02. Hujan

256 29 0
                                    

Hujan Sore Hari
                                                   ♥︎
⇄              ◁◁  𝚰𝚰   ▷▷               ↻
⁰⁰'²⁵ ━━●━━───── ⁰²'⁰⁸

Hujan mengguyur kota Bogor dengan derasnya, membuat sore hari berubah menjadi kelam di bawah langit abu-abu. Elang mengendarai motor besarnya dengan kecepatan tinggi, menerobos derasnya hujan. Adrenalin berdesir dalam setiap manuvernya, mempercepat laju untuk segera sampai di rumah.

Namun, tiba-tiba pandangannya teralihkan. Di tepi jalan, dekat gerbang sekolah lain, dia melihat seorang gadis yang berlari menerobos hujan menuju halte. Rambut gadis itu diikat tinggi dan bergerak mengikuti gerakannya, walau sekarang sudah basah lepek. Elang mengenalinya—gadis yang kemarin memanjat gerbang sekolah dan menitipkan surat cinta kepadanya.

Elang memutar arah motor, berhenti tepat di depan halte tempat gadis itu yang sedang berdiri sambil memeluk tas hitamnya erat, menghindari hujan sebisanya. Tanpa berkata apa-apa, Elang merogoh tasnya dan melemparkan hoodie miliknya tepat ke gadis itu—sungguh kasar.

“Apaan sih lo?!” serunya, terkejut.

Elang turun dari motor, menghampiri gadis itu dengan wajah santai. "Hujan, pakai. Nanti lo kedinginan."

“Gausah! Pake aja sendiri,” sahut gadis itu, menepis hoodie tersebut.

Elang hanya mendengus kecil, lalu dengan cepat menarik tas yang dipeluknya, menempatkan hoodie itu dengan benar di tangannya. "Kalau jaket, udah gue pakein langsung di bahu lo. Tapi itu hoodie, masa gue harus maksa juga?”

Gadis itu menatapnya kesal, tapi tidak bergerak untuk mengambil hoodie itu. “Gue ga butuh.”

Elang mengangkat bahu, berpura-pura tak peduli. "Oke, buang aja kalo ga mau.” Dia meraih hoodie itu dari tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, bersiap melemparnya ke jalanan yang penuh genangan.

"Eh! Eh, jangan!" Gadis itu buru-buru menarik hoodie itu kembali, langsung memakainya dengan wajah cemberut.

Elang terkekeh melihat wajah kesal gadis itu, senyum nakal menghiasi bibirnya.

Gadis itu melotot padanya sambil mengencangkan hoodie yang sekarang sudah menutupi tubuhnya. "Cowo gila"

"Sesuai prediksi lo, gila, gila karena lo, pulang bareng gue mau?"

"Ga! Jauh-jauh dari gue deh"

"Kenapa?"

"Yang pertama, kita tuh ga saling kenal! Nama lo aja gue ga tahu"

Elang tertawa kecil, gadis itu membuat surat untuk elang tapi tidak tahu seperti apakah elang, tidak mengenal wajah Elang? Elang akhirnya memutuskan untuk membuat identitas palsu "Zaidan, panggil gue Zai"

"Zaidan? Ouh"

"Udah tau nama gue kan? Ayo gue anter pulang, keburu hujan nya makin deras"

Gadis itu mendengus pelan sambil memandangi Elang. Tatapannya penuh curiga. “Gue gak kenal lo. Lo bisa aja bawa gue ke mana-mana.”

Elang mengangkat bahu, memasang ekspresi tak peduli. “Yaudah, mau nunggu di sini sambil kedinginan? Hujannya nggak bakal berhenti dalam waktu dekat.”

Sejenak, gadis itu hanya berdiri diam, tampak ragu. Dia melirik jalanan yang makin tergenang, menggigil sedikit meskipun sudah memakai hoodie yang Elang berikan. Akhirnya, dengan enggan,

“Oke, tapi kalo lo macem-macem gue loncat dari motor lo.”

Elang tertawa kecil, lalu melangkah menuju motornya. “Siap, Nona. Gue gak macem-macem kok.”

Dumbass LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang