4- Perasaan yang sebenarnya

6 0 0
                                    

Aku datang sekolah lebih pagi dari biasanya karena hari ini jadwal piketku. Aku mengambil sapu di lemari dan mulai membersihkan kelas.

Sepuluh menit berlalu aku selesai menyapu kelasku, biarlah yang mengepel jadi tugas temanku yang lain. Saat hendak masuk ke kelas menyimpan sapu, Zean melewati kelasku.

"Zean!"

Zean menengok, "apa?"

"Pliisss bantuin aku belajar MTK, pliisss," aku menangkupkan kedua telapak tanganku sembari memegang sapu.

Zean tak menggubrisku, ia pun berbalik tak peduli. Dengan cepat aku mencegah Zean pergi, aku hendak menghalangi jalannya dengan sapu tapi malah....

Tak.

"Zean!" panikku.

"Sakit gak?" gagang sapuku malah mengenai kepala Zean.

Zean mengelus pelan kepalanya. Ia melirikku kemudian maju dan mengikis jarak antara aku dan dia.

"Jam istirahat langsung ke perpustakaan." ucap Zean kemudian langsung pergi dari hadapanku.

Ya Allah....jantung Chayra kenapa?

*****

Trrrinngg

Setelah mendengar bel istirahat aku langsung merapikan buku ku.

"Eh Ra, udah kasih tau Bu Sri kalau yang mau ajarin kamu itu Zean?" tanya Alesha.

"Udah kok dan Bu Sri bilang itu pilihan yang bagus karena nilai matematika nya Zean sangat bagus. Aku pamit duluan ke perpustakaan ya, Sha."

"Oke semoga kalian jadi Deket."

*****

Aku membuka pintu perpustakaan, dan kulihat Zean sudah duduk disana. Aku menutup pintu kemudian duduk disebelah Zean.

"Mulai dari mana?" tanyaku.

"Yang Lo belum bisa materi apa?"

Aku diam menimang-nimang bagaimana menjawabnya, "mending semua biar lebih paham."

Zean mengangguk mengerti.

Syukurlah. Batinku.

"Oke kita mulai dari bab 1." ucap Zean Kemudian Zean mulai menjelaskan satu persatu materi yang ada dibuku paket Matematika.

Pesonanya ketika menjelaskan materi lebih tampan 90% dari biasanya.

"Lo dengerin gue kan?" tanya Zean.

"Dengerin kok."

Zean melanjutkan lagi pembahasan materinya. 20 menit berlalu, aku ngantuk banget ingin rasanya udahan.

"Lo ngantuk?" tanya Zean ketika melihat mataku yang lelah.

"Iya, udahan yuk."

"Oke."

Zean hendak berdiri.

"Zean, makasih ya." ucapku dan Zean hanya menganggukkan kepala.

Setelah kepergian Zean, aku juga hendak membeli cemilan di kantin. Namun aku urungkan ketika mendengar keributan di depan perpustakaan.

"Gue juga mau diajarin Lo,"

Zean menghela nafas berat.

"Giliran si cewek IPS itu aja Lo ajarin,"

"Udah cukup, Linda?" kesal Zean.

"Kenapa sih Lo gak mau ajarin gue, bahkan temen gue yang minta juga gak mau!"

CHAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang