PROLOG

770 41 2
                                    


Jatuhnya butiran air hujan serta ditemani hembusan angin sepoi-sepoi  menerpa rambut Shani yang sedang duduk di dekat jendela kelas.

Pagi ke pagi
Ku terjebak di dalam ambisi
Seperti orang - orang berdasi
Yang gila materi rasa bosan
Membukakan jalan mencari peran
Keluarlah dari zona nyaman~

Suara dari lagu Fourtwnty yang menggema di telinga Shani mampu menghanyutkan suasana hati nya.

"MORNINGGG GAISSS!!!!" Teriak Desy sembari ia masuk ke dalam kelas.

"Woi gila suara lo bikin kuping jebol tau gak" kata Aya dengan kesal sambil menutup kedua telinganya.

"Apaan sih ALAY" jawab Desy.

"Nih anak belum tau aja rasanya operasi kuping tuh gimana sakitnya" Kata Aya.

"Emangnya lo pernah operasi kuping?" Tanya Desy.

"Kagak" kata Aya.

"Maksu--"kata Desy namun belum sempat terselesaikan karena mendapat hujatan dari Shani.

"BERISIKK LO PADA!" Teriak Shani lalu beranjak pergi dari tempat duduknya.

"Busettt kenapa tuh si kulkas 7 pintu?" Kata Desy.

"Kamu nenyeu?"kata Feni.

"gw geplak ya lo" kata Desy dengan kesal.

"Kamu nenyeu??" Kata Feni untuk ke dua kalinya.

"Fen sekali lagi lo ngomong kamu nenyeu kamu nenyeu gw geplak beneran muka lo" Kata Desy dengan sangat sangat kesal.

"Off baperan" Kata Feni lalu pergi meninggalkan kelas dan Desy hanya bisa menganga dengan mulut terbuka lebar.

"Ya tuhannn kenapa hidup hamba dipenuhi oleh orang orang yang tidak berguna dan sesat macam merekaa" Kata Desy dengan dramatis.

"Idihh najis lo Des, NGACA!!" kata Aya lalu pergi meninggalkan Desy yang sedang melanjutkan drama yang ia buat.

Sementara itu setelah Shani pergi ia menuju Rooftop gedung sekolah melihat ke arah langit yang ditutupi dengan gumpalan awan hitam lalu berganti menjadi putih tanda hujan telah reda.

Alunan lagu we don't talk anymore terdengar ditelinga Shani pertanda bahwa telfonnya tengah berdering.

"halo"

"........"

"iya mah ini Shani lagi belajar kok"

"pokoknya kamu harus bisa dapet rangking 1 dikelas seperti kakak mu dulu dan jangan sampai papa tau kalau kamu males malesan lagi di sekolah"

"iya"

tut...

"huhhh selalu aja kaya gini, kenapaa sihh gue harus terlahir dari keluarga ini? gue capek. Gue capek selalu dibanding bandingin sama kakak gue" Batin Shani dengan buliran air yang mulai menetes pada pipinya.

"Dasar cengeng" suara yang tiba-tiba terdengar membuat Shani menoleh ke arah suara tersebut.
Ternyata terdapat seorang siswa yang duduk di kursi sedang membaca sebuah buku. Siswi tersebut barpakaian seragam rapi serta berkacamata bulat hitam bak Harry Potter.

"Maksud lo apa?!"Kata Shani yang menggebu gebu lalu berjalan kearah sang pemilik suara tersebut.

"Susah ya ngomong sama orang lemah kaya lo"Katanya.

"Lo gausah sok tau!"Kata Shani namun cowok tersebut tidak menggubrisnya lalu belalu begitu saja meninggalkan Shani yang sedang dilanda amarah.

"Ihhhhh siapa sih tu anak ngeselin banget!!!"Teriak Shani.

Shani Alexa Margaretha seorang gadis berusia 17 tahun yang memiliki paras cantik dan menawan beserta senyumannya yang mampu mengikat siapapun yang melihatnya namun sayangnya ia tidak pernah menampakkan senyuman tersebut karana ia mempunyai sifat yang sangat dingin ia hanya akrab pada teman teman dekatnya saja. Ia terlahir dari keluarga konglomerat keluarga Wijaya mempunyai perusahaan yang terkenal se Asia Pasifik, ia juga memiliki kakak yang bernama Frans Axelo Wijaya.
Shani selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik dan selalu sempurna dalam melakukan sesuatu. Keluarganya selalu membanding bandingkannya dengan sang kakak yang selalu menjadi yang terbaik di sekolahnya sehingga membuat dirinya selalu berada dalam tekanan batin yang luar biasa ralat lebih tepatnya sang ayah yang selalu mengekang Shani untuk seperti kakaknya . Hal ini pula yang membuat perlakuan ayah Shani sangat jauh dengan perlakuan terhadap kakaknya, ia selalu dikucilkan, dihina, dan dimaki oleh keluarganya sendiri karena tidak dapat menaikkan derajat keluarga besarnya seperti yang dilakukan kakaknya, walaupun begitu Shani sangat di sayang oleh sang bunda yang bernama Naomi Catalina Rahendra. Sampai suatu hari ia telah melakukan sebuah kesalahan yang membuat hidupnya semakin menderita.

Shani baru saja keluar dari sekolahnya menuju halte sekolah dan menunggu jemputan hingga disekelilingnya sudah sepi karena telah 2 jam ia menunggu namun tak kunjung  ada yang menjemputnya.

"Duhhhh mana sihh kok lama banget pak joko"kata Shani lalu ia mengambil ponsel yang ada di sakunya dan menelpon seseorang.

"haloo"

"....."

"Kakk kakak bisa gak jemput Shani sekarang"

"......"

"Shani sendirian kakk disini Shani takut"

"......"

"iya kak jangan lama lama yaa"

tutt.....

Keadaan dirumah kediaman Shani....

"Pahh mahh aku berangkat dulu ya mau jemput Shani katanya pak joko belum jemput"kata Frans lalu menyalami Naomi.

"Ngapain sih kamu jemput dia udah biarin aja kan kasian kamu baru pulang kerja mata kamu aja masih merah"kata sang papa.

"Ah papa jangan gitu kasian adik kesayangan aku nungguin"kata Frans sambil tersenyum lalu pergi begitu saja.

"Dasar anak itu selalu nyusahin"Gumam sang papah lalu melanjutkan membaca korannya. Sedangkan sang bunda yang mendengar perkataan suaminya hanya bisa berdoa agar Shani diberi kekuatan untuk menerima takdir karna jika melawan pun tidak akan menghilangkan ambisi suaminya tersebut.

Luka Dan Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang