kakak beradik yang tidak mempunyai orang tua

3 0 0
                                    

Hari itu hutan kota kembali murung melihat gadis berwajah sedih. Sore sudah menuju malam sang gadis terlelap dengan pulas, tanpa merencanakan kapan ia akan bangun.

Di suatu tempat yang jauh dari hiruk pikuk dunia banyak menyimpan kesedihan bagi sesosok anak yang masih dibilang remaja, ia hidup sebatang kara, hanya bersaudarakan gubuk kecil dan adik kecil peningggalan orang tuanya yang telah lama tiada. Sehari-hari ia adalah tulang punggung bagi adiknya, dengan berjualan kue-kue yang ia pelajari dulu ketika ibunya masih hidup bersamanya. Lebih banyak duka daripada suka, setiap hari ia menelan pahitnya hidup, di saat semua anak-anak diusianya masih bermain di lapangan sambil memakan es krim yang dibelikan orang tuanya, ia malah berdagang kue menghampiri setiap rumah untuk menawarkan jualannya. Sophie namanya, sedangkan adiknya bernama anna, adiknya masih bersekolah dasar berumur 7 tahun, Sophie terpaksa harus berhenti sekolahnya sejak bersekolah di menengah pertama. Ia tidak lagi melanjutkan sekolahnya karena ketidak mampuan ia membayar uang sekolah. Cuma satu yang Sophie punya yaitu semangat untuk hidup ia merasa adiknya adalah satu satunya harta yang paling beharga di dunia ini. Ia menjadi anak yang rajin dalam segala hal, selain menjual kue, iya sering membantu tetangganya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, banyak orang yang ingin mengasihaninya dengan memberinya uang tapi tetap saja dia menolak, karena ibunya mengajarkan jangan sampai dikasihani orang, kita harus hidup di kaki sendiri dan jangan sampai terlalu berhutang budi karena sulit membalasnya. Orang-orang pun mengerti akan nasibnya dan jalan yang sudah ia pilih, maka dari itulah dengan memperkerjakannya sesuai dengan kemampuan yang ia miliki itu bisa membuat ia merasa tidak dikasihani. Dunia mengujinya berulang kali dengan nasib yang tak kunjung berubah, hidup masih susah tapi ia enggan untuk pasrah.

Adiknya juga orang yang penyabar, tidak banyak maunya, tidak selalu menuntut sesuatu yang menurutnya menyusahkan kakaknya. namun pada suatu ketika datanglah hari di mana adiknya genap berusia 8 tahun, adiknya meminta yang tidak pernah dibayangkan oleh kakanya yaitu sepotong eskrim yang sering dimakan teman-temannya saat pulang sekolah. Sophie duduk termenung, memikirkan bagaimana cara ia mendapatkan uang sebanyak itu yang pada masanya es krim hanya mampu dibeli oleh orang-orang yang berkelebihan uang. Ia ingin sekali melihat adiknya tersenyum bahagia dengan sepotong es krim, untuk makan sehari-hari saja sulitnya tiada tara, pendapatan Sophie pas-pasan hanya mampu membeli tahu, tempe dan beras untuk dua kali makan mereka berdua sehari, belum lagi dengan sisa pendapatannya yang harus ia sisihkan untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Ia mulai berpikir apakah hidup ini memang seperti ini? Selalu mengujinya tanpa ada kata jeda. Sophie lalu bekerja lebih keras dari biasanya, dengan berdagang hingga ke desa seberang, bekerja dengan dua atau tiga rumah untuk membersihkan rumah. Pada suatu hari di saat ia sedang berjualan ke desa seberang ia mendapat kabar bahwa adiknya mengalami kecelakaan, secepat kilat ia berlari menuju rumah sakit tempat adiknya dibawa. Matanya kosong melihat adiknya terbaring dengan banyak darah di kepalanya. Adiknya tak kunjung sadar ketika sudah satu hari di rumah sakit, ia bingung bagaimana cara membayar uang rumah sakit, untungnya tetangganya mengadakan penggalangan dana untuk membayar perawatan rumah sakitnya, mau tidak mau kali ini ia harus berhutang budi dengan orang-orang, ia pun pergi sebentar keluar mencari es krim yang diinginkan adiknya berharap adiknya akan bangun ketika ada es krim di sampingnya dengan membelanjakan seluruh uang yang ia punya. Lalu ia kembali ke rumah sakit, ia kaget sudah banyak orang di depan kamar adiknya di rawat. Kali ini dunia benar-benar telah menghancurkan hatinya 100 kali lipat dari biasanya, adiknya dinyatakan telah meninggal, karena diagnosis tempurung kepalanya retak dan mengalami geger otak parah sehingga mengalami koma dan saat ini benar benar sudah tidak bisa lagi diselamatkan, adiknya sudah menghembuskan nafas terakhir dengan senyuman di bibirnya. Sophie menangis tiada hentinya, mengutuk keadaan, memarahi orang yang telah menabrak lari adiknya, tak terbendung lagi tangisan hatinya, hingga mencair es krim di tangannya. Sebuah keinginan terakhir adiknya yang tak mampu ia wujudkan. Sophie tertidur karena lelah sudah matanya menangis. Adiknya sudah pergi uang merupakan harta terakhir yang ia punya, semua sudah tak ada lagi yang tersis dan sekarang benar-benar hidup sebatang kara.

