"Mah ke mana? Sudah seyakin itu aku mampu? Mama, apa lupa, kita masih ada janji? Mama semua kehidupan ini masih soal mu. Ke mana Adek cerita kalo lagi sakit pas PMS kalo lagi diusili dia? Ma kalo Adek gak kuat, Adek nyusul ya, Papa sama Kakak mereka juga sama sedihnya kok ma, tapi mereka kuat ma." Barangkali begitu ya rasanya kehilangan seseorang yang perhatiannya sangat terasa nyata dalam kehidupan kita. Rasanya berkecamuk, bagaimana hari, esok bagaimana setelah semua ini, jangankan setelah ini, usai pemakaman saja Fanya masih belum tau apa dia masih bisa menopang badannya untuk tetap sadar, dia sudah beberapa kali tidak sadarkan diri usai menerima telepon.
---
Suara bel tanda istirahat itu membawa empat serangkai itu menyusuri lorong sekolah yang kini sudah ramai dipenuhi murid-murid yang sudah berhamburan.
"By" suara yang tak asing itu membuat mata Fanya menjatuhkan pandangannya pada sosok laki-laki yang sedang membawa bola basket dengan headband yang sudah terpasang dikepalanya itu.
"Oh my god, headband nya kamu pake, lucu bangetttt, cocok banget ini di kamu, emang pinter deh aku tuh milihin apapun buat pacar ku ini." Ucap Fanya dengan posisi tangan sambil sedikit merapikan rambut lelaki yang dia bangkan sebagai pacarnya itu.
"Harus banget ya ini. Please deh." Ucap Cora sambil melangkah meninggalkan ke tiga temannya itu.
"Nah gue juga mau makan nih, gue duluan ya gaes." Ucap Sia sambil melihat jam tangannya yang kemudian berlari kecil menghampiri Cora yang mengomando.
"Oh okee, kamu mau bareng mereka?" Tanya Refal dengan tangan yang berada di lengan Fanya.
"Gak By, aku nemenin kamu aja. kamu mau latihan kan habis ini. Yuk. Oh iya Zem, lo duluan aja ya."
"Oh gitu oke deh, duluan ya Fal, Fan."
Fanya hanya menganggukkan kepala, sedang Refal dia tersenyum sembari melempar kalimat "Hati-hati."
Sudah menjadi hal biasa bagi Cora, Sia dan Zemira ketika ditinggalkan sahabatnya itu ngebucin.
__
"Selamat siang ini saya pak Ferdi wali murid Fanya, maaf Bu Septi saya mengganggu waktunya, ini saya sudah berusaha menghubungi Fanya, tapi dari tadi gak ada jawaban Bu, apa boleh saya minta tolong untuk menyampaikan ke Fanya agar mengangkat telepon dari saya Bu Septi."
"Selamat siang Pak Ferdi, ini sedang jam istirahat pak, mungkin HP Fanya ketinggalan di kelas ya pak, segera saya kabarkan ke Fanya ya pak."
"Terima kasih Bu, karena ada hal urgent yang ingin saya sampaikan Bu mohon untuk dapat segera ya."
"Sama-sama pak Ferdi, pasti akan segera saya sampaikan, apa ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Cukup Bu, terima kasih." Telepon penghubung suara itu mati setelah kalimat itu terlontar
Ting ting ting suara itu terdengar dari ruang sistem kontrol.
"Panggilan kepada Fanya, hharap untuk segera menghadap ke Bu Septi, ditunggu di ruangan beliau."
YOU ARE READING
YANG PATAH JUGA BERHAK TUMBUH
Teen FictionSebutkan satu nama dalam hidup mu atau bahkan lebih sosok yang selalu memprioritaskan kebahagiaan mu di atas segalanya. Ada? banyak ya? atau barangkali kamu seperti salah satu karakter dalam cerita ini, kamu belum sadar ada orang seperti itu dalam h...