Gerimis mulai turun dan aku sedang membawa motor tua ku, motor keluaran tahun 70-an, berwarna merah dan sedikit karat di bagian-bagian tertentu.
Di tengah perjalanan motor ku tiba-tiba terhenti, mogok.
"Segala banget dah mogok, mana lagi ujan" aku menggerutu sendiri sambil mendorong motor ku untuk menepi di depan ruko yang kosong entah memang tutup atau mungkin belum ada yang menempati ruko tersebut. Tiba tiba sekali hujan datang dengan begitu deras. Orang-orang pun mulai melipir untuk berteduh, bergegas menyelamatkan barang penting yang rentan terkena air hujan.Aku mulai mencoba menyelah motor ku, selahan pertama masih belum hidup, selahan kedua sampai ke lima juga belum hidup, sampai selahan ke dua belas masih juga belum hidup.
"Ett deh pegel juga kalo begini terus mah".
Sampai keselahan ke dua belas kaki ku mulai terasa lelah.
Aku langsung mengambil handphone ku dari selah jaket denim kusam, berinisiatif untuk mengabari teman ku yang bernama Beni.
"Halo ben, lu lagi dimana?" Tanya ku dalam obrolan telepon tersebut.
"Gua masih di kantor ka, kenapa emang?" Jawab Beni
"Ini motor gua mogok, mau ke bengkel juga jauh, lu bisa kesini ga?, sekalian nitip busi ya, kayanya ini businya harus di ganti"
"Mogok di mana?"
"Di samping tukang pecel lele yang biasanya si Tegar beli kalo malem ben."
"Ohh di deket situ, yaudah nanti gua kesana"
"Masih lama ga kira kira?"
"Engga, ini bentar lagi gua balik kok"
"Oke gua tunggu ya"
"Iya"
Sembari menunggu beni, aku mulai duduk di lantai ruko dan mulai mengambil roko di celah saku. Sambil meroko aku mulai melamun dan memikirkan soal kerjaan apa yang akan aku cari.
Aku baru saja terkena pengurangan karyawan karena di tempat ku bekerja sedang mengalami penurunan pendapatan dan aku menjadi salah satu korban pengurangan karyawan tersebut.Hujanpun berenti, orang-orang yang tadi berteduh sudah pergi entah kemana dan aku sudah habis berbatang batang roko. Tak lama berselang Beni pun datang bersama wanita yang tak aku kenal, ia memakai jaket gunung berwarna biru, celana hitam panjang, sepatu flat hitam,memakai kacamata dan memakai helm retro.
Mata ku tertuju pada wanita yang sedang bersama beni, suasana yang sejuk ditambah langit sore yang elok setelah hujan reda sampai-sampai tak terpikirkan kalo motor ku sedang mogok.
"Mogok kenapa lagi itu motor?" Tanya beni yang enggan turun dari motornya.
Aku pun tak menggubris pertanyaannya. Wanita tersebut membuat perhatian ku penuh padanya.
"Wey, mogok kenapa itu motor lu?" beni mempertegas
Aku langsung hilang lamunan.
"Ehh, ini kayanya businya ben, sorry tadi ga kedengeran lu ngomong apa"
"Nih gua bawa busi yang lu nitip, di deket kantor gua kebetulan ada bengkel"
Akhirnya aku mulai mengambil kunci dan mulai mengganti busi yang entah sudah berapa lama tak aku ganti.
"Berapa ben ini lu beli?" Tanya ku
"Gausah udah, pake aja"
"Ya jangan gitu ben, berapa?"
"Udah gausah, yaudah ya gua langsung balik, Kucing gua di rumah takut belum di kasih makan sama ade gua"Sambung beni.
Beni adalah pencinta kucing, ia tertarik dengan itu dari ia masih kecil.
"Waduh makasih banyak ya ben, jadi ngerepotin nih gua"
"Udah santai aja, yaudah ya ka gua duluan nih"
"Yaudah ben, hati hati ya"
Saat beni mulai menghidupkan motor dan ingin melenggang pergi, wanita tersebut tersenyum dan menggangguk, mungkin mengisyaratkan sesuatu. ia tak berucap satu kata pun.
Dalam pikiran ku "Wanita tersebut tak mengucap satu katapun mengapa pikiranku ramai sekali, penuh tanya.
Akhirnya beni pun melenggang pergi, motor ku akhirnya mulai hidup kembali.Gemerlap bintangpun mulai telihat di luar sana, langit cerah setelah hujan tadi sore dapat membersihkan langit yang sibuk sedari siang dengan polusi.
Di sebuah kamar berukuran sedang dengan cat berwarna coklat,penuh poster band asal london. Aku duduk di sebuah bangku tempat dimana aku sering memainkan sebuah gitar dan tiba-tiba aku teringat sosok wanita yang bersama beni saat tadi.Aku mulai mengambil handphone, berniat ingin menanyakan ke Beni, Siapa wanita yang tadi bersamanya.
Saat sudah mengetik "Ben, itu yang kemarin sama lu siapa dah?"
Belum sempat terkirim pesan tersebut, tiba-tiba pikiran datang, "Kalo wanita tersebut pacarnya Beni, pasti ada rasa ga enak hati nih"
Akhirnya aku mengurungkan niat ku untuk bertanya dan aku hapus kembali pesan tersebut.Aku mulai meninggalkan bangku dan mulai berbaring di kasur, sebelum aku memejamkan mata, tiba-tiba sekelebat pikiran datang.
"Siapa dirinya, mengapa satu senyumannya bisa membuat sesuatu di hatiku terasa hangat?"
Lalu aku mulai tertidur, lelap.Berlanjut...
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Berdetak
RomanceMenatap perlahan lalu rasa tiba tiba ingin menetap, tetapi mengapa sebuah tatap selalu sarat makna pada bait-bait rasa ingin memiliki tanpa memikirkan konsekuensi.