Sophie terbangun dari tidurnya, dengan posisi duduk dan di depanya ada sebuah laptop yang menyala bertuliskan selamat ulang tahun Anna yang ke 20. Ternyata semuanya hanya mimpi, kisah yang dialaminya sebenarnya adalah kejadian masa lalunya yang sudah lampau, ia terus memimpikan kisah ia dan adiknya tepat sebelum adiknya meninggal ,saat bertepatan dengan ulang tahun adiknya yang telah tiada ia ingat betul saat adiknya meminta es krim sebagai hadiah ulang tahun. Sophie sudah dewasa sekarang. Ia bekerja di salah satu perusahaan es krim terbesar di Indonesia ia tak ingin lagi ada orang yang mengalami hal yang sama sepertinya, ia pun memberi harga murah kepada es krim yang ia produksi, agar bisa menjangkau setiap kalangan masyarakat. Kenangan adiknya tidak pernah ia lupakan. Ia rasa adiknya masih hidup di dalam hatinya yang terdalam.

Malam ini banyak sekali yang ingin aku sampaikan padamu, karena aku senang ketika bercerita padamu, banyak alasan kenapa aku inginkan bercerita kepadamu, (siapapun dirimu) aku ingin sekali bercerita sungguh. Bahagia sekali rasanya bisa tidur nyenyak tadi malam, sekarang aku sudah bangun, mimpi buruk jangan biarkan aku jatuh, mimpi indah tetaplah selalu menjadi air di tengah hidup yang gersang ini. Kau tahu sekarang dunia sedang tidak baik-baik saja. Kau tahu sekarang aku pun ikut tidak baik-baik saja, untungnya hari-hariku penuh dengan kehangatan darimu dan keluargaku, sekali lagi jangan biarkan aku jatuh lagi. Kau tahu apa yang aku lakukan saat aku bangun tidur, ah aku rasa kau sudah tau itu. Aku masih seperti aku, saat aku mengenalkan diriku kepadamu, (siapapun dirimu). Ingatkah dulu aku pernah memberikanmu hadiah yang sangat berharga, orang-orang menyebutnya cinta. Setiap pagi dan setiap malam aku selalu duduk di atas atap rumahku, berharap langit kita tetap sama

Aku mengendarai motor butut waktu itu, mengelilingi komplek di perumahan tempat aku tinggal, menggunakan jacket warisan ayahku, sudah jam 6 sore waktu itu aku menarik gas motorku dengan kencang, tidak sengaja aku tertabrak anjing yang sedang melintasi jalan, tanganku patah sakit sekali rasanya, aku mengalami geger otak, aku mengetahuinya ketika aku sadar dari pingsanku, aku berada di rumah sakit, aku bingung bagaimana membayar tagihan rumah sakit, lama aku memikirkannya, sakit semakin terasa di kepala, untungnya anjing yang aku tabrak itu tidak mati. Akhirnya aku mencoba meminjam uang dengan temanku, berhasil aku membayar uang tagihan tersebut, namun masalah kedua bagaimana aku membayar hutang tersebut, harganya bisa membeli sawah satu hektar. Tangan dibalut sakit, hati dibalut gundah. Belum lagi dengan tugas kuliah yang menumpuk, cepat atau lambat rasanya kenyataan semakin cepat membunuh kehidupanku. Terkapar aku di sudut kamar memikirkan hal yang tak ada habisnya dipikirkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YatimpiatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang