The Silent Listener

2K 187 187
                                    


Parasnya sungguh tak adil. Mana boleh seorang laki-laki punya muka seayu itu? Struktur wajahnya yang tegas namun lentik tersebut Mile tanya, diuleni Tuhan dari tanah surga sebelah mana?

Jawabannya adalah sebelah Selatan paling dekat dengan batas neraka. Itu menjelaskan mengapa ada setan yang mengekang dia, haus darah dan aroma kulitnya. Juga menjadi alasan mengapa ada warna biru keunguan di pelipisnya dekat alis. Mile tebak hasil terbentur sesuatu semacam meja dari pertengakaran semalam. Mile tahu itu, ia mendengarnya diam-diam.

"Natta, you know why I'm doing this right? C'mon, kita harus masuk agar dapat bicara baik-baik"

Mereka sepertinya pulang dari berbelanja, ada tas kertas berisi sayuran di tentengan si pria yang lebih tinggi. Terseok-seok pemuda itu digeret lelakinya, nyaris terjungkal.

"No Alexis! Let go of me!"

Yang namanya 'Natta' ingin dilepaskan. Tidak mau diajak masuk untuk 'bicara baik-baik', apa mungkin karena ia dibawa masuk dengan cara dijambak?

"Sshh, jangan berteriak. Kau menakuti tetangga dan pengantar makanan"

Itu yang terakhir Mile dengar sebelum pintu flat sebelahnya ditutup kencang. Teriakan seseorang menyusul setelahnya.
Lelaki berseragam yang telah menerima ongkos pembayaran 1 boks burger dan ayam dari Mile segera cabut tak mau urusan. Hidup sudah sulit, jangan ikut campur punya orang.

Amerika adalah sarang berbagai macam binatang. Binatang yang berjas dan menduduki kursi politik ada. Binatang buas dengan auman keras juga ada, pria di sebelah Mile yang rutin menyiksa pacarnya itu, contohnya. Binatang lemah juga ada, pacar manisnya itu tadi. Dan mungkin satu lagi,

[Bas]
13.11
Pulanglah. Kami sudah membereskan Bangkok.

[Bas]
13.12
Kepolisian minta biaya dua ratus ribu dolar sebagai DP, kirimkan sore ini juga.

binatang berbisa yang bersembunyi di bawah tanah, seperti Mile.

Namun ini bukan kisah tentang dia. Lain kali saja dia menulis autobiografi sendiri dengan tinta dari darah di kitab bersampul kulit manusia. Ini kisah tentang apartemen murah yang ia jadikan tempat persembunyian. Dengan dua setengah juta orang yang mendiami Brooklyn, sepertinya ia masih beruntung mendapat selempitan yang aman, setidaknya untuk waktu satu bulan. Mile bisa saja membooking satu unit pesanggrahan mewah untuknya menikmati sore sambil minum anggur pekat berusia 30 tahun. Tapi tidak, saat ia mendapat hiburan di tempat miskin ini.

Hiburan itu adalah panel kedap suara yang rusak antara apartemen Mile dengan yang di sampingnya. Bukan itu sebetulnya yang paling menarik, tapi seseorang yang tinggal di dalamnya. Pemuda itu, yang punya kulit sewarna coklat leleh yang ingin Mile jilat dengan pucuk lidahnya. Bibir ranum milik dia adalah irisan buah terlarang di surga yang dulu digigit Adam dan membuatnya didepak ke bumi. Memang siapa yang boleh-bolehnya mencicipi sebilah daging warna merah itu huh? Lancang.

Dia punya suara yang indah, Mile suka mendengarnya berbicara dengan kucing-kucingnya. Atau bernyanyi sembari membereskan pecahan gelas yang dihantamkan pacarnya ke lantai atau wajahnya. Atau tawanya saat menikmati tayangan lucu, atau tangisnya saat semua mungkin kelewat batas. Atau,

"Ahhh.... ugh! yes...right there-ah! AH!!"

Dia memang tipe pemuda yang berisik jika disetubuhi. Mile penasaran apa ia bisa membuatnya berteriak lebih kencang lagi dari itu.

Kali ini mereka melakukannya lagi. Entah pejantannya itu melakukannya sambil kebaktian atau bagaimana, tapi ia diam tak bersuara. Memberikan keberkahan bagi Mile untuk dapat mendengar jernih-jernih suara Natta yang tengah melenguh dilambung nafsu birahi. Mile selalu membayangkan wajahnya yang menengadah dengan nafas terengah-engah.

The DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang