Bunker,
adalah sejenis bangunan pertahanan militer yang biasanya dibangun di bawah tanah. Banyak bunker dibangun pada Perang Dunia 1 dan 2. Dalam masa perang dingin, bunker-bunker besar dibangun untuk mengantisipasi kemungkinan perang nuklir.
Kata bunker sendiri berasal dari bahasa Skot, yang berarti bangku/kursi. Kata tersebut terekam pada tahun 1758, bersamaan dengan pemendekannya bunk yang berarti tempat tidur. Kata tersebut kemungkinan berasal dari Skandinavia: bahasa Swedia kuno bunke yang berarti papan yang digunakan untuk melindungi muatan kapal. Di abad ke-19, kata ini digunakan untuk menjelaskan tempat penyimpanan batu bara dalam rumah, atau di bawah geladak kapal. Istilah tersebut juga digunakan untuk menyebut cekungan berisi pasir pada lapangan golf.
Pada masa perang dunia kedua, banyak bunker yang dibangun di wilayah Jepang. Semuanya tersebar di berbagai tempat. Di masa modern seperti saat ini, sebagian besar bunker tersebut sudah digusur atau dikubur dalam-dalam. Tak sedikit pula bangunan yang dibangun di atas tanah bekas bunker untuk meminimalisir pemborosan lahan sebagai tempat tinggal.
* * *
Sore itu, seorang pria paruh baya terlihat sedang bekerja di salah satu pabrik pengolahan garam. Ia mendorong tumpukan garam balok yang hendak disimpan di gudang untuk diawetkan. Itu adalah tumpukan terakhir yang harus ia urus hari ini. Setelah itu, ia bisa pulang ke rumah untuk istirahat. Bulir-bulir keringat membanjiri dahi serta tubuhnya. Pekerjaan fisik selama 8 jam lebih benar-benar menguras tenaganya. Namun ia harus tetap melakukannya untuk bisa bertahan hidup. Begitu selesai meletakkan tumpukan garam tadi di gudang, pria itu pun segera beranjak pergi. Namun, baru saja ketika ia hendak pergi, matanya menangkap sesuatu yang ganjil di kejauhan. Ia menemukan suatu celah yang mencurigakan, tersembunyi di balik tumpukan barang-barang. Bagian itu biasanya tidak terlihat karena banyaknya barang yang ada di sana. Namun kali ini tidak terlalu banyak barang yang ada di sana, sehingga celah mencurigakan tadi pun cukup mudah ditemukan. Digelitik rasa penasaran, pria itu pun mencoba mengamati celah tersebut dari dekat. Disingkirkannya barang-barang dan lumut kering yang menutupi celah itu. Dari celah kecil di tanah tersebut, pria itu bisa merasakan sedikit hembusan udara keluar dari sana, yang menandakan bahwa terdapat ruangan yang cukup luas di bawah. Hal itu membuat si pria semakin penasaran, ia membersihkan lumut-lumut kering di sekitar celah tadi dengan lebih cepat.
Setelah usaha yang cukup melelahkan, lumut kering yang menutupi sebagian besar celah tersebut akhirnya berhasil dibersihkan. Barulah saat itu diketahui kalau celah kecil tadi ternyata adalah bagian kecil yang rusak dari sebuah pintu besi yang ada di tanah. Mata pria paruh baya itu berbinar-binar saat menemukan pintu rahasia tersebut. Untuk pertama kalinya di masa tuanya, ia merasa kembali bersemangat seperti saat masih muda dulu. Dalam pikirannya, keberadaan pintu rahasia seperti itu biasanya berkaitan dengan harta karun tersembunyi. Terbayang di kepalanya ia akan bisa hidup dengan sejahtera tanpa harus banting tulang setiap hari jika ia menemukan harta tersebut. Dengan buru-buru, dibukanya pintu besi yang cukup besar itu, yang ternyata cukup ringan. Udara dari balik pintu langsung menyeruak keluar begitu si pria paruh baya membuka pintu tersebut, membawa serta bau besi yang selama ini terkurung di sana. Di balik pintu, terdapat tangga besi yang menuju ke bawah. Tanpa curiga sedikitpun, pria itu menuruni tangga tersebut.
Satu per satu anak tangga dilewati. Pria itu menuruni tangga tersebut dengan hati-hati, untuk berjaga-jaga kalau saja ada anak tangga yang rusak, mengingat benda itu sudah dimakan usia jika dilihat dari permukaannya yang berkarat. Sama sekali tak ada penerangan di tangga itu. Satu-satunya pencahayaan berasal dari pintu masuk. Untungnya pria itu cukup siaga. Ia selalu membawa senter kecil di sakunya untuk berjaga-jaga jika menghadapi situasi seperti ini. Sialnya, kekhawatiran pria itu menjadi kenyataan. Baru saja beberapa kali melangkah, salah satu anak tangga yang dipijaknya hancur. Hancurnya anak tangga tersebut memicu hancurnya anak tangga yang lain. Pria paruh baya itu pun kehilangan pijakannya dan jatuh ke dasar lubang. Pria itu merintih kesakitan akibat nyeri di sekujur tubuhnya. Lubang tadi rupanya cukup tinggi. Cahaya yang berasal dari pintu tadi sekarang terlihat seperti setitik cahaya saja saat dilihat dari bawah. Setelah rasa sakit di tubuhnya mereda, pria itu meraba-raba sekitar untuk mencari senternya yang terjatuh. Ia berhasil menemukannya, namun benda kecil yang menjadi satu-satunya penerangan di sana itu rusak akibat terjatuh dari ketinggian. Sialnya lagi, ia baru merasakan kalau lututnya terkilir, sehingga ia pun tak sanggup untuk berdiri. Terperangkap di tempat mengerikan yang gelap dan sunyi, dengan lutut terkilir. Lengkap sudah penderitaan pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruangan Bawah Tanah
FanfictionPada masa perang dunia kedua, banyak bunker yang dibangun di wilayah Jepang. Semuanya tersebar di berbagai tempat. Di masa modern, sebagian besar bunker sudah digusur atau dikubur dalam-dalam. Suatu hari, ada reruntuhan bunker yang ditemukan di bawa...