Ana, adalah bocah dengan senyum manis. Anak yang begitu periang dan ramah pada siapa pun.
Guru dan para om tantenya bagitu sangat menyukai sifat humble seorang Ana. Bunda dan Papa Ana juga sangat mencintai putri keduanya itu.
Ana mempunyai kakak bernama Roy dan adik perempuan yang hanya berselisih 2 tahun. Namanya Laura.
Ketiganya begitu saling menyayangi, tentu saja. Walaupun Laura merupakan anak yang paling pendiam tapi akibat para kelakuan kaka dan abangnya. Laura juga biasa tertawa hingga terbahak.
"Lau, jailin abang yuk!"
Laura menggeleng "enggak kak, aku males."
"Kamu mah malas mulu." Ana mulai melangkah meninggalkan Laura yang sifatnya sangat membosankan.
Di tepi jalan sana Roy sedang asik mengambil kelereng yang terbuat d tepi jalan. Sedikit geram karena kelerengnya malah menjauh dan tergiling ke arah tengah.
Dengan sigap Roy langsung berlari mengejar kelereng itu tanpa melihat truk besar yang melintas.
Ana yang melihat itu langsung mempercepat langkahnya. Dengan hati yang tak karuan langsung mendorong Roy dengan cepat.
Pikirannya kacau, matanya berair, bahkan kini dia akan menyesali seumur hidupnya. Roy menangis memanggil Bunda dan Papanya.
Laura yang baru saja melihat Ana yang tergeletak merasa sangat sedih, tangisnya pecah. Dia menyesal tak ikut dengan kakanya dan memperingati Ana agar tidak ke arah jalan.
Laura berlari dan mencari bunda dan papanya agar segera membawa Ana ke rumah sakit.
....
Byyyurrr....
"Enggak itu terlalu lama dok!" Ucap tak kuasa dari bunda yang mendengar kabar bahwa sang putri, di nyatakan koma akibat kecelakaan tadi.
"Maaf bu, kami tidak bisa berbuat banyak.."
Setelah kepergian dokter tersebut, Bunda dan papa saling berpelukan seolah menguatkan Ana akan baik baik saja.
"Anak kamu pasti akan baik baik saja bun, percaya sama Tuhan."
Papa terus menenangkan bunda, walau hatinya juga sakit. Tapi dia tak boleh keliatan lemah demi keluarganya.
Roy yang sejak tadi hanya diam, tak tega melihat bundanya menangis seperti itu. Anak berusia 9 tahun akhirnya mendekati kedua orang tuanya.
"Bund, pah, hikss maafin Roy enggak bisa jagain dede." Ucapnya begitu lirih dan sangat menyakitkan. Bunda tak tega juga melihat anak anaknya. Ini bukan salah Roy, bunda juga tau tak mungkin Roy akan membiarkan adik adiknya terluka.
Bunda menatap Laura yang sejak tadi terdiam, anak itu terus menundukkan kepalanya. Laura begitu dekat dengan Ana. Tak ada lagi yang bisa ajak main bagai mana ini. Putra putrinya gak boleh merasa sakit seperti ini.
"Laura sini nak," panggil papa dengan lembut.
Kaki yang lemas, Laura memaksakan dirinya agar mendekati juga di sana.
Tatapan mereka sama sama terluka tak ada yang merasa bahagia atas tragedi ini sungguh tak terduga. Mereka saling berpelukan berharap semua akan baik baik saja. Ana akan sadar, itu pasti.
....
POV Ana.....
Aku melihat abang Roy tiap hari menangis mengenggam tanganku. Dia terus meminta maaf.
Padahal dia engga salah, Aku kan mau nolongin dia.
Aku bisa melihat mereka semua selalu menangis, enggak cape apa. Aku aja yang cuman ngeliat cape. Apa lagi nih Laura kek uda enggak ada nyawa. Kek mayat tauk.
Aku yang sakit dia yang pucet. Aku mau balik ketubuh ku tapi rasanya begitu susah. Aku melihat begitu banyak mahluk aneh selama aku di sini. Apa Aku uda jadi hantu ya? Kalau Aku jadi hantu, bisa jadi nih cuman Aku yang paling cantik.
Selama Aku di sini, begitu banyak yang jail. Dari yang memangguku bahkan merayuku agar tak perlu kembali ketuh awalku. Tapi aku selalu menolak, kalau saja aku tetap di sini bagai mana dengan abang Roy, uda enggak ada yang gangguin dong klo gitu.
"Ana woi, ini uda dua bulan kamu tidur enggak capek apa?!" Roy geram, anak itu sedang mencubit gemes perut sang adik.
"Cape bang, di gangguin setan mulu..." Bales Aku walau uda tau Roy pasti enggak dengar.
Tiba-tiba mbak kunti datang terus bisikin sesuatu sama Aku katanya "kamu terlalu cantik nak, kamu pasti juga adalah anak yang baik. Bangunlah.. Gunakan tubuh mu untuk membantu jiwa kami yang tak tenang ini..."
Aku pusing, apa maksud nenek nenek tua jelek itu. Daster kotor penuh darah.
Tapi setelah dia membisikkan itu kepalaku mendadak pusing dan tak aku tak bisa melihat apa pun semua terasa gelap....
Author POV.......
Hari hari berlalu, Ana kini sudah bangun dari komanya. Anak berusia 7 tahun itu kini sangat berubah.
Dari Ana yang ceplas-ceplos, kini menjadi Ana yang aneh. Bicara sendiri sekarang menjadi hobi anak itu.
Tak jarang dia mengaduh kepada bundanya bahwa dia melihat sosok aneh yang berjalan mengelilingi rumahnya.
Roy dan Laura pun kini semakin menjauh karena sifat Ana yang bener bener aneh.
Kadang tertawa bahkan menangis tanpa sebab, itu sangat membuat Roy dan Laura takut jika bermain bersama Ana...
Ana juga begitu heran kenapa setelah melewati masa kritis nya. Ana banyak melihat mahluk mahluk tak kasar mata.
Apa lah mata batin Ana sekarang terbuka. Ini sangat membuat dia takut. Semoga Ana tidak kenapa kenapa..
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
my male angel
Science Fictionaku terlalu mencintai dirinya sampai rasa sakit ini terlalu dalam