Bab 1 Suami benalu dan Mertua toxic

5 2 0
                                    


“Apa ini?” Tanya Rasya ketika mendapati struk pengiriman yang tersimpan di kantong celana kerja suaminya yang baru saja disetrikanya. Dalam struk tersebut, Ia melihat nominal uang sejumlah sepuluh juta rupiah ke rekening yang sangat dia tahu siapa pemiliknya, Venna ya siapa lagi kalau bukan mantan istri dari Ilham, suaminya.

Setahu Rasya, suaminya dan Venna sudah lama bercerai sejak tiga tahun lalu dan tinggal di kota yang berbeda dengan membawa anak satu-satunya, Rangga yang berumur delapan tahun. Dan Venna sudah menikah lagi.

Rasya sendiri tak habis pikir bagaimana bisa Ilham mengirimkan uang yang cukup besar kepada Venna sementara Ilham sendiri bekerja setiap harinya sebagai Sales toko elektronik yang gajinya hanya tiga juta rupiah setiap bulannya. Sementara yang diterima Rasya setiap bulannya hanya satu juta dua ratus ribu rupiah, dengan dalih sisa gaji suaminya untuk membayar cicilan motor yang setiap harinya dipakai untuk bekerja serta keperluan lainnya termasuk memberikan jatah kepada ibu mertuanya dan anaknya yang tinggal bersama mantan istrinya.

“Ini untuk keperluan dapur ya, dicukupkan dan jangan boros-boros.” Ilham menyerahkan amplop coklat berisi jatah bulanan untuknya beberapa hari yang lalu.

Meski tidak cukup untuk kebutuhan selama sebulan namun dia tidak mempermasalahkannya, sebab dia sendiri bekerja sebagai Reporter surat kabar harian lokal dengan gaji yang lebih dari cukup.
Namun struk pengiriman uang kepada Venna ini cukup membuatnya meradang, bagaimana tidak dia sendiri yang istri sahnya selama dua tahun ini harus berhemat dengan jatah bulanan yang minim, sementara Venna yang sudah bukan tanggung jawab suaminya ini justru mendapatkan uang yang cukup banyak.

“Kalau memang untuk keperluan anaknya tidak mungkin sebanyak ini, padahal setiap bulan Mas Ilham selalu bilang rutin mengirimkan uang untuk keperluan anaknya sebanyak tiga ratus ribu rupiah, lalu untuk apa uang sepuluh juta rupiah ini?” Tanya Rasya sambil terus memperhatikan kertas ditangannya.

Belum selesai pertanyaan di kepalanya mendapatkan jawaban, tiba-tiba ada notif Whatsapp masuk di ponselnya. Ia pun langsung membacanya dan kedua bola matanya membelalak sempurna. Mas Ilham meminta uang tujuh ratus ribu rupiah untuk membayar ongkos perbaikan motor.

Ia langsung menekan tombol nomor kontak suaminya, tak lama berselang terdengar suara dari seberang.

“Uang itu untuk apalagi Mas, bukannya Mas baru beberapa hari yang lalu kasih aku uang untuk keperluan sebulan, kalau Mas minta lagi kembali terus untuk keperluan dapur gimana?” Cecar Rasya tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.

“Kamu sudah baca baik-baik chat ku kan?, kenapa harus tanya lagi. Kalau bukan untuk keperluan motor juga aku nggak bakalan minta kembali uang itu. Lagian masih ada sisa lima ratus ribu rupiah yang bisa kamu pakai untuk belanja. Kenapa pelit sekali Rasya sementara gajimu bisa dipakai untuk menutupi kekurangan uang belanja.”Omel Mas Ilham.

Belum sempat Rasya menjawab, panggilan sudah ditutup sempurna. Bila Mas Ilham marah, Rasya seperti patung dan mulutnya terkunci. Rasya hanya bisa menarik napas panjang. Lalu menekan tombol ponselnya mengirimkan dana yang diminta Mas Ilham.

Sudah dua tahun mereka menikah, suaminya yang berkulit putih dan bermata coklat terang ini tak sekalipun pernah memanggilnya dengan sebutan ‘Sayang’ atau panggilan mesra seperti kebanyakan pasangan suami istri lainnya. Mas Ilham hanya memanggil namanya.

“Umur kita sebaya hanya terpaut dua tahun aja jadi buat apa panggilan sayang atau apalah itu, nggak usah yang aneh-aneh. Kemesraan itu nggak perlu diperlihatkan kepada orang banyak yang penting kita masih terikat suami istri itu sudah lebih dari cukup.” Jawaban itu diperolehnya ketika suatu waktu ia mempertanyakan mengapa Mas Ilham tak pernah memanggilnya dengan sebutan mesra.

Dia sendiripun akhirnya membalas dengan tidak memanggil ‘sayang’ kepada suaminya. Cukup dengan embel-embel Mas didepan namanya.

Hari ini, Sabtu Rasya libur bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bebersih rumah dan memasak. Meski kesal, dia tetap memasak dan menyiapkan makanan yang enak untuk Mas Ilham setiap harinya.

Dari hasil uang gaji dan bonus iklan serta kontrak kerja dari beberapa perusahaan membuat Rasya hidup mapan. Hasil kerjanya selama hampir tujuh tahun digunakan untuk membangun rumah yang cukup besar dan nyaman ditambah dengan satu motor yang sudah setia menemaninya bekerja setiap harinya.

Rasya sendiri Yatim Piatu yang sudah ditinggal mati kedua orangtuanya sejak enam tahun lalu karena kecelakaan dan Ia tidak punya saudara sama sekali. Waktu itu dengan bantuan para tetangganya yang baik, ia bisa menamatkan pendidikan SMA nyambi bekerja. Untuk bertahan hidup, ia harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Istri Diatas Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang