tau. sehat, gitu, kalo gue liat liat. sayang banget malah putus." ichan mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan haknyeon. tentu saja ia juga menyayangkan hal tersebut.

"emangnya lo sama sunwoo gak sehat, gitu, hubungannya? gemesan kalian berdua, kali, ah."

"gemesan lo."

"lo, lah!"

"dibilang lo."

"iya, deh, memang gemes si hansol hansol itu." ichan tersenyum aneh dan mengundang haknyeon untuk menoyornya.

"bucin. buruan balikan, sana!"

"doain aja."

.

di semester baru, hansol dan ichan berada di kelas yang sama. hansol tentu saja sangat gembira. kalau ichan, ya ... seneng? iya seneng.

baru beberapa hari setelah semester baru, kegiatan belajar sudah sangat padat. hansol sering mengeluh pegal karena catatan pelajaran yang hampir memenuhi papan tulis itu harus ia salin dalam sekali duduk.

hari ini, sialnya, hansol kehilangan pulpennya lagi. entah karena terbiasa atau apa, hansol langsung berbalik ke belakang, dan langsung beradu tatap dengan ichan yang sedang membaca tulisan di papan tulis.

"err, pinjem pulpen. ada?" tanya hansol, canggung.

"ada," ichan merogoh kotak pensilnya. mengambil pulpen yang sering dipakai oleh hansol. "biasanya juga ngambil sendiri. nih,"

"hehe, makasih." hansol buru-buru berbalik ke depan. menghindari interaksi lebih lanjut dengan ichan supaya hati dan kewarasannya terjaga.

mereka berdua jadi jarang mengobrol. bahkan ketika jamkos, ichan memilih untuk membaca bukunya. kalau hansol, sih, tidur.

Bukti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang