Senin siang itu kedai tak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung, aku sibuk di dapur merapihkan bahan-bahan masakan, Tegar sedang keluar untuk belanja bahan bahan kedai, Tubi sedang sibuk membuatkan kopi untuk pelanggan.
Saat aku sudah selesai merapihkan bahan masakan di kedai, aku mulai menghampiri Tubi, kali saja ada pesanan yang harus aku antar.
"Udah bi?"
"Udah nih bang, tolong anterin ke pelanggan yang di depan ya bang yang berdua"
"Oke siap bi"
Aku langsung berjalan membawa pesanan untuk dua orang remaja, satu perempuan dan satu laki-laki.
"Tegar mana bang?, sibuk banget kayanya dia ini ga keliatan dari tadi"
Sahut seorang lekaki yang duduk saat aku sedang menyajikan pesanannya.
"Tegar lagi keluar sebentar tadi bang" Jawabku
"Pantes ga keliatan dari tadi"
Aku bingung menjawabnya, hanya tersenyum sedikit, namun ia melanjutkan pertanyaannya.
"Tapi kayanya gua baru liat lu dah bang, kemarin marin mah kayanya berdua doang dia sama si Tubi"
"Iya bang, gua baru banget kerja disini dua hari yang lalu"
"Ohh pantes aja gua baru liat, Kenalin bang nama gua Enggar"
Tiba-tiba aku di bikin tambah bingung, sambil memegang nampan dan berdiri di samping mereka duduk. Aku yang tidak biasa langsung berkenalan dengan orang baru. Lagi lagi belum sempat aku menjawab pertanyaannya, ia sudah menyambungkan obrolan.
"Nah ini kenalin juga bang, adik gua namanya Dira"
Wanita tersebut yang sedang sibuk dengan telpon genggamnya langsung hilang fokus. Sambil melihatku ia memperkenalkan namanya.
"Iya ka, kenalin namaku Dira"
Wanita tersebut menyodorkan tangannya tanda ingin berkenalan, ia memakai kaos oblong warna hitam yang di lapisi Cardigan berwarna coklat, wajahnya lumayan manis, tapi sepertinya lebih muda dari ku.
"Nama ku Azka"
Senyumnya merekah saat jabat tanganku terlepas.Seketika terdengar suara motor berisik di tempat biasa parkir motor kedai, ternya Tegar yang datang dengan membawa beberapa belanjaan untuk kebutuhan dapur kedai
"Bang maaf ya saya tinggal dulu, mau bantuin Tegar mindahin belanjaan"
"Oke siap bang Azka, nanti kita ngobrol lagi deh"
Aku pun melenggang menghampiri Tegar, membantunya memindahkan susu yang harus langsung di taro kulkas, Roti yang harus di taro di dapur dan beberapa belanjaan lainnya yang harus di taro pada tempatnya.Saat semua sudah selesai dan rapih, Tegar sedang menuliskan catatan pengeluaran pembelanjaan tadi dan aku menghampirinya.
"Gar, itu si Enggar temen lu dari mana?"
"Itu temen maen sepeda gua ka, waktu itu gua kenal dia gara-gara ban sepeda dia bocor terus ga bawa peralatan buat ngebenerinnya, ya gua bantu aja, ehh jadi temen sekarang" sambil tetap menulis Tegar menjawabnya
"Tadi dia nanyain lu"
"Biasa dia mah, hampir setiap hari itu dia dateng jam segini"
"Pelanggan setia" Jawabku
Catatan pun sudah Tegar selesaikan
"Bentar ya ka, gua nyamperin si Enggar dulu"
"Oke siap gar"
Tegar mulai melenggang menghampiri Enggar.Malampun datang, lampu kedai mulai nyala, pengunjung makin berdatangan dan aku mulai sibuk mengantarkan pesanan. Aku belum bisa membuatkan minumannya, jadi untuk beberapa saat ini aku hanya di tugaskan untuk mengantarkan makanan dan minuman ke pelanggan dan sedikit membantu membuat masakan. Soal memasakan aku sedikit bisa.
Sepertinya aku memang sudah mulai harus beradaptasi dengan bagaimana berdialog dengan orang yang baru aku kenal. Sebelumnya aku memang seperti malas berbasa basi dengan orang yang baru, tetapi sepertinya harus pelan pelan ku ubah, untuk sedikit lebih mengurangi rasa malasku berkenalan dengan orang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Berdetak
RomanceMenatap perlahan lalu rasa tiba tiba ingin menetap, tetapi mengapa sebuah tatap selalu sarat makna pada bait-bait rasa ingin memiliki tanpa memikirkan konsekuensi